Pertemuan pertama dengan lelaki itu mungkin masih terbilang muda, pandangan juga terlihat samar karena langit yang gelap. Wajah serta badan seiring waktu akan berubah karena umur yang semakin menua.
Tetapi Miki masih mengingat dengan jelas dikepalanya, wajah seorang anak lelaki yang telah menolongnya.
“ Hei! “ tahan Miki sambil menghalangnya untuk tidak berjalan lebih jauh lagi. “ Kenapa? “ tanyanya kebinggungan.
“ Saya kembalikan jaket Anda. “ Miki membuka jaketnya dan memberikan kepada lelaki tersebut. Lelaki itu menolak dan berkata “ Kembalikan jika sudah bersih. “
Miki terdiam mendengar ucapannya. Saat lelaki itu mencoba untuk berjalan kembali, Miki menahan lengannya untuk tidak berjalan dan berkata dengan ragu “ Apa Anda lelaki 5 tahun lalu yang saya berikan syal dan sarung tangan? “
Wajah Lelaki tersebut hanya datar. “ Apa maksud Anda? “ Ia tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh Miki.
“ Ah. Maaf “ Miki melepaskan tangannya dari lengan lelaki tersebut. Dan lelaki itu hanya kembali berjalan tanpa berpamitan kepada Miki.
Kemudian, dari jarak jauh Kenzi berlari dan menjitak kepala Miki perlahan. “ Kemana saja kamu!! “ seru Kenzi khawatir. “ Sakit! Jangan menjitakku terus! “ kesal Miki.
“ Ngomong-ngomong, dia siapa? Apa yang kalian bicarakan? “ tanya Kenzi penasaran. “ Sudah, mari kita pulang “ ajak Miki.
“ Jawab dulu! “ tegas Kenzi. “ Cerewet! “ ledek Miki seraya mendorong punggung Kenzi untuk segera pulang tanpa memikirkan lelaki bermata sipit itu lagi.
“ Kamu tidak berbicara dengan orang aneh lagi kan? “
“ Kamu tidak ditipu lagi kan? “
“ Woi Miki jawab! “ Kenzi yang tidak ada hentinya berbicara sepanjang jalan.
Tok-tok-tok
Suara pintu dari luar rumah terdengar oleh Anna yang sedang membuat novel kembali, ia mulai berdiri dan mencoba untuk membukakan pintu rumahnya.
“ Dia siapa? “
“ Kamu tidak perlu tahu! “
“ Jangan mengenal orang sembarangan! “
“ Tidak, sudah aku bilang tidak perlu dibicarakan kembali! “
“ Bagaimana aku tidak bisa bertanya terus-menerus, jika orang itu bisa jadi bahaya? “
Pertengkaran anak muda antara Miki dan Kenzi, Anna yang membukakan pintu dan melihat pemandangan ini hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
“ Sedang apa? “ sinis Anna dengan kedua tangan terlipat di dada. “ Oh mommy! “ manja Miki mendekati Ibunya.
“ Saat berada di Jepang, panggil Okaasan ( Ibu ) “ Perintah Anna mencolek hidung Miki.
“ Oba-san ( Tante ), tadi dia bertemu dengan seorang lelaki tidak dikenal dan dia tidak berbicara siapa lelaki itu. Apa dia tidak takut kejadian sewaktu SD kembali terulang? “ Emosi Kenzi yang menyulut di depan Anna.
Back to elementary school
Tokyo, August 20
Pendidikan saat sekolah dasar di Jepang berbeda dengan negara lainnya. Di Jepang, sekolah dasar tidak mengajarkan pelajaran matematika atau pelajaran lainnya. Melainkan, mereka mendidik karakter anak yang bersekolah di sekolah dasar.
Dimulai dari cara menghormati guru dan orang tua, cara mencuci piring saat selesai makan dimana pun berada, cara meyebrang yang benar dan hal-hal lainnya untuk mendidik anak agar memiliki karakter yang bagus.
Di sekolah dasar, Miki adalah orang yang pendiam. Tidak memiliki banyak teman selain Kenzi, Miki juga lebih memilih untuk menjauhkan diri dari orang-orang karena ada beberapa orang yang hanya ingin meminta tanda tangan dari kedua orang tuanya saja.
Apalagi Ibu Miki yang merupakan penulis terkenal di Jepang, siapa yang tidak ingin mendapatkan tanda tangan ekslusif darinya coba? Karena itulah Miki benci untuk berada di dekat orang-orang, mereka hanya mempermainkan anaknya untuk berada dekat dengan Miki.
Namun, tiba-tiba ada seorang anak lelaki yang mendekati Miki. Ia bernama Riki Nendo, Riki berbeda dengan anak lainnya. Tidak menanyakan tentang Ayah ataupun Ibu Miki, itu membuat Miki sedikit nyaman bermain dengannya.
Tetapi, sekitar 2 Minggu Miki bermain bersamanya. Tiba-tiba ia membawa Miki ke sebuah gedung yang sepi, kotor dan juga gelap. Entah apa alasannya membawa Miki ke tempat tersebut, saat Miki memasuki gedung itu seorang paruh baya dari arah belakang menutup mulut Miki dengan kain yang membuat Miki kehilangan kesadarannya.
Selama 2 jam lebih, Miki tidak kunjung sadar dan akhirnya ia terbangun saat mendengar suara potongan pisau yang terdengar nyaring ditelinganya. Matanya terbuka lebar melihat seorang pria dan Riki di sampingnya.
Udara yang sesak membuat Miki tidak dapat bernafas, tubuhnya bergetar ketakutan. Ini adalah pengalaman pertamanya diusia 7 tahun yang sangat menyeramkan.
Pria paruh baya itu mendekati Miki dan mengangkat dagunya keatas. Matanya saling bertemu satu sama lain. “ Nama kamu, Miki? “
“ Miki kedua orang tua kamu kaya bukan? “
“ Anakku berteman dengan orang kaya, bukankah itu sangat menakjubkan? “
Riki yang selalu bermain dengan Miki hanya terdiam, pandangannya tertunduk dan kedua tangannya terlipat ketakutan.
“ Nomer orang tua kamu berapa? Bisa tolong berikan kepadaku? “
“ Ah iya, aku lupa kamu tidak bisa berbicara. “ ocehnya sambil mengambil kain yang tersumpal dimulut Miki. Miki menghela nafas panjang, ia mengatur nafasnya karena dadanya begitu sesak.
“ Oji-san ( Paman ) nafasmu bau “ Kata Miki dengan berani yang membuat emosi pria itu membara.
“ Hah?! “ kesalnya ingin memukul, tetapi tertahan saat Riki menghalaunya. Ia berada di depan Miki menjaganya agar tidak terluka.
“ Ayah, jangan sakiti dia “ Pinta Riki dengan tatapan penuh harapan. “ Anak Ayah kenapa ingin menjaganya? “ tanