Ersya Areka Elvano.
Nama laki-laki yang sejak tadi berjalan lebih dahulu dari barisan X IPS 3. Di dalam hati Freya ada yang meloncat-loncat sampai membuat Kaya tidak habis pikir dengan rasa suka sahabatnya. Ruam-ruam kemerahan selalu muncul ketika melihat kakak kelas itu tersenyum seraya menjelaskan tiap sudut bangunan SMA Internasional Bayanaka.
Freya mengakui, Areka tidak setampan cupid bayanaka, Eros atau para the golden boys of Bayanaka. Tapi, tentu saja ... baginya ketampanan kakak kelasnya itu hampir mendekati Jun Matsumoto, artis favoritnya. Tingginya sekitar 180 cm, sangat menguntungkan kalau ikut Basket. Matanya hitam, rambutnya hitam kecoklatan, benar-benar ketampanan rasa lokal.
Freya tidak sadar barisannya berhenti berjalan, sampai hidung mancungnya menabrak barisan depan. Tidak mau cari masalah dia langsung minta maaf. Kaya yang di sebelah mencoba menahan tawa tapi dia terlalu sibuk mendengar apa yang Areka katakan.
Tangan Areka menunjukkan ruangan dengan jendela yang ditutup gorden dan pintunya yang menutup, di tengah pintu ada kotak dengan lubang persegi panjang di depannya. "Ini ruangan khusus untuk Dewan siswa. Berseberangan dengan ruangan OSIS. Dewan siswa hanya ada di SMA, tapi mengurusi semua siswa dari SMP dan SMA."
Seseorang mengajukan tangannya. Areka mempersilahkan. "Tugasnya apa, Kak?"
"Bila ada yang melanggar peraturan, etika dan lainya, dewan yang akan mengurus memberikan hukuman. Bila ada hal yang mengganggu, bullying, bisa dikeluhkan melalui kotak ini." Areka menunjuk kotak dengan lubang persegi panjang di depannya. Semuanya mengangguk paham dan kembali berjalan.
Freya tidak tertarik pada organisasi. Males banget ngurusin orang lain, pikirnya.
Sayangnya waktu berjalan cepat, masa orientasi pun berlalu. Areka berpamitan pada kelas X IPS 3 ketika semua adik kelasnya sampai di kelas dan duduk rapi di bangku masing-masing. Kaya dan Freya tidak mengambil bangku yang terlalu jauh. Duduk di belakang dekat dengan jendela. Tempat paling strategis karena bisa langsung melihat pemandangan taman jurusan di lantai satu.
"Udah puas belum ketemu Kak Areka?" tanya Kaya di belakang Freya.
Freya berdiri dan memutar kursinya, lalu duduk menghadap sahabatnya. "Belum, soalnya besok enggak tau bisa ketemu apa enggak, huh," gerutunya.
"Ya ampun, Freya. Masa kalian harus ketemu tiap hari? Pacar aja bukan, oops ... bahkan Kak Areka belum tentu kenal kamu. Paling juga besok udah lupa sama kelas ini," ucap Kaya dengan mulut yang sepertinya ketumpahan sambal level 10 Bi Nina—penjual nasi uduk di kantin SMP.
Freya cemberut, tidak aneh bagi Kaya melihatnya. Sering kok, kalau dia berkata pedas tentang Areka. Untung saja Kaya sahabatnya, kalau bukan udah dibuang ke tong sampah!
"Ih ... Kaya! Nih ya denger, nama Kak Areka itu ... Ersya Areka Elvano," timpal Freya kesal. Sebelah alis Kaya naik. Bingung, apa maksudnya.
"Terus apa hubungannya?"
Freya tersenyum cerah. " Nama belakang aku sama Kak Areka itu mirip. Jadi aku sama dia ditakdirkan untuk bersama, 'kan?"
Kaya menggeleng-gelengkan kepalanya. Aduh, sahabatnya ini kelewat cerdas atau kelewat mabuk asmara sih? "Enggak, kecuali kamu bisa buktin yang lainnya."
Freya menimbang-nimbang, lalu berkata. "Ada lagi dong. Kamu tau enggak kelas berapa Kak Areka? XII IPS 3! Cocok banget kan?"
"Terserahlah." Kaya melambai-lambaikan tangannya, pusing yang ada. "Nanti sore kita ke aula ya! Pilih-pilih ekskul. Aku mau ikut Mading, biar bisa ketemu terus sama Cupid-nya Bayanaka."
Keadaan berbalik, Freya yang menggeleng-gelengkan kepalanya. Begitulah mereka, bikin iri satu kelas karena sangat dekat.
Aula di sekolah penuh dengan murid SMA pada sore hari. Freya tidak berminat melirik ke stand ekskul yang berjajar saling berseberangan dan menyerukan nama ekskul mereka. Beberapa orang mendatangi Kaya dan dirinya, menawarkan masuk klub ini itu, tidak jarang pujian dilontarkan kepadanya. Tapi, tentu saja matanya mencari-cari Areka.
