Jatukarma

Jatukarma

Bab 1

Citra menuruni bukit sambil menggenggam pistolnya erat-erat. Beberapa anak buahnya mengikuti dari belakang. Sirene mobil polisi meraung di antara keheningan yang mencekam, membawa pergi para penjahat.

Suara tembak menembak telah selesai sejak beberapa menit yang lalu. Bau mesiu masih mengapung di udara. Gerombolan penyelundup obat-obatan terlarang Rassidy telah berhasil digulung.

Ini adalah pencapaian yang cemerlang! Tim pemburu yang terdiri dari Kapten Citra dan 6 anak buahnya sudah menargetkan group Rassidy sejak beberapa bulan lalu, dan markas Rassidy di lereng bukit dekat pelabuhan baru terendus setelah kurir penting Rassidy berhasil dijadikan mata-mata pihak polisi.

"Kerja bagus, Kapten ! Ini adalah perburuan tercepat yang pernah kita capai. Target kita kali ini adalah group jalur Singapura yang paling susah dibekuk ! " Priyo Hendro, atasan Citra telah menunggu di kaki bukit. Pria itu mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Citra.

Citra tersenyum bangga. Baru saja ia hendak mengucapkan sesuatu, sebuah letusan terdengar dari balik pepohonan, dan ia tiba-tiba rebah di depan Priyo dan seluruh anak buahnya. Citra sekejap merasakan dingin dan nyeri di punggung dan dada kirinya, untuk kemudian dunia pun menjadi gelap baginya.

.........

Citra merasakan pening yang amat sangat. Ketika terbangun, mula-mula ia mendengar suara gamelan sayup-sayup di telinganya. Citra mengerenyitkan kening, antara sakit dan heran.

Siapa yang menabuh gamelan di rumah sakit? Citra yakin saat ini ia terbaring di salah satu ruang perawatan karena luka tembak yang dideritanya terakhir kali.

"Aah..." Citra mengeluh sambil sedikit menggeliatkan punggungnya yang terasa pegal. Ia membuka matanya perlahan, berharap melihat Sherly atau Yudhis, kedua anak buah sekaligus teman yang paling setia.

Tapi Citra terperangah melihat pemandangan yang tertangkap indra penglihatannya.

Di atas kepalanya, ia melihat kelambu sutra berwarna ungu muda bersulam , menghias tempat tidur kayu besar yang mewah. Di balik kelambu, terlihat dinding kayu berukir dan berlapis prada emas. Interior yang apik dan...sedikit kuno.

Ini ruang perawatan yang sangat bergengsi dan klasik !

Citra mencoba menggerakkan kepala menunduk, melihat dadanya. Ia menduga dadanya pasti diperban, dan lengannya dihubungkan pada selang infus.

Tapi ia tercengang, ketika melihat lengannya yang putih dan telanjang, dadanya juga telanjang, tanpa sehelai benang pun, dan....tidak ada luka sedikitpun.

Citra terlonjak duduk. Ia menyibakkan selimut sutra tipis yang menutupi tubuh bawahnya. Seluruh tubuhnya mulus, tanpa luka atau bahkan sekedar lebam sedikitpun.

Citra tercengang, ketika ia melihat ukuran dadanya yang tiba-tiba membengkak, dari cup C, menjadi D ! Dan kulitnya yang kuning langsat merona sehat, kenapa menjadi seputih dan sepucat ini?

Ketika meraba rambutnya, ia makin terkejut. Sebelumnya, rambutnya memang panjang. Tapi bukan sepanjang ini, lebat dan melingkar-lingkar sampai melewati pinggulnya!

Citra mendadak ingin histeris, ia bergegas turun dari tempat tidur. Seperti kesetanan, ia menghampiri cermin yang ada di atas meja, di sudut ruangan.

Dan Citra terbelalak, mulutnya terbuka mengeluarkan seruan tertahan. Paras wajah ayu yang terpantul di cermin, bukanlah wajahnya. Wajah cantik dengan mata bulat mellow mendekati mesum, bulu mata panjang dengan hidung bangir dan bibir sensual yang basah, Ya Tuhan !

