Summer bolak balik menatap tampilannya di depan cermin panjang yang melebihi tinggi badannya. Dirinya yang kemayu sedang menggunakan kebaya yang semestinya dipakai saat pernikahan Samuel Rumi, tetapi karena saking banyaknya pakaian yang dibuat untuk pernikahan kakaknya itu hingga ada 3 kebaya menganggur dan sama sekali Summer tak pernah pakai sekali pun.
Oh yah, Summer berdandan seperti ini disebabkan telepon Samuel dua jam lalu yang mengabarkan jika kakaknya sedang berada di New York. Samuel mengatakan jika dia sedang menghadiri pertemuan para pengusaha muda Indonesia, dan meminta Summer menjadi pasangannya.
Aneh dan sangat mendadak, mengingat Samuel bukan tipikal orang yang suka memberikan kejutan.
Kembali Summer menyemprotkan hair spray agar sanggul simpel buatannya bertahan lama.
"Mungkin sempurna." Gumamnya tidak percaya diri namun tetap meraih saddle bag, memasang slingback pump shoes senada dengan sarung batiknya.
"Tuhan, aku akan menjadi perhatian." Summer menggigit bibirnya sembari membuka pintu apartemen.
Ia hampir kembali masuk ke dalam kediamannya setelah melihat Riley yang sedang berjalan di ujung lorong, tapi pria itu terlanjur melihat penampilan Summer.
"WOWW ! Luar biasa cantik !" Seru Riley menghampiri dengan wajahnya yang berbinar. Pria berkulit putih itu pun memerah karena terpesona oleh tetangganya yang pertama kali terlihat berdandan formal
"Menurutmu bagaimana penampilanku, Riley?" Tanya Summer menaruh tangannya di pinggang
"Cantik, sangat cantik. Apakah ini pakaian dari negaramu, Doc ?" Riley tersenyum semringah penuh puja.
"Yeah..." Summer membulatkan mata sambil mengangguk
"Kau sempurna ! Aku harus memotretmu Summer, atau kita selfie saja." Riley mengambil ponselnya lalu merangkul bahu tetangganya, keduanya pun tersenyum manis pada benda canggih tersebut.
"Kirimkan aku foto itu Riley. Sorry aku terburu-buru, aku akan bertemu dengan kakakku." Ucap Summer meraih ponselnya yang kembali berdering "See you tetangga manis" sambungnya memberi pelukan kilat kepada Riley yang terkekeh keras.
Riley ikut mengantar Summer hingga masuk ke dalam lift, walau gadis itu sibuk menjawab telepon dengan bahasa yang tidak dipahaminya.
Hai Finnie bro, bagaimana menurutmu ?
Riley mengirimkan foto selfienya dengan Summer ke Finlay.
Tak lama kemudian ponselnya berdering dari pria yang terpancing, Robert Finlay.
"Jangan berani-berani mengambil wanita yang menjadi targetku, Iley. She's mine, you know ?"
Riley tertawa keras mendengar suara kakaknya yang sedang cemburu kepadanya, Finlay seolah tergila kepada gadis yang tak menahu apapun tentang saudaranya itu.
"Kami terlihat sempurna" lanjut Riley memanas-manasi Finlay.
Dengusan kasar terdengar di telinga Riley membuatnya tergelak tawa, ia membayangkan wajah kesal kakak satu-satunya
"Very Big NO ! Please, jaga Summer untukku " pinta Finlay yang membuat Riley mengeryitkan alisnya.
"Sepertinya kakakku sedang tertukar, hey... Kembalikan Robert Finlay ke raganya. Ini bukan kamu Finnie!" Seru Riley tertawa mengingatkan kakaknya
Suara tawa berat dari Finlay menggema hingga Riley menjauhkan ponselnya dari telinga
"Iley, besok sore aku akan tiba di New York, tolong aturkan jadwal makan malam bersama dengan Summer"
Riley meringis mendengar pemintaan Finlay
"Aku berikan 5% persen sahamku di Finlay Mersia"
Kembali pria berusia 23 tahun itu mendecih dengan penawaran kakaknya.
"Terlalu sedikit" tolak Riley sambil tersenyum miring
"Dasar rakus... Kau tahu berapa 5% dari omzet Finlay Mersia sebulannya ? Bisa membeli 10 bangunan apartemenmu adek kecil. Baiklah 10%"
"AHA !! Deal kakakku tersayang, urusan Summer serahkan padaku. Besok malam kau akan memandangi wajah tetangga cantikku sambil candle light dinner. Jangan lupa membawa stempelmu kesini"
Kedua kakak beradik itu tertawa ringan.
"Sekretarisku akan membuat surat perjanjian ini, kau tinggal menandatanganinya. Baiklah David Riley of Mersia, sampai ketemu besok"
Riley menggelengkan kepalanya tidak percaya akan perbuatan kakaknya, tidak pernah terjadi sebelumnya seorang Robert Finlay bermurah hati seperti ini memberikan secara cuma-cuma saham dari salah satu perusahaannya.
...
"Kak Rumi ." Panggil Summer begitu turun dari taksi yang mengantarkannya ke Four Season Hotel, hotel berbintang 5 yang berada di pusat kota.
"Dokter Rindu.. seperti biasa, kau sangat cantik adikku." Samuel meraih tangan Summer membantunya menaiki anak tangga dan mereka langsung memasuki lobby hotel.
Summer memandang wajah Samuel yang terlihat senang kemudian sendu. Ekspresi yang membuat Summer mengerutkan alisnya.
"Kak Rumi terlihat sedang memikirkan sesuatu yang berat. Ada apa kak?"
Samuel menangkup wajah Summer menatapnya lekat dengan mata berkaca-kaca.
"Maafkan kakak." Samuel memeluk erat Summer seolah tak ada hari esok, sangat erat hingga gadis berusia 24 tahun itu mulai merasakan sesak napas.
Samuel menghela napas dalam lalu melepaskan pelukan, ia kemudian menggenggam jemari adiknya yang makin kebingungan apalagi Summer melihatnya menyeka air mata.
"Kita ke ballroom.." ucap Samuel menggamit tangan Summer, adik bungsu yang tak henti memandangnya.
Ballroom yang di tuju bukan venue terbesar di hotel berbintang itu, dari luar Summer telah memperkirakan kapasitas tampungnya tak lebih 100 orang.
"Rindu... Maafkan kakak, suatu hari aku akan menebus kesalahan terbesarku ini." Ucap Samuel mengeratkan jalinan jemari dengan adik bungsunya sesaat mereka di depan pintu. Dua orang berjas hitam kemudian membukakan lebar-lebar daun pintu yang membuat Summer nyaris menjatuhkan matanya melihat isi ballroom mini tersebut.
"Kak, ada apa ini?." Tubuh Summer mendadak gemetar dengan mata memandangi satu persatu orang yang sangat dikenali dan kebanyakan sangat asing baginya.
Sean dan Sienna beserta keluarga kecilnya tersenyum lebar menatapnya, mereka terlihat sangat bahagia dengan kedatangannya.
Gamitan tangan semakin mengeras begitu melihat pria berjas abu mengumbar senyuman lebar yang sangat di benci Summer.
Mata gadis berkebaya terpaku pada hiasan di dinding panggung "Our Engagement Party Rindu and Jason"
"Apa !!!" Kali ini cengkeraman tak tanggung di lengan Samuel, kuku Summer menembus jas berbahan wool milik kakaknya.
"Maafkan aku Summer." Lirih Samuel tetap menggiring adiknya menuju ke depan.
"Kenapa harus seperti ini? Kak, tolong aku." Suara Summer bergetar, berkali-kali menggigit bibirnya hingga merasakan rasa sakit, ia sangat berharap ini hanya sebuah mimpi buruk. Sayangnya bukan.
"Kak.. kenapa kalian melakukan ini ?" Sisa berapa langkah mendekat kepada Jason, Summer berbalik masuk ke dalam pelukan Samuel, menangis tersedu.
Samuel menghela napasnya sangat panjang, hatinya meronta dan ikut merasakan kesedihan adik kesayangannya. Namun ia masuk dalam perjanjian yang disepakati dua perusahaan besar. Posisi lebih besar dibandingkan sebelumnya, walau harus menggiring Summer seperti ini.
"Papa..." bisik Samuel
"Siapa lagi kalau bukan ******** tua itu!" Umpat Summer berbisik perih dalam dekapan Samuel. Penghargaan terhadap kedua orang yang melahirkannya saat itu telah habis, tersisa rasa benci yang sangat besar.
Bisnis ! Summer yakin ia telah menjadi syarat utama sebuah kesepakatan bisnis antara Adyuta dan Jason, bahkan satu-satunya orang yang Summer percaya menjadi tak berdaya ikut dalam sandiwara busuk orang-orang yang tersenyum semringah di tengah pilu hatinya.
"Rindu... Lihat aku dek." Samuel menaikkan wajah sembab adiknya, pria tampan setelah Sean di keluarga Mahawira itu menggelengkan kepala menatap Summer.
"Andai ada jalan lain, aku pasti membawamu pergi. Tapi aku telah menikah, tidak berdaya karena Jason akan menekan perusahaan keluarga Puri kalau aku tidak mengantarmu kesini. Dan Jason memberikan aku jabatan di perusahaan merger ini."
Summer hanya bisa memandang dengan sorot mata nanarnya kepada Samuel Rumi. Di reruntuhan hatinya ia bisa tahu jika kakaknya itu berkata jujur. Mata sendu dan memburam milik Samuel, pria yang sedang tertekan berat, antara mengorbankan keluarga istri atau adik bungsunya. Dan opsi jatuh kepada Summer.
"Rindu.." panggil Jason dari belakang, tubuh Summer menyentak mendengar suara pria paling dibencinya.
"Maafkan aku dek." Samuel melepaskan tangan adiknya mengetat tak mau berpisah, pria yang menjatuhkan air mata melihat raut wajah Summer yang menampakkan luka.
Tangan kokoh tanpa permisi langsung memeluk pinggang Summer yang membuat tubuhnya menegang dan tangannya terkulai melepaskan Samuel.
"Kenapa kau menangis, Honey ?" Bisik Jason sembari menuntun Summer menuju meja tempat dimana para pemain utama berada. Keempat orang tua Jason dan Summer yang sedang mengembangkan senyuman.
"Jangan menangis, karena aku takkan melukaimu. Ini langkahku untuk mendapatkanmu, andai kau mau membuka hati aku tidak perlu melakukan ini. Aku hanya mencintaimu Rindu, sangat-sangat mencintaimu."
Summer menaikkan wajahnya menantang wajah tegas pria yang sebentar lagi akan mengikatnya.
Aku merasakan hal berbeda ! Sangat sangat sangat membencimu Jason Cyrus Udayana !
...
Finlay memainkan gelas winenya dengan malas, wajahnya menegang sesekali melirik adiknya yang sedang terfokus dengan ponselnya. Telah sejam ia duduk di sofa ruang tamu adiknya yang menurutnya sangat sempit.
"Sepertinya kau mengerjaiku, Iley. Sekretarisku sampai aku suruh ke kantor malam-malam hanya untuk membuat surat kesepakatan sialan ini." Umpatnya menatap map yang dibawanya terbang dari Skotlandia ke New York.
Riley menoleh dengan wajah kalutnya "Sungguh Finnie, aku tidak mengerjaimu. Terakhir aku bertemu Summer kemarin, dan dia mengatakan akan ke hotel bertemu dengan kakaknya. Malamnya aku menunggu Summer pulang dan mencoba meneleponnya namun ponselnya tidak pernah aktif." Jelas Riley
Finlay membuang muka sambil mendengus kasar, pria yang lebih tinggi dari Riley beranjak dari sofa lalu menaruh gelasnya. Finlay berjalan menuju pintu apartemen, diikuti oleh Riley.
"Bagaimana jika Summer-ku berada di dalam apartemennya dan ternyata sedang pingsan tak sadarkan diri." Tangan Finlay mengepal, Riley melewati tubuh kakaknya melangkahkan kaki dengan lebar menuju apartemen Summer dan memencet bel berkali-kali.
"Dia tak ada di dalam Finnie, aku sudah mencobanya dari kemarin malam, tadi pagi, siang hingga sore sebelum kau datang. Dan tidak ada jawaban."
Rahang Finlay makin mengeras, pria bersuit hitam itu menarik napasnya panjang. Kakinya lalu menendang dengan kuat pintu apartemen Summer dan dalam sekali tendangan daun pintu yang terbuat dari baja terbuka dengan gampangnya. Riley membelalakkan mata dengan perilaku tidak sopan kakaknya itu.
"Aku akan menggantinya." Ucap Finlay santai lalu memasuki kediaman Summer tanpa ijin. Finlay kemudian melangkahkan kakinya dengan kepercayaan diri sangat tinggi, hal yang dimiliki secara turun temurun keluarga mereka.
"Dokter Summer." Panggil Riley ketika melewati ambang pintu, dan langkahnya terhenti ketika melihat kondisi apartemen Summer yang kosong melompong.
Riley tergesa berjalan menuju ruang yang ditahunya adalah surga Summer, tak lain tempatnya melukis.
Kosong !
"Kau mengerjaiku David Riley !" Teriak Finlay mengikuti adiknya.
"Tidak ! Aku tidak mengerjaimu Robert Finlay!" Balas Riley tak kalah sengit, debaran jantungnya sekarang berada di level sedikit lagi akan terkena pembunuh tercepat manusia, serangan jantung.
Riley mengarahkan kakinya ke kamar tidur Summer, sama halnya dengan ruangan lainnya, tak ada tanda-tanda jika pernah ada orang yang menghuni apartemen itu.
"Apa ini ?" Finlay mengambil benda persegi di kakinya
Riley membalikkan badannya, di tangan Finlay sebuah bingkai foto kecil terbuat dari kuningan.
Foto Summer menyandarkan kepala kepada seorang wanita berambut putih, keduanya tertawa bahagia dalam gambar itu.
"Aku tidak membohongimu Finnie !" Mata Riley berkaca-kaca, dadanya sesak.
"Sesuatu tidak beres telah terjadi, Iley !" Finlay menatap adiknya dengan wajah sangat marah, rahangnya mengeras dengan sorot mata menghujam Riley hingga ke dada.
"Apa kita harus lapor polisi ?" tanya Riley
Finlay menggelengkan kepala, sementara bingkai foto Summer dipegangnya erat.
"Jika yang kau katakan Summer pergi dengan kakaknya, kemungkinan ini adalah permasalahan keluarga. Aku telah curiga saat kau mengatakan jika Summer seorang dokter dan sekarang sedang berkuliah seni. Keluarganya pasti menentang dengan impian gadis cantikku itu. Ah Riley ! Kenapa di saat aku bersungguh-sungguh ingin mengenal seorang wanita, malah kenyataan seperti ini yang kudapatkan." Riley memijit keningnya dengan keras sementara Finlay kembali memandang bingkai foto di tangannya, senyuman Summer yang berkali-kali hadir di mimpinya membuatnya terbang ke New York.
"Kita pasti akan menemukannya, Iley !"
Finlay kembali menatap Riley, kedua bersaudara itu menarik napas yang sangat dalam.
"Indonesia..." Lanjut Finlay bergumam.
###
Team Jason
Team Finlay
alo kesayangan yang telah menjadi fans novel baruku 🥺,
maaf jika updatenya lamaaaaa...
aku berusaha membagi waktu yah, kehidupan nyata dan dunia mangatoon 🤭
perlahan, aku akan menyajikan drama-drama 😝
so sabar 😂
love,
D 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Hesti Pramuni
lo pintar cari pict tokoh2 dlm your story.
mm...
masih awal...
apakah pangeran berkuda putih datang ke indonesia, thor..?
2021-05-04
1
cumi manis
semoga rindu berakhir bahagia kedepan nya
2020-11-29
0
Maria Rajasa
summer sama Finlay, Jason sama aku
2020-10-01
0