Hiro membuka matanya perlahan karena percikan salju yang mengenai wajahnya, udara yang semakin dingin membuatnya tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Ia beranjak dari posisi tidurnya, tanpa sengaja Hiro melihat Miki yang berada di sampingnya.
Mata mereka saling bertemu satu sama lain, lengkungan senyum manis Miki membuat hati Hiro berdetak secara tiba-tiba.
“ Hallo. “ Miki terbata-bata. “ Anda perempuan menyedihkan itu kan? “ kata Hiro dengan perkataan yang menyindir Miki.
“ Ahaha, iya “
“ Sedang apa Anda disini? “
“ Maaf, bisa Anda tidak berbicara formal kepada saya? “
“ Anda sendiri berbicara formal kepada saya. “
“ Maaf, kalau begitu aku datang kesini untuk memberikan ini. “ Miki memberikan jaket kepada Hiro. “ Simpan saja untukmu, aku tidak perlu. “ tolak Hiro.
“ Aku sudah cuci loh. “ kesal Miki karena ia sudah mencuci dengan kedua tangannya sendiri untuk mengembalikan ini kepadanya. “ Sudah simpan saja “ Hiro yang berjalan memasuki lobby.
Miki mengikuti Hiro dari belakang sambil terus mengoceh perkataan yang tidak jelas, Hiro mendesah kesal dan memberhentikan langkah kakinya sambil membalikkan tubuhnya menatap kearah Miki yang berada dekat dengan tubuhnya.
Wajah Miki memerah karena secara tiba-tiba Hiro memberhentikan langkah kakinya dan juga langsung membalikkan tubuhnya.
“ Diam sedikit, aku pusing. “ kesalnya mendekatkan wajahnya kearah wajah Miki. Miki tidak berani menatap Hiro, ia hanya memalingkan pandangannya.
“ MIKI! “ sapa Rei dari arah belakang Miki. Miki membalikan tubuhnya dan melihat kearah Rei. “ Hai, Rei “ sahut Miki.
“ Sedang apa kamu disini? “ tanya Rei kebinggungan. Miki menolehkan kepalanya kearah Hiro dan berkata “ Aku memberikan jaket kepadanya. “
“ Kamu.. siapa? “ Rei tidak tahu bahwa Hiro berada satu sekolah dengannya.
“ Kamu tidak kenal dia? “ Miki aneh. Muka Hiro mengerut, ia melangkahkan kakinya menjauh dari sana.
“ Kamu mau kemana? “ teriak Miki yang dihiraukan oleh Hiro.
“ WOI! “
“ HIRO! “
Perkataan Miki sama sekali tidak didengar oleh Hiro, punggung Hiro pun semakin lama semakin jauh dari pandangannya. “ Aish! “ keluh Miki.
“ Mari bermain basket denganku! “ ajak Rei secara tiba-tiba.
Sebenarnya Miki sudah tahu kemauan Rei, karena Miki sudah terlalu bosan dengan Rei yang selalu mengajaknya untuk bermain one on one. Rei juga merupakan fans berat dari Lim, sehingga ia selalu ingin mengukur kemampuan Miki. Apakah sama dengan Lim atau tidak?
Dan Miki selalu menolak, menurutnya itu bukanlah hal yang harus diperlihatkan. Kemampuan anak dan Ayah pasti akan berbeda, tidak ada yang sama persis. Keunggulan serta kelemahan pun akan berbeda.
Contohnya, Lim lemah dalam shooting three-points dan Miki lemah dalam kecerdasaan sehingga ia dimainkan menjadi shooting guard meskipun shooting guard harus memiliki kosentrasi dan resolusi tembakan yang baik, tapi Miki unggul dalam hal itu.
Hanya saja kecerdasannya kurang dalam menyusun strategi seperti seorang point guard. Namun, setiap kali Miki berkata ia berbeda dengan Lim, orang-orang menjadi kecewa dan memandang rendah Miki.
