Musim semi, 25 April
Hari ini adalah hari penerimaan siswa-siswi baru kelas 10 Seido Senior High School, iya itu adalah sekolah Anna dan Lim. Sebenarnya, Miki ingin masuk sekolah lain yaitu sekolah yang berbeda dengan kedua orang tuanya.
Namun, mereka mengaharuskan Miki untuk masuk SMA Seido karena mereka berkata bahwa disana mungkin ada sebuah keajaiban yang akan membawa kebahagiaan Miki dan mereka juga berkata kepada Miki, bisa jadi nanti Miki bertemu dengan seorang lelaki yang akan Miki cintai sepenuhnya.
Dan Miki percaya dengan ucapan kedua orang tuanya. Tapi dalam satu sisi juga ia ingin masuk club basket SMA Seido perempuan yang baru pertama kali dibuat tahun kemarin. Meskipun club itu baru dibuat tapi sudah membawa nama club basket SMA Seido sampai semifinal di Inter-High.
Alasan itu jugalah yang membuat Miki masuk ke SMA Seido, Miki hanya berpikir bahwa kemampuannya akan meningkat bila berada di sekolah itu. Dan juga, ia ingin bermain bersama orang-orang yang berambis untuk memenangkan kejuaraan, tidak seperti teman SMP-nya.
Bunga sakura yang bermekaran berwarna merah muda pucat yang terlihat di setiap taman, jalanan, pegunungan, tepi sungai dan lain-lain. Udara yang cerah dan bunga yang terliha sangat indah, musim semi adalah awal dari segala aktivitas dimulai kembali.
Seperti awal masuk sekolah dan awal masuk kerja kembali setelah libur yang cukup lama. Akhir dari masa SMP nya saat mengharukan, tidak mempunyai teman selain Kenzi dan Miki pun tidak memiliki kenangan yang bisa dikenang, selain saat pertemuannya dengan Hiro.
“ Lamunin apa? “ tanya Kenzi membuyarkan lamunan Miki. Miki menggeleng-gelengkan kepala menjawab bahwa tidak ada apa-apa.
Kenzi dan Miki masuk sekolah bersama, Kenzi juga diperintahkan oleh Ayahnya untuk masuk SMA Seido. Sedangkan Ibunya meminta Kenzi untuk masuk sekolah lain yang jauh dari rumah.
Terjadilah pertengkaran antara kedua orang tua Kenzi dan pertengkaran itu dimenangkan oleh Okumura yang dibantu oleh Kenzi karena ia ingin masuk sekolah yang sama dengan Miki.
Gedung sekolah bertuliskan Seido Senior High School sudah terlihat di depan mata, gedung yang terlihat berbeda daripada sebelumnya. Lebih besar dan juga terlihat sangat elegan.
SMA Seido juga sudah memiliki banyak gedung dan fasilitas yang lengkap. Dimulai dari cafetaria, karaoke, cinema kecil dan banyak hal lainnya. Masuk sekolah disana juga tidak gampang, ada berbagai macam tes tulis untuk jalur akademik dan jalur prestasi. Ada juga yang masuk melalui uang, tapi biaya tersebut sangat tinggi.
Seido Senior High School juga menerima beasiswa, sekolah itu menerima murid yang bertalenta. Tidak sembarangan murid, mereka melihat kriteria dari masing-masing siswa atau siswi dan keterbatasan uang yang mereka miliki.
Miki masuk melalui jalur tes tulis, sedangkan Kenzi masuk melalui jalur prestasi. Kenzi berkata bahwa untuk masuk melalui jalur tes tulis akan sangat berat baginya. Tapi ternyata jalur prestasi tidak ada bedanya dibandingkan tes tulis, selama seharian penuh mereka dites dengan waktu istirahat yang hanya diberi waktu 30 menit, alhasil hanya 25% dari jalur prestasi yang diterima.
“ Hai.. Mi “ sapa rei yang berada di depan gedung terhenti saat melihat kearah Kenzi. Kenzi terdiam dan hanya memalingkan pandangannya.
“ Kamu disini? “ Miki kebinggungan. Bisa jadi, kehidupan SMA-nya akan sangat suram karena Rei yang terus-menerus memintanya untuk bertanding bersamanya.
“ Kamu seharusnya bertanya, kamu bersekolah di SMA Seido juga? “ tegur Rei yang berpura-pura tidak melihat Kenzi.
Dari dulu sampai sekarang, Rei selalu digosipkan oleh anak basket sekolah lama Miki. Mereka berkata bahwa Rei menyukai Kenzi, tetapi Kenzi selalu menolak dan berkata kepada Rei kalau ia tidak menyukainya.
Gosip itu juga terdengar oleh Miki dan membuat Miki mengerti kenapa terjadi kecanggungan antara mereka berdua saat ini.
“ Kenzi! “ panggil salah satu teman Kenzi. “ Aku pergi sama dia. “ bisik Kenzi meninggalkan Miki dan Rei.
Wajah Rei terlihat murung ketika Kenzi pergi. “ Rei, kamu tambah cantik ya? “ kagum Miki kepada Rei agar tidak murung kembali.
“ Benarkah? “
Rei memang sangat cantik, rambut panjang coklatnya itu membuat siapapun akan jatuh cinta padanya. Saat ini juga seluruh siswa-siswi memperhatikan kearahnya, terkagum-kagum dengan wajah bak seorang artis.
Mata Kenzi benar-benar sudah tertutup, ia bahkan tidak menyukai Rei yang sangat cantik. “ Kamu juga cantik, rambutmu pendek itu terlihat sangat elegan. “ kata Rei. Miki tertawa terbahak-bahak karena bisa-bisanya ia menyukai rambut Miki yang sudah seperti seorang lelaki.
