Dear Kak Jason,
Maaf saya harus memberitahu lewat surat ini, bahwa saya menolak untuk bertemu lagi dengan Kak Jason.
Saya tidak berada di apartemen, saya jamin kakak tidak akan menemukan di mana sekarang saya tinggal.
Jadi, saya mohon kakak untuk kembali ke Indonesia daripada membuang waktu untuk hal yang tidak penting.
Summer
Jason membaca berulang kali surat yang dititipkan Summer melalui tetangganya, pria yang mempunyai bintik di wajah dan dari logat bicaranya Jason tahu jika tetangga Summer seorang berkewarganegaraan Scotland.
Surat Summer pula yang menemani Jason kembali ke Indonesia, ia paham jika menuruti ego untuk bertemu gadis itu lagi sepertinya suatu hal yang mustahil. New York kota yang besar, belum lagi jika Summer pergi ke kota lain.
Jason sampai menghapal perkata surat gadis itu, ia merasa tersinggung dengan Summer mengerdilkan dirinya sendiri dengan mengatakan ia tidak penting, ckckck.. gadis itu tidak tahu bagaimana posisinya di hati Jason sampai harus terbang ke New York di tengah jadwal pekerjaan yang sangat padat.
Pastinya Jason tidak pernah mengejar seorang wanita seperti ini, terbang melintasi benua dan hanya mendapat sebuah ciuman.
Jason meraih telepon genggamnya sesaat kakinya menapaki landasan pacu, ia kemudian melangkah lebar menuju mobil mewah yang telah menunggu kedatangannya.
Jason sesaat berdeham lalu menekan tombol memanggil
"Halo paman"
"Halo Jason, bagaimana? Sudah bertemu dengan Rindu ?" Suara Adyuta terdengar riang di ujung telepon
"Iya paman, kami sudah bertemu"
Adyuta terkekeh riang "jadi bagaimana ?"
"Ya.. kita teruskan kesepakatan paman, Merger PT Udayana dengan PT Mahawira." Jason tersenyum simpul.
"Sudah di Jakarta bukan? Kita lanjutkan pembicaraan ini sambil makan siang nak Jason. Oh ya, jangan panggil paman lagi.. mulai sekarang panggil papa, seperti Rindu memanggilku"
Jason terbahak tawa.
"Baik Pa, sejam lagi kita bertemu."
"Aku tunggu nak"
Jason menyeringai saat menutup panggilannya ke Adyuta Mahawira, ia lalu menatap layar ponselnya, foto Summer yang diambilnya secara diam-diam saat mereka makan bersama.
"Ini kau bilang dirimu tidak penting sayang ? Tidakkah kau tahu jika aku selalu memikirkanmu, dan aku telah merencanakan ini semua berapa tahun terakhir. Sebentar lagi Dokter Summer Rindu adalah milikku seorang." Jason mengecup layar datar ponselnya.
...
Summer menyusuri Houston Street atau orang menyebutnya dengan Soho. Pusat kota Manhattan, yang mana segala hal bisa ditemukan di daerah ini mulai dari restoran kelas atas, tempat berbelanja, hiburan malam hingga galeri seni.
Summer memutuskan mengunjungi galeri terbesar di pusat kota selepas jam kuliahnya, Soho Gallery selama seminggu ini memamerkan hasil karya pelukis idolanya, Carter Noble. Pelukis yang tenar awal tahun 90an, kemudian meninggal karena over dosis narkotika 5 tahun lalu. Lukisan Carter Noble tidak pernah untuk diperjualbelikan, ada seseorang yang telah memiliki semua hasil karya yang dipamerkan di galeri tadi.
Dengan melihat lukisan Noble Carter membuat mood Summer lebih baik dari sebelumnya. Tangannya pun gatal ingin cepat sampai di apartemen dan melukis sesuatu yang bertolak belakang dari lukisan yang dilihatnya tadi.
"Summer..." Seru pria memanggilnya ketika melewati Corner Restaurant.
Summer pun sontak berbalik dan melihat tetangganya yang seminggu lalu mendapatkan kekerasan dalam hubungan pacaran berdiri dengan senyuman merekahnya
"Riley, Wassup ?"
Pria yang dihampiri Summer tertawa kecil lalu memeluknya sebentar, sapaan khas orang luar.
"Aku sangat baik-baik saja, bisa dikatakan hebat. Yeah, aku merasa hebat dengan kondisiku sekarang. Terima kasih untukmu Dokter Summer, berkat dirimu aku melewatinya." Riley menyunggingkan senyuman manis dan tulus
"Aku ikut senang mendengarnya Riley."
Riley mengangguk lalu tersenyum lebar
"Kau dari mana Summer?" tanya Riley melihat penampilan tetangganya yang terkesan lebih formal dari biasanya, blus pink di padu celana bahan.
"Soho Gallery, aku habis melihat lukisan Noble Carter." Summer tidak bisa menutupi kebahagian yang terpancar jelas di wajahnya
"Oh ya, bagaimana dengan lukamu ? Maaf aku menyentuhmu." Summer meminta ijin terlebih dulu kemudian bertindak seorang dokter memeriksa bekas jahitan di tangan Riley yang sepenuhnya telah mengering. Di wajah pun tak ada memar kecuali bekas goresan yang sama, telah mengering.
Riley tertawa kecil dengan perilaku Summer "ini pertama kali dalam sejarah hidupku di periksa oleh dokter di pinggir jalan."
"Sama buatku, pertama kali memeriksa pasien di pinggir jalan. Ini karena sejak aku kembali ke apartemen dan tidak pernah bertemu denganmu Riley."
Ya, Summer menginap di hotel selama 4 hari dan selama 3 hari belakangan ini ia tidak pernah melihat Riley bersileweran seperti biasanya.
"Apa kau sibuk ?" tanya Riley
"Tidak juga, tapi sekarang aku ingin kembali ke apartemen selagi otakku sedang ingin melukis."
"Kakakku sedang di sini, ia ada di dalam dan kami sedang makan siang, andai kau bersedia bergabung"
Summer menggelengkan kepala dengan pelan
"Mungkin lain kali. Kakakmu sedang berkunjung di New York?"
Riley mengedikkan bahu lalu memandang ke kaca restoran yang tak tembus pandang dari luar
"Finlay, nama kakakku. Ia di sini, aku harus menemaninya jadi selama itu aku tidak kembali ke apartemen. Tapi besok ia akan kembali ke Skotlandia. Baiklah Dokter Summer, aku tidak akan menganggu jiwa kreatifitasmu, mungkin lain kali aku membalas kebaikanmu. Dinner atau lunch bersama." Ucap Riley tulus
Summer mengulum senyum sembari mengangguk "panggil Summer saja, seperti aku katakan malam itu."
"Baiklah Summer, kalau aku pulang ke apartemen kita akan dinner bersama, aku yang traktir." kembali Riley menegaskan janjinya
Summer tertawa kecil dengan wajah berseri "Tentu saja Riley... Sampai ketemu besok" gadis Asia itu pun memeluk sekilas Riley sebagai salam perpisahan
"Sampai ketemu besok" Riley melambaikan tangannya yang dibalas hal yang serupa oleh Summer.
Pria tinggi berusia 23 tahun itu melangkahkan kakinya masuk ke dalam restoran, kembali ke tempat duduknya semula.
"Jadi... Itu pacar barumu Iley ?" Ucap pria yang memiliki darah sama dengannya.
Riley tersenyum miring lalu mengambil gelasnya yang berisi wine termahal yang dimiliki restoran itu.
"Bukan, ia tetanggaku. Summer, Dokter Summer yang menjahit luka di tanganku."
Mata pria di depannya membulat lalu menyunggingkan senyuman yang sama dengan adiknya.
"Cantik dan seorang dokter. Aku suka dengan rambutnya yang hitam dan kulitnya.. yeah berwarna coklat susu."
"Tidak Finnie.. Summer bukan gadis yang seperti kamu pikirkan. Tolong, jangan masukkan Summer dalam daftar wanitamu. Ia gadis baik-baik."
Robert Finlay yang tak lain ada saudara kandung Riley terlihat mendengus kasar memandang adik satu-satunya.
"Jika aku tidak boleh berarti kau ada hati dengannya ? Mau menggantikan Gianna yang kasar itu dengan Summer? ****** gila yang membuatmu meninggalkan Mersia, sementara kami membutuhkanmu di sana." Finley mengusap dagunya seolah gatal padahal hanya pelampiasan kecewa mengingat mantan adiknya
"Sebentar lagi aku menyelesaikan kuliahku Finnie, pasti aku kembali ke Mersia. Gianna hanya masa lalu, dan aku menyesali telah membuang waktu demi wanita itu."