Bahkan ada orang yang kecewa karena Miki tidak dapat melakukan dunk, mereka kira gampang untuk melakukan dunk? Tidak!
Jika Miki bisa melakukan dunk, itu juga karena latihan intensnya. Tapi bagaimana ia bisa melakukan latihan intens kalau pelatihan di SMP-nya hanya seperti itu saja.
Untuk latihan dirumah pun bagi Miki tidak cukup karena Ayahnya menjadi seorang pelatih club NBA, ia juga sibuk mencari orang-orang yang bertalenta dalam basket.
“ Cepat ganti bajumu “ Rei seakan-akan bisa mengatur Miki. “ Ah menyebalkan! “ gerutu Miki membuat wajah Rei terkejut. “ Aku cape, jadi lebih baik kamu mengurungkan niat kamu untuk memintaku bermain one on one. “ lanjut Miki.
“ Sekali saja, tolong. Oke? “ pinta Rei dengan penuh harapan, Miki tidak bisa menolak wajah Rei yang sudah memohon kepadanya. Rei juga merupakan salah satu teman terbaik Miki dalam basket, maka dari itu untuk menolak permintaan Rei sangat sulit baginya.
“ Oke, tapi kali ini saja ya? “
“ Tapi sebelum itu... “ Miki menahan ucapannya. “ Apa kamu mengenal lelaki tadi? “
Rei menggeleng-gelengkan kepalanya tidak tahu siapa Hiro, baginya Hiro sangat asing diwajahnya. Bahkan ia sama sekali tidak tahu bahwa Hiro satu sekolah dengannya.
“ Udahlah, mari kita ke lapangan basket. “ ajak Miki yang diikuti oleh Rei dengan penuh kegembiraan.
Lapangan basket SMP Kitasumiyoshi.
Permainan one on one akan segera dimulai antara Miki dengan Rei, para anggota tim dari SMP Kitasumiyoshi hanya memperhatikan dari pinggir lapangan dengan perasaan penasaran.
Begitu juga dengan Hiro, ia tidak sengaja melihat ke dalam lapangan basket yang sudah dikerumuni banyak orang. “ Rei-senpai, semangat!! “ teriak bersamaan para anggota SMP Kitasumiyoshi. Hiro melangkahkan masuk ke dalam lapangan basket, melihat Miki dan Rei yang sudah berhadapan satu sama lain.
“ Game start! “
Bola basket pertama berada ditangan Rei, dengan kecepatan penuh ia mencoba melewati Miki. Orang-orang terpukau dengan permainan Rei yang dapat melewati Miki tapi Miki yang sudah tau gerak-gerik permainan Rei langsung menutupnya agar tidak dapat melewati kembali.
“ Wah hebat! “ kagum tim Kitasumiyoshi. “ Hah, kamu memang sulit untuk dilewati. “ Rei berbicara berhadapan dengan miki.
Saat Rei yang tengah berbicara di hadapan Miki dengan cepat Miki mengambil bola yang berada ditangan Rei, lalu ia berlari melewati Rei dengan sangat mudah. Rei tidak bisa membiarkannya, ia juga menahan Miki agar tidak memasukkan bolanya.
“ Kamu yakin menjagaku dari jarak sejauh ini? “ Miki dengan percaya diri. Jarak untuk memasukkan bola berada di zona luar atau biasa dibilang three-points dan Rei menjaga Miki dengan cukup jauh agar Miki tidak mudah masuk ke dalam zona dalam.
Namun, semua sudah terlambat Miki memundurkan langkah dan mengambil ancang-ancang untuk melakukan shooting three-points.
“ Bohong, jarak sejauh itu? “
“ Tidak, itu tidak mungkin “ para anggota Kitasumiyoshi yang tidak percaya.
Mata Rei melebar ia lupa bahwa Miki adalah shooting guard, dan dia memiliki resolusi 99% bola akan masuk ke dalam ring. Karena Rei terlambat menjaga Miki, Miki sudah memasukkan boal dan mencetak three-points.