Untuk berpakaian seragam perempuan saja Miki tidak cocok karena rambutnya yang sangat pendek. Lim saja berkata bahwa Miki bukanlah seorang perempuan, Riyo juga berkata Miki adalah seorang lelaki.
Perkataan kedua lelaki yang berada di dalam rumah Miki saja seperti itu, bagaimana dengan lelaki yang berada di luar rumah? Mungkin perkataan mereka akan lebih menyakitkan daripada ucapan Ayah dan Adiknya.
“ Hai. Nama kamu siapa? “ tanya seorang lelaki bertubuh tinggi besar menghampiri Rei. “ Ee.. “ gugup Rei yang tidak bisa berbicara dan hanya memundurkan langkah kakinya ke belakang Miki.
“ Permisi paman, dia ketakutan. Jadi jangan tiba-tiba datang seperti orang penjahat. “ ledek Miki menarik lengan Rei memasuki gedung sekolah.
“ Maaf, makasih ya “ ucap Rei lembut. Meskipun Rei selalu ingin bertanding melawan Miki, tapi ia adalah perempuan pemalu dan juga penakut.
Miki melepaskan tangannya dari lengan Rei dan menjawab perkataan Rei dengan anggukan kepala.
Di dalam gedung sekolah sudah ada banyak stan club yang sedang membagikan lembaran kertas dan ajakan untuk memasuki club. Ada dari club sastra, baseball, music, lukis, sepeda, basket, volly dan banyak hal lainnya.
Melihat berbagai macam club yang banyak ini, Miki membuat lengkungan sebuah senyuman. Tanpa berkata terlebih dahulu kepada Rei, ia berlari menuju stan club basket. “ Miki tunggu aku! “ Rei yang berlari mengikuti Miki.
Stan club basket sudah terdiri dari dua, yaitu club basket putra dan putri. Stan basket diawasi oleh seorang perempuan dan lelaki berkulit sawo matang. Tatapan mereka berbeda dengan tatapan para senpai ( Kakak Kelas ) dari club lainnya, mereka menatap adik kelas dengan pandangan tajam. Untuk mengambil kertas formulir saja Miki sudah ketakutan, tangannya bergetar ketakutan melihat mata dari mereka.
“ Miki, kamu berlari sangat cepat sekali! “ keluh Rei yang baru sampai di depan stan club basket. Tubuh Rei terdiam kaku, ia baru sampai sudah merasakan ketakutan yang mencengangkan.
Lalu dari arah belakang perempuan dan lelaki itu, seorang wanita bertubuh langsing memukul kepala mereka dengan kertas. “ Bagaimana ingin menarik anggota kalau tatapan kalian menakutkan seperti ini. “ kesal wanita tersebut.
Tertulis di name tag baju dari wanita tersebut yang bernama Yui Yoshioka. “ Dia seorang guru “ duga Miki kepada Rei. Rei mengangguk-anggukan kepalanya, ia masih tidak bisa berkata apapun karena suasana yang tegang ini.
“ Kalian ingin masuk club basket? “ tanya Yoshioka. Miki dan Rei mengangguk-anggukan kepala bersamaan. “ Silahkan diambil “ Yoshioka memberikan dua formulir kepada Miki serta Rei. Mereka segera menundukkan kepala sopan dan berjalan keluar dari suasana yang tidak menyenangkan tersebut.
“ Tes. 1, 2 , 3 “ terdengar suara pria paruh baya dari speaker. “ UNTUK SISWA-SIWI BARI HARAP UNTUK MELIHAT KELAS MASING-MASING. LALU SEGERA MEMASUKI AULA UNTUK MELAKUKAN PENGUMUMAN SEBENTAR. “ Pria paruh baya itu yang langsung mematikan speaker.
Miki dan Rei berjalan menuju mading yang sudah tersedia di depan aula, banyak siswa-siwi baru yang mengerumuni mading dengan ramai. “ Aw “ seseorang dari belakang Miki menabrak tubuhnya sampai terjatuh dan membuat telapak tangan Miki tergores sebuah pecahan kaca yang berada ditanah.
Rei tidak berada di samping Miki, ia sudah berada di depan untuk mencari namanya dimading. Miki kembali berdiri untuk menuju ruang kesehatan, ia tidak memperdulikan pengumuman dan kelasnya.
Hal yang harus diutamakan saat ini adalah lukanya yang harus dibersihkan, langkah kaki Miki terdengar sangat jelas menggema di dalam lobby sekolah, tidak ada satupun orang yang berada di lobby. Sebagian siswa-siswi berada di lapangan dan sebagian lagi berada di dalam aula untuk persiapan pengumuman pagi.
Mata Miki mencari ruang kesehatan dan akhirnya sampai di depan ruang kesehatan setelah mencari kesana kemari. Ruang kesehatan itu sangat besar dan juga lengkap, bukannya segera mengobati lukanya. Miki malah terpesona dengan ruang kesehatan tersebut.
“ Miki bangun, kamu harus ke mading sebelum pengumuman dimulai. “ gumam Miki yang mulai mencari sebuah obat luka luar dan plaster.
“ Kamu mencari apa? “ suara berat yang terdengar dari belakang Miki. Miki membalikkan tubuhnya seorang lelaki dengan mata sedikit sipit, kulit putih, hidung mancung dan tinggi sekitar 182 berdiri di depan Miki.
Lelaki itu adalah Takahashi Hiro, dan kini Miki percaya dengan keajaiban SMA Seido.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
heni yusanti
cemungut kaka
2021-03-04
2
Rinnie Quennz Alfiatunnisa
Smgt author
2020-03-05
1