Ini...ini mirip seperti artis top India yang pernah dilihatnya sekilas di tivi, siapa ya namanya? Citra menggelengkan kepala, bingung dan tak percaya.

Wajah ayu nan belia ini, tubuh sexy gemulai ini bukanlah miliknya. Tetapi kenapa kesadarannya berada di dalam tubuh ini? Kenapa ia bisa berpindah ke sini?

"Aduhai, tuan putri..." terdengar pekik kaget. Seorang gadis muda menghampiri sembari tergopoh-gopoh menutupi tubuh bugil Citra dengan kain sutra. Dituntunnya Citra yang kebingungan untuk duduk di kursi.

"Tuan Putri sudah terbangun, kenapa tidak memanggil hamba? Hamba harus segera menuang ramuan obat untuk tuan putri !"

"Tuan putri??" Citra mengulangi. "Kamu panggil saya tuan putri?"

"Ampun, tuan putri. Kalau tidak berkenan, mohon beritahu hamba !" Gadis itu berlutut di bawah kaki Citra. "Tetapi mohon tuan putri tenang, dan ijinkan hamba melayani tuan putri minum obat ini terlebih dulu!"

"Bukan, aku bukan marah, hanya bingung. Bangunlah . Duduk di sebelahku ini ! Dan tolong jelaskan apa yang terjadi !" Citra membangunkan gadis itu dan mengisyaratkan untuk duduk di sampingnya.

"Tuan putri, hamba harus melayani anda. Hamba tidak pantas duduk di sebelah anda!" Gadis itu terperanjat.

"Tidak apa-apa, duduklah." Citra tersenyum . Gadis di depannya memiliki wajah yang manis dan polos. Citra merasa suka padanya, dan ia berharap mendapat beberapa penjelasan dari gadis itu.

Gadis muda itu menuangkan segelas teh obat yang tersedia di atas meja, kemudian ia membantu Citra meminum obat pahit itu.

Citra terbatuk-batuk sedikit. Si Gadis dengan sigap mengangsurkan saputangan sutra untuk menyeka wajah Citra.

"Terimakasih," Citra tersenyum tulus. "Sekarang tolong jelaskan padaku, ini di mana, siapa aku, siapa kamu, dan kenapa aku bisa ada di tempat ini?"

Kini giliran gadis itu yang ternganga.

"Gawat, tuan putri rupanya mengalami lupa ingatan, akibat benturan tempo hari ! " gumam gadis itu. Cukup keras untuk didengar oleh Citra.

"Jadi aku pernah mengalami benturan ?"

"Benar, tuan putri. Kepala anda terbentur pada kereta . Tabib berkata kondisi anda cukup parah. Anda terbaring pingsan selama beberapa hari. Tetapi kepala anda tidak mengalami luka sedikitpun. Tidak disangka Tuan Putri bisa mengalami lupa ingatan karena kecelakaan itu !"

"Oh, seperti itu... Kalau begitu, bisakah kamu memberitahu saya segalanya tentang diri saya? Dan terlebih dulu, tolong beritahu siapa namamu!"

"Hamba Sekar Kemuning, tuan putri biasanya memanggil hamba Sekar. Hamba pelayan tuan putri sejak kecil ," wajah gadis manis bernama Sekar itu terlihat murung. Ia sedih karena majikannya tidak mengenalinya lagi. Padahal mereka melewati masa kecil dan remaja bersama-sama.

"Tuan putri bernama Galuh Citrawani Diah Paramhita junjungan hamba, putri sulung dari Adipati Daha. Tahun ini usia tuan putri genap 18 tahun dan telah dinikahkan dengan jodoh tuan, putra Raja Panjalu, Raden Jayanti Suryapaksi. Saat ini tuan putri berada di istana keputrian keraton Panjalu."