“ Rei-senpai, kalah? “ bisik anggora tim Kitasumiyoshi yang tidak percaya dengan apa yang mereka lihat saat ini.
10 menit sudah berlalu, dan kemenangan di dapatkan oleh Miki dengan skor 13-2. Rei hanya dapat mecetak point 2 dari 10 menit. “ Ha...ha..... hosh.... “ Rei kehabisan nafas karena melawan Miki.
Nafasnya sangat sesak, melawan Miki sama dengan berlatih fisik selama 1 jam sangat melelahkan. Kaki Rei sudah tidak kuat untuk berdiri, sedangkan Miki masih berdiri dengan tegak sambil mengatur nafasnya.
“ Sudah puas? “ Miki yang keluar dari lapangan basket sambil membawa tas gendong dan jaket milik Hiro.
Langkah kaki Miki terhenti saat Hiro berada di hadapannya, tiba-tiba saja Hiro menarik lengan Miki membawanya ke suatu tempat yang tidak diketahui oleh Miki.
“ Hei, kita mau kemana? “ Miki kebinggungan sekaligus terkejut. Hiro membuka pintu yang bertuliskan ruang kesehatan, ia mendorong tubuh Miki disebuah kursi. “ Diam disini! “ serunya yang mengambil sebuah kotak P3K.
“ Lihat kakimu “ Hiro mengambil kaki Miki untuk melihat luka dilututnya. ‘ Lutut kamu terluka kan? “
“ Biarkan aku yang mengobati lukanya. “ lanjutnya yang mulai membersihkan luka dilutut Miki secara perlahan. Miki meringis kesakitan, tapi saat melihat wajah Hiro semua rasa sakit mulai menghilang.
Rasa tenang ketika melihat wajah Hiro membuat hatinya berdetak begitu kencang, karena hatinya yang tiba-tiba berdetak. Miki mendorong tubuh Hiro menjauh darinya sambil berkata “ Aku bisa sendiri. “
“ Sudah biarkan aku saja! “ Hiro tidak ingin kalah.
“ Hiro! “
“ Apa tidak bisa kamu diam? “ Hiro melotot galak kearah Miki yang membuatnya langsung terdiam.
Ia mulai menempelkan sebuah plaster ke tempat luka goresan dilutut Miki. “ Nama kamu siapa? “ tanyanya.
“ Edward Miki. “ jawab Miki yang membuat Hiro terdiam.
Terjadi keheningan antara Miki dengan Hiro. “ Edward, seperti nama laki-laki “ Hiro yang menghentikan keheningan.
“ Iya, itu nama keluargaku. “
“ Ini sudah selesai, selanjutnya kalau ada luka tolong segera sembuhkan! “ pekik Hiro seraya berdiri dan keluar dari ruang kesehatan.
Itu adalah pendekatan awal Miki dengan Hiro, tetapi setelah pendekatakan awal tersebut Hiro tidak ada kabar kembali selama berbulan-bulan. Bukan Miki menunggu hanya saja ia ingin mengembalikan jaket yang diberikan oleh Hiro kepadanya.
Miki merasa sangat tidak enak karena harus menyimpan, tapi karena alasan itulah ia ingin terus bertemu dengan Hiro.
Setiap Miki bertanya ke siswa-siswi di SMP Kitasumiyoshi tidak pernah ada yang menjawabnya, mereka hanya berkata bahwa mereka tidak mengenal Hiro. Miki juga selalu mencari kearah dalam, sampai ia bertanya kepada salah satu guru.
Dan yang mengejutkan adalah Hiro telah pindah pada hari pertemuan ketiga Miki dengan Hiro. Itu adalah hari terakhir Hiro berada di SMP Kitasumiyoshi dan hari tersebut juga merupakan hari awal pendekatan Hiro dengan Miki.
Satu-satunya yang tersisa dari Hiro adalah jaket hitam dengan kehangatan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments