Selesai magrib Shani sibuk mempersiapkan beberapa berkas ke dalam sebuah map merah. Map itu nantinya akan Shani berikan kepada Darren untuk melancarkan aksinya. Shani tidak akan membiarkan gaji dobelnya lolos.
Setelah menyiapkan semuanya, Shani kembali merebahkan tubuh ke kasur. Ia menatap langit-langit ruang kamarnya sembari menghela napas panjang. Shani merasa kesepian, ia merindukan Rumi di kampung.
Sejak bekerja di Argantara Group Shani berhasil membeli sebuah rumah untuk sementara waktu ia tinggali selagi masih merantau di kota. Ada niatan pulang kampung berkumpul bersama Rumi di benak Shani, namun entah kapan itu akan terwujud. Shani hanya belum ada keberanian untuk kembali.
Sesekali Shani dan Rumi bertukar kabar melalui pesan pendek. Sekadar bertanya keadaan dan mengutarakan rasa kangen. Itu pun juga tidak setiap hari.
Shani pikir dirinya sekarang masih jauh dari kata sukses. Tabungan di rekeningnya belum seberapa. Ia juga punya tanggung jawab besar dengan pekerjaannya.
Apalagi sekarang Argantara Group sangat membutuhkannya. Sebulan ini pastinya Shani akan sangat sibuk. Tapi tidak apa, semua itu demi mencari nafkah.
...◦○⭕○◦...
“Kamu mau ke mana?” tanya Fiona pada putranya yang terlihat tampil kasual sembari menenteng sebuah paper bag besar.
Darren menuruni anak tangga tidak menggubris pertanyaan mamanya sama sekali. Ia berjalan cepat dan sesekali melirik jam tangan. Sudah hampir pukul 7, Darren harus segera ke Zui Cafe.
“Darren! Darren, kamu mau ke mana?!” Fiona memekik karena anaknya itu mengacuhkannya. Ia kesal melihat Darren pergi begitu saja tanpa salam atau juga pamit.
“Kenapa sih, Ma?” tanya Wirawan yang baru saja keluar kamar menghampiri istrinya ikut duduk di sofa ruangan itu.
“Itu anak kamu, ditanyain mau pergi ke mana nggak dijawab. Pamit juga enggak. Pake bawa-bawa paper bag gede lagi. Mau ke mana sih dia?” Fiona menggerutu.
Wirawan mendadak cemas. Apakah Darren akan pergi ke tempat dugem lagi? Satu-satunya jawaban yang bisa membantu adalah bertanya kepada Shani, siapa tau gadis itu mengetahui sesuatu tentang ke mana Darren akan pergi malam ini.
Wirawan bergegas mengirimi Shani sebuah pesan singkat.
Wirawan
Apa malam ini kamu ada agenda keluar bersama Darren?
^^^Shani^^^
^^^Iya, Pak. Pak Darren mengajak saya untuk bertemu di Zui Cafe jam 7 malam ini. Tapi beliau tidak mengatakan untuk apa dan kenapa.^^^
Wirawan
Pantau dia terus. Saya tunggu laporan dari kamu secepatnya.
^^^Shani^^^
^^^Baik, Pak.^^^
...◦○⭕○◦...
Pukul 7 malam tepat, tapi Darren belum juga tiba di Zui Cafe. Shani sudah menunggu Darren kurang lebih 15 menitan di halaman kafe itu. Tidak berselang lama sebuah sedan hitam yang tidak asing bagi Shani pun tiba.
Darren keluar dari pintu mobil dengan sebuah paper bag menatap keramaian ruangan kafe dari luar sana. Shani dengan cepat menghampiri Darren yang masih berdiri di samping mobil. Malam ini calon bosnya itu terlihat tampan sekali.
“Selamat malam, Pak,” sapa Shani menunduk tipis pada Darren.
“Ayo kita masuk,” ajak Darren enggan menyapa balik.
Batin Shani mendecak sedikit kesal. Apa Darren sedingin itu? Laki-laki itu bahkan juga tidak bertanya sudah berapa lama ia menunggu dirinya, setidaknya basa-basi sedikit, lah.
“Maaf Pak, tapi untuk apa kita ke sini? Apa Bapak mau berkencan dengan seseorang?” tanya Shani memberanikan diri. Kali ini ia harus bisa melawan Darren dan membuatnya sedikit terbuka. Shani perlu menggali informasi agar ada bahan untuk dilaporkan pada Wirawan.
Darren melempar tatapan maut ke arah Shani. “Bukan urusan kamu. Ayo cepat kita masuk,” seru Darren bersikokoh tidak mau menjawab. Tapi Shani juga tidak mau kalah.
“Ini jelas urusan saya, Pak. Lagi pula saya hanya bertanya untuk apa Bapak mengajak saya ke kafe ini. Kalau sebenarnya ini tidak penting, saya juga punya urusan pribadi di rumah,” tukas Shani enggan menatap Darren, tapi setidaknya ia berani untuk speak up.
Darren merasa aneh pada gadis di depannya itu. Siang tadi Shani tidak seberani sekarang. Semua yang Shani katakan hanya iya dan baik, Shani selalu menurut, tapi sekarang kenapa gadis itu berubah sok melawannya?
Daripada berkecamuk dengan pikiran yang bukan-bukan, lebih baik Darren sedikit leleh pada gadis itu. “Saya ke sini untuk undangan pesta ulang tahun teman SMA saya.” Jawab Darren dengan suara tegas membuat Shani tertegun.
“Apa ada lagi yang mau kamu tanyakan?” Darren mengintimidasi Shani dengan sorot matanya.
“Kenapa saya harus ikut Bapak menghadiri undangannya? Saya rasa ini semua bukan urusan kantor.” Dan kali ini Shani memang ingin tau alasan Darren mengajaknya ke undangan pesta ulang tahun teman SMA-nya itu.
“Ini memang bukan urusan kantor. Tapi kamu ingat kan dengan perjanjian tadi siang? Kamu itu sudah bekerja dengan saya secara penuh. Kamu juga setuju jika saya butuhkan setiap saat. Jadi jangan banyak berprotes!”
Kali ini Shani tidak bisa melawan. Memang benar dirinya sudah mengiyakan hal yang Darren sebutkan. “Baik, Pak.” Jawab Shani menunduk.
Darren mendecak kesal pada Shani. Ia berjalan dengan langkah lebar menuju ke dalam ruang kafe itu. Shani pun mengikutinya.
...◦○⭕○◦...
“Hai, Darren.” Seorang gadis dengan dress merah seatas lutut menghampiri Darren yang tengah duduk di kursi bar bersama Shani.
“Hai.” Darren menyapa balik gadis itu dengan senyuman manis.
Batin Shani berdecih. Apa-apaan calon bosnya itu? Sejak pagi tadi ia tidak melihat Darren tersenyum sebahagia itu. Alih-alih senyuman, yang Shani dapatkan hanya perintah dan perintah. Dan sekarang karena seorang gadis cantik, Darren mau memberikan senyuman terbaiknya?
“Dia siapa? Pacar kamu?” tanya gadis berbaju merah itu melirik Shani.
“Bukan, dia sekretarisku.” Jawab Darren menatap wajah Shani terkesan malas.
Gadis berbaju merah itu tersenyum ramah pada Shani. “Aku Zuilu. Panggil aja Zui,” ujarnya mengajak Shani berjabat tangan.
“Shani.” Dengan senyuman cantiknya Shani juga turut memperkenalkan diri.
Zui adalah teman SMA Darren. Beberapa hari lalu Darren bertemu Zui di sebuah halaman tempat diskotek. Saat itu 2 orang pria tampak memaksa menyeret-nyeret Zui untuk hal yang tabu.
Karena merasa kasihan melihat seorang perempuan menangis berusaha membebaskan diri dari 2 berengsek jelek, Darren pun menolongnya.
Kejadian beberapa hari lalu ...
Darren hendak pulang setelah dari kegiatan menyenangkannya. Saat akan memasuki mobil ia melihat seorang gadis berteriak meminta tolong. Kala itu halaman parkir tempat hiburan malam yang Darren kunjungi cukup sepi, hanya ada dirinya dan 3 orang asing di sana.
Dengan bogem dan tendangan kuat Darren berhasil melumpuhkan 2 pria kurang ajar yang tampaknya ingin memperkosa seorang gadis yang ditolongnya. 2 pria itu lari pergi, dan si gadis berterima kasih pada Darren. Namun saat mata mereka saling bertemu, Darren dan si gadis mulai mengingat sesuatu.
“Darren?” panggil si gadis memastikan jika laki-laki yang baru saja membantunya adalah teman sekelas SMA-nya dulu.
“Zui? Kamu nggak pa-pa?” tanya Darren pada gadis itu yang ternyata adalah Zui.
Zui mengangguk. “Iya, aku nggak pa-pa. Makasih banyak udah nolongin aku.”
“Sama-sama. Kamu ngapain di sini?” tanya Darren membuat Zui sedikit tampak gelagapan.
Zui tidak mungkin mengaku pada Darren kalau sebenarnya dirinya adalah gadis yang suka mabuk-mabukan dan sesekali mencoba one night stand di tempat diskotek itu. Secepat mungkin Zui mengalihkan pembicaraan. “Aku tadi cuma nggak sengaja lewat dan ketemu 2 cowok berengsek itu. Kamu sendiri ngapain di sini?” timpal Zui melempar pertanyaan.
Dan sekarang giliran Darren yang tampak gelagapan. “Aku..., aku juga cuma lewat, kok.”
Zui tau jika Darren berbohong. Beberapa detik memperhatikan Darren membuat Zui mengagumi betapa tampannya teman SMA-nya itu. Sepertinya Darren juga masih kaya raya, Zui kan tau jika Darren itu anak pemilik Argantara Group.
Zui pun memutar otak dan mulai berusaha memanfaatkan situasi. “Darren, aku boleh nebeng kamu nggak? Udah malem banget, aku tadi pergi naik taksi. Apa kamu mau anterin aku sampe rumah?”
Dalam lupuk hati Darren yang paling dalam sebenarnya ia keberatan jika harus mengantarkan Zui pulang ke rumahnya. Tapi berhubung hari sudah larut dan Darren akan merasa bersalah jika terjadi sesuatu dengan Zui, ia pun berberat hati mau mengantarkan Zui pulang. Semata-mata hanya karena Zui itu seorang perempuan.
Darren dan Zui memasuki sedan mewah milik Darren. Batin Zui bergejolak senang. Mulai sekarang ia akan memutar otak agar bisa dekat dan punya hubungan khusus dengan Darren.
“Kayaknya aku baru lihat kamu sekarang, deh. Kamu ke mana aja setelah lulus SMA?" tanya Zui memulai obrolan di dalam mobil.
“Aku kuliah dan tinggal beberapa tahun di Amerika.” Jawab Darren masih terus fokus mengemudi.
“Oh....” Zui mengangguk-angguk. “Terus sekarang kamu lagi ngapain? Udah kerja?”
“Rencananya sih ngelanjutin perusahaan papaku.”
“Waw, kamu bakalan jadi CEO, dong?”
Darren tertawa kecil. “Yah, begitulah.”
Zui tersenyum.
“Kamu sendiri?” Darren bertanya balik.
“Aku sih nggak sesukses kamu. Aku cuma ngelola kafe kecil yang berhasil aku bangun beberapa waktu lalu.” Jawab Zui merendah.
“Cukup bagus.” Darren merespon. “Kafe apa?” sambungnya bertanya seraya menoleh Zui sebentar.
“Ya, kafe. Cuma buat nongkrong-nongkrong aja. Tapi ini bukan kafe buat anak-anak, sih.”
“Maksudnya?” Bibir Darren menyeringai mendengar penjelasan Zui yang ambigu.
“Ya, aku sedia anggur rendah alkohol. Tapi bukan arak atau narkoba. Kalau kamu tertarik kapan-kapan mampir aja. Aku kasih gratis khusus buat kamu.”
“Serius, nih?”
“He’eh. Serius.” Zui melempar senyum termanisnya berharap Darren bisa terpikat.
Darren hanya mengangguk dan terus melajukan mobilnya. Selang tidak lama Darren sampai mengantarkan Zui tepat di jalanan depan rumahnya. “Thank you ya, Ren,” ucap Zui pada Darren.
“Hem, sama-sama.” Balas Darren tersenyum tipis.
Zui mengeluarkan kartu kecil dari dalam dompetnya. “3 hari lagi aku ulang tahun. Dateng, ya,” suruh Zui memberikan sepotong kertas kecil berisi kartu namanya dan alamat Zui Cafe kepada Darren. Darren pun menerimanya.
“Hati-hati ya, Ren.” Zui menepuk pundak Darren dan mengembangkan senyuman terbaiknya lagi. Darren hanya diam tidak berekspresi, dan kemudian Zui pun keluar meninggalkan sedan hitamnya.
...◦○⭕○◦...
Jangan lupa LIKE, VOTE, dan beri HADIAH untuk karya ini. Yuk KOMEN di bawah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Lovesekebon
Lanjutkan thor..love sekebon😉🥰❤❤❤
2021-05-24
1
nona kim
hhmm aku kurang suka sama zui kaya nya dia mau manfaatin Darren deh
2021-05-02
2
𝐀⃝🥀𝐀'𝐃69°
masih nyimak
2021-05-02
0