Citra menutup mulutnya yang ternganga. Daha ? Panjalu? Ini jaman kapan? Dan siapa namanya tadi? Galuh Citrawani?

Baiklah, agak mirip dengan nama aslinya, Citra Kartika.

"Hamba mengiringi tuan putri untuk menikah ke istana beberapa minggu yang lalu. Namun, tuan putri bukanlah permaisuri putra mahkota, melainkan... istri kedua...atau istri alit dari Raden Jayanti Suryapaksi."

"Heh? What the hell... ??" cetus Citra. Mendadak ia merasa ingin pingsan lagi.

"Tuan putri mengatakan apa tadi?" Sekar Kemuning bertanya kebingungan.

"Bukan apa-apa, aku kaget mendengar kalau aku bukan istri pertama. Apakah aku seorang pelakor, Sekar? Eh, maksudku ..apakah aku telah merusak rumahtangga wanita lain?"

"Tidak, tuan putri. Anda adalah jatukarma Raden Suryapaksi yang telah ditentukan oleh junjungan hamba Adipati Daha dan Paduka Raja Panjalu, sejak anda masih bayi. Namun, sungguh disayangkan, Raden Suryapaksi membawa seorang istri ketika memenangkan perang, dia adalah tuan putri kerajaan Jenggala yang kalah perang.... Galuh Putrika Sundari ..."

"Hmm...Lanjutkan, Sekar."

"Raden Suryapaksi telah menikahi Paduka Galuh Sundari selama 3 warsa, tetapi hingga kini beliau belum memiliki keturunan, sehingga Paduka Raja Kahuripan meminta kepada ayahanda Raja Daha untuk menikahkan anda ke Panjalu sesuai janji dahulu."

"Tetapi Raden Suryapaksi telah mengingkari janjinya dengan menikahi perempuan lain, dan menjadikan putri ayahandaku sebagai permaisuri alit. Mengapa ayahanda tidak menolak pernikahan ini?"

"Adipati Daha dan Yang Mulia Paduka Raja Panjalu adalah adik kakak. Dengan kata lain, suami anda, Raden Suryapaksi adalah juga sepupu anda. Tidak mungkin membatalkan ikatan perjodohan, meski seratus istri telah dinikahi sebelumnya."

"What the hell?!" maki Citra . Aturan macam apa ini?

"Ngomong-ngomong ini tahun berapa, Sekar?" Citra memegang tangan Sekar. Ia yakin, entah karena apa, ia mengalami time travel. Tubuh aslinya entah berada di mana saat ini, setelah tertembak oleh anggota gerombolan Rassidy.

Mungkin tubuhnya terbaring di sebuah ruang ICU, mengalami koma dengan kehidupan ditopang oleh sistem. Mungkin juga tubuhnya telah dinyatakan mati dan telah dikremasi oleh teman-teman terdekatnya, lalu abunya ditabur di lautan, sesuai dengan mandatnya dulu.

"Hah? Bahkan tuan putri pun melupakan tahun berapa ini?"

"Sekar, please deh, aku benar-benar blank saat ini, memoriku kosong, tidak ada satupun yang aku ingat. Tidak ada satu pun! Tolonglah, kamu bantu aku untuk mengingat segalanya."

"Baik, tuan putri. Sekarang adalah tanggal 20 sasih karo tahun 1180." Dalam hati Sekar mengeluh, tuan putri tidak hanya melupakan segala hal. Ia juga sering mengucapkan kata-kata dan pernyataan aneh yang belum pernah didengar oleh Sekar, seumur hidupnya.

"Jadi aku mohon, kamu beritahu aku setiap detail, setiap peristiwa, dan setiap orang yang ada hubungannya dengan aku ! Kamu bisa melakukannya pelan-pelan."

"Baik, tuan putri."

...

Galuh Citrawani Diah Paramhita terlahir sebagai putri sulung dari istri utama Adipati Daha. Ia memiliki seorang adik kandung laki-laki bernama Nareswara Paramudita, dan dua adik tiri perempuan dari selir.

Sejak terlahir, Citra telah ditunangkan dengan sepupunya, Raden Suryapaksi yang berusia 5 tahun lebih tua darinya.

Saat itu terjadi peperangan antara Panjalu dan Janggala, kerajaan yang sejatinya masih ada pertalian darah leluhur. Pasukan kerajaan Panjalu yang dikepalai oleh paman termuda Citra, Panglima Jayasendra, memenangkan perang pada awal bulan Caitra. Sehingga bayi mungil putri kakaknya yang baru terlahir ke dunia, diberi nama Galuh Citrawani.

"Galuh Citrawani adalah putri kesayangan seluruh kota kadipaten Daha dan istana Panjalu. Anda sangat dekat dengan Paduka Raja dan Permaisuri.Entah kenapa Raden Suryapaksi membawa putri Galuh Sundari ke istana dan menjadikannya istri utama."

"Anda sebenarnya adalah putri yang berhati mulia... seharusnya...seharusnya... andalah yang menjadi permaisuri, bukan Galuh Sundari, karena dia adalah..putri musuh kerajaan Panjalu.." Sekar bercerita dengan sedih

"Tuan putri setiap hari termenung, menangis, terkenang pada tunangan anda. Adik anda, Raden Nareswara pernah memohon kepada ayahanda untuk menikahkan anda pada putra Adipati Ujung Galuh, tetapi ayahanda menolak. Karena tidak ada persetujuan dari Yang Mulia Paduka Raja ."

"Beberapa bulan lalu, Yang Mulia menitahkan tuan Adipati untuk menikahkan anda ke istana. Raden Nareswara tidak setuju, hingga dia melarikan diri dari istana kadipaten. Pernikahan anda tetap terlaksana tiga minggu lalu dengan meriah, pada penanggal purnama Kasa tahun 1180."

Citra termangu. Jadi ia telah berpindah ke tubuh seorang putri dengan perbedaan waktu nyaris seribu tahun. Pikirannya kacau.

Jelas-jelas Sekar berbicara dengan bahasa kuno, tetapi kenapa ia bisa memahaminya dan bisa pula berkomunikasi balik?

"Sekar, aku pusing..." keluh Citra sambil memijat keningnya.

Sekar telah selesai melayaninya mandi dan berganti pakaian. Gadis itu menuntunnya menuju ke pembaringan.

"Tuan putri berbaring saja dulu. Dua hari tuan putri terbaring pingsan, begitu bangun telah banyak bergerak dan berbicara. Hamba seharusnya memanggil tabib dulu sebelum melayani anda mandi."

"Tidak apa, Sekar. Aku merasa lebih segar setelah mandi, hanya kepalaku terasa pening. Tolong pijatkan kepalaku ."

Sekar memijat lembut kepala majikannya.

Citra baru memejamkan kepalanya, seorang pelayan lain memasuki ruangan dan melaporkan kedatangan Permaisuri .

"Adik Galuh Citra telah terbangun?"

Suara yang merdu mengalun, mendahului kedatangan seorang wanita anggun secantik bidadari.

Citra berdecak kagum.

Wanita yang baru datang ini, kecantikannya tak tertandingi. Kulitnya yang halus bagai bercahaya, serasi dibalut busana kerajaan yang mewah.

Citra mendekatkan kepalanya pada Sekar yg berlutut di bawah pembaringan.

"Sst, Sekat, ini siapa?"bisiknya.

"Tuan putri, ini adalah madu anda, Permaisuri Galuh Putrika Sundari."

Terpopuler

Comments

R⃟ Silu ✰͜͡w⃠🦃🍆(OFF)

R⃟ Silu ✰͜͡w⃠🦃🍆(OFF)

awal yg keren

2022-02-20

2

Viana

Viana

keren 👍👍👍😱😱😱😍😍😍

2022-02-16

2

momy ida

momy ida

awal yg menarikkkk😍😍😍

2022-02-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!