"Dan patah hati membuatmu bijak lil bro.." sindir Finlay menggerakkan sedikit bahunya, terkesan meremehkan adiknya.
"Aku tidak patah hati, malah justru merasa lebih tenang setelah melepaskan Gianna. Harusnya telah lama aku melakukan ini." elak Riley menatap lurus kepada kakaknya, pria berwajah mirip dengan kakek mereka.
"Yeah yeah... Aku mengerti sekarang Iley. Kamu tidak patah hati karena ada Summer yang menjadi batu loncatanmu berikutnya. Tapi menurutku, mana mungkin wanita secantik Summer mau denganmu, apalagi ia mengetahui jika kamu lemah. Wanita butuh perlindungan dari seorang pria, sementara kau tidak bisa memberikan itu dek. Kau terlalu memuja wanita, mencintainya secara berlebihan hingga saat ia menindasmu kau tak menyadarinya. Sungguh memalukan bagi keluarga kita yang sangat terhormat."
"Tolong berhentilah kak. Cukup kau yang tahu kelakuan Gianna, jangan sampai keluarga kita mengetahui sifatnya. Baik Gianna dan orang yang aku kenal, tidak boleh tahu tentang keluarga kita."
"Termasuk Summer ?"
Riley terdiam sejenak mengalihkan tatapannya ke jalanan.
"Mungkin." Jawab Riley singkat
Finlay memberikan kode ke waiters yang menunggu di sampingnya untuk kembali mengisi wine di gelasnya.
Sambil melihat gelasnya terisi, ia mengulang wajah Summer dalam benak. Ekspresi Summer yang penuh perhatian, tawa kecil, senyuman simpul, entah kenapa Finlay menyukai gadis yang sama sekali belum dikenalnya.
...
Summer kini mempunyai teman akrab yang tak lain Riley, tetangganya. Pria yang lebih banyak menghabiskan waktunya di apartemen saat keduanya tidak mempunyai kesibukan. Dari cerita Riley, Summer jadi tahu jika tetangganya itu berasal dari kota bagian bernama Angus, di Skotlandia. Namun keluarganya memilih tinggal di kota kecilnya yang bernama Montrose, jika di Indonesia kita mengatakan kota kabupaten. Riley berusia setahun dibawahnya sedang menyelesaikan program master di bidang hukum di New York University.
Riley pun telah membalas kebaikan Summer dengan membawanya ke restoran termahal yang berada di pusat kota Manhattan. Sangat royal menurutnya, namun Summer tidak bisa menolak kegigihan Riley untuk membalas budi.
"Jadi kita tinggal menunggu 20 menit dan masakan Indonesia pertamaku jadi?" Tanya Riley yang bolak-balik membuka penutup panci masakannya
Summer tertawa kecil yang sedang bersedekap "berhentilah membuka tutupnya Riley. Itu membuat proses matangnya lebih lama."
Riley memajukan bibirnya lalu melirik Summer "Aku tak sabar memamerkan di sosial mediaku."
"Kau sangat aktif di sosial media. Apa kau dan Gianna masih berteman ? Maksudku di sosial media ?"
Riley menaikkan kedua alisnya
"Jadi kau ingin memamerkannya kepada mantan pacarmu. Riley, apa kau masih berduka ? Aku pernah membaca jika pria lebih lama move on pasca putus cinta. Mereka akan mengatakan baik-baik saja, namun kenyataannya memendam rasa patah hati yang sangat."
"Kenapa kau bisa sangat tahu tentang percintaan Dokter Summer, jika kau sendiri tidak pernah jatuh cinta apalagi berpacaran." Ledek Riley menjulurkan lidahnya yang memicu kesal dari Summer, gadis itu pun lalu meraih sendok mengancam pria itu.
"Apakah wanita semua jahat, tahunya memukul."
Sontak Summer menaruh kembali sendoknya.
"Maafkan aku Riley. Mungkin kau sekarang mempunyai trauma terhadap wanita."
Riley memperpendek jarak di antara mereka hingga keduanya saling berhadapan.
"Kau salah Summer, aku sama sekali telah sembuh. Ya, jujur memang aku akui jika ingin memamerkan ke Gianna tentang proses move on-ku. Agar ia tahu bahwa semua telah berbeda sekarang, dan aku tidak trauma. Tapi untuk menjalin hubungan baru mungkin belum saatnya. Aku sedang menikmati mempunyai teman seperti kamu. Selama ini hidupku terfokus dengan Gianna, hingga aku sama sekali tidak mempunyai teman di kota ini. Teman-teman Gianna tak aku masukkan daftar orang dekatku, karena kami hanya bertemu di pesta dan restoran. Sekalipun mereka tak pernah ke apartemenku, begitu pun sebaliknya." Panjang Riley menuturkan kemudian menghela napas dalam.
"Selama kami berpacaran, tak sekali pun Gianna menyentuh dapur. Ia tidak bisa memasak, sama dengan aku."
Summer menepuk bahu Riley menyemangati "Kau sudah melakukan yang terbaik Riley, memperlakukan Gianna dengan membawanya makan di restoran. Ia pacarmu dulu bukan pembantumu apalagi tukang masakmu."
"Tapi memasak bersama ternyata romantis Doc."
"Apa kau sedang menggodaku Riley?"
Pria berambut ikal itu kembali ke depan kompor sambil tertawa kecil "Bisa dikatakan begitu." Sahutnya mencandai Summer. Bagi Riley kedekatannya dengan gadis ini adalah sesuatu yang spesial, ia sangat nyaman mempunyai seseorang yang bisa ditemani berbicara tanpa melibatkan hasrat.
"Apa yang kau lakukan ?" Summer melihat Riley mengambil foto semur daging buatan mereka
"Aku tidak sabar untuk memamerkannya." Riley langsung mengunggah foto yang diambilnya ke sosial media tak lupa menuliskan keterangan "belajar masak dengan Dokter Summer"
Summer terkekeh setelah membaca caption Riley "Gianna akan bertanya-tanya siapakah Dokter Summer, ah kau jahat Riley."
Riley mendengus kasar "Dia lebih jahat Summer... Kamu sudah melihat perbuatannya."
Bunyi telepon menghentikan Riley untuk melanjutkan ucapannya.
"Kakakku .." Riley seolah mengerti jika Summer ingin tahu siapa yang meneleponnya.
"Halo Finnie."
"Iley... Kau bersama dengan Summer ?" tanya Finlay tanpa basa basi
"Kenapa kau bisa tahu kak?" Balas Riley bertanya sambil melirik Summer di sampingnya
Suara tawa ringan dari Finlay terdengar di telinga Riley
"Aku melihat unggahan fotomu di sosial media lil bro. Semua berjalan baik ? Sekarang kau move on* dengan Summer-ku*?"
"Berhenti menyebut kepemilikan seseorang yang kau tak kenal Finnie. Kami hanya berteman, biar kamu paham."
"Kabar bagus untukku. Oh ya adekku tersayang, aku akan ke New York Jumat ini."
Summer yang penasaran akan pembicaraan Riley di telepon mendekatkan tubuhnya "Ada apa?" Tanyanya melihat tetangganya itu mendesis
"Kakakku akan ke New York besok lusa." jawab Riley
Sambil mengeryitkan alis Summer mencoba mengingat kakak Riley yang sepertinya baru sebulan yang lalu mengunjungi kota New York.
"Bukannya ia baru kesini, kalian bersaudara yang sangat akrab. Hampir tiap bulan mengunjungimu Riley."
Telepon yang belum terputus hingga Finlay dengan jelas mendengar percakapan Riley dan Summer
"Suaranya bagus.. merdu ! Iley, katakan pada Summer jika kedatanganku kali ini untuk bertemu dengannya. Kau tahu dek, aku sampai memimpikan tetanggamu itu."
###
Jason
Riley - kok aku ngerasa dia mirip dgn Nicholas Saputra, bagian mananya yah 😂
Finlay
alo kesayangan ♥️,
bad news, aku melukai tanganku tadi pagi.. maaf jika ada typo or something.. sekarang konsentrasiku sedang terpecah, jadi belum mengecek kembali penulisan dan tata bahasa chapter ini.. sorry 🙏🏻
love,
D 😘
6 Maret 2020
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Hesti Pramuni
thor...
cakep si abang yaa...
apakah dia my Lord nya kah...
soalnya lo sembunyiin sih...
lanjut dulu aahh...
2021-05-04
1
cumi manis
saingan jason bertambah kaya nya
2020-11-29
0
_🖤
aduhh.. bang finlay ganteng 😍😍😍
2020-10-26
0