Kaya mengajaknya untuk masuk ke klub mading, ada dua orang yang sama tinggi tapi beda warna rambut; yang satu pirang dan yang satu lagi hitam. Tampan sih ... tapi masih jauh kalau dibandingin sama Kak Areka.
"Enggak dulu deh, Kaya." Dua orang anak laki-laki itu hanya tersenyum, bersyukur ada yang sudah daftar.
"Tidak apa, nanti kalau kamu berubah pikiran bilang saja pada temanmu. Oh, nama kalian Kaya dan Freya?" tanya laki-laki berambut hitam yang melirik Kaya lalu Freya. Senyum terukir jelas di wajah anak laki-laki tersebut, menambah poin tampannya.
"Benar, Kak. Kalau nama kakak siapa?" tanya Kaya.
Anak laki-laki masih tersenyum. "Aku Artha, ketua klub mading yang baru. Sepertinya yang di sebelah kamu tau yah? Pasti beritanya sampai ke gedung SMP. Dia Raymond, Cupid-nya Bayanaka."
Raymond hanya sekilas tersenyum lalu memainkan kameranya. Tapi, cukup lah untuk membuat Kaya bahagia. Mereka masih betah mengobrol dengan kakak kelasnya yang baru. Apalagi keduanya dari jurusan yang sama. Freya juga menikmati obrolan, walau matanya terus mencari Areka.
Di tengah pembicaraan, seseorang anak laki-laki memegang tangan Freya. "Enggak boleh pake gelang. Memang di SMP kalian enggak diajarin ya?"
"Ih apaan sih!" Freya langsung menginjak kaki anak laki-laki tersebut sampai kesakitan. "Jangan sentuh aku!"
Semua tertawa. Lihat! Karena dia, Freya jadi tontonan. Menunduk, menahan malu. Kaya tahu sahabatnya sedang malu, dia berinisiatif untuk pergi dari sana.
"Leon, dia masih murid baru. Beritahu dengan baik. Jika Areka tahu, mungkin kamu yang kena hukuman." Anak laki-laki itu menunduk dan membenarkan kata Raymond. Sebaiknya besok pagi dia minta maaf.
oOo
"Freya ... time to go school!" teriak Kaya layaknya ibu-ibu. Padahal Mamanya tidak pernah seperti itu, huh. Tapi, orang yang dituju malah meringkuk dalam selimut. "Hey, girl! Are you listening to me?"
Freya sudah sepenuhnya bangun. Enggak mau masuk sekolah! Baru hari pertama saja malah dipermalukan oleh anak laki-laki yang tidak dikenalnya. Masa baru masuk udah kena masalah lagi.
"Freya ... bangun!" Kaya menggoncang tubuh sahabatnya agar bangun. Entah kenapa tidak berhasil.
Ada suara di balik selimut. "Enggak mau."
Why?
Kaya menghembuskan napas. Sepertinya Freya memang belum tahu peraturan di sekolah, yah walaupun mereka di Bayanaka sudah lama. Wajar kok. Anggota dewan di SMP sudah angkat tangan dengan sahabatnya. Susah dibilang, lapor BK juga percuma. Tiap Minggu selalu ada nama sahabatnya di daftar pelanggaran.
"Jangan pakai gelang lagi. Nanti anggota dewan nyamperin kamu. Masa kamu gak kapok sih sejak SMP?" ucap Kaya.
Freya mendadak duduk dan menatap Kaya bingung. "Dewan? Jadi waktu SMP yang suka nahan aku, ngomel gak jelas dan lapor ke BK itu dewan siswa?"
Demi apapun itu, Freya enggak pernah sadar? Kaya menggeleng-gelengkan kepalanya. Freya emang kurang update, tapi masa sampai anggota dewan aja enggak kenal?
"Aku tau kamu itu cerdas, jadi gampang naik kelas dan lulus. Come on ... sampai hal kecil seperti dewan aja kamu enggak tau? Padahal Kak Areka juga dewan siswa."
Freya menggeleng lalu memikirkan kembali Areka. Dia cuma tahu kalau orang yang disukainya itu anggota OSIS. Ya, dia akui kalau dirinya memang sangat kurang update pada berita Bayanaka gara-gara banyak berita yang enggak bermutu untuk dicerna. Tapi, hal penting juga jadi tidak terbaca olehnya, dan dia sangat menyesali itu.
Tunggu anggota dewan? Sekarang dia punya ide bagaimana caranya bertemu Kak Areka lagi. Bukan sehari, tapi tiap hari!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
ItsKatie TheMaster
semangat kak! Ditunggu Feedbacknya yaa!
2020-04-29
2
Sri Indah Wijayanti
Nah kan Freya malu karena perbuatan sendiri
2020-04-10
0
Miss R⃟ ed qizz 💋
semangat
2020-04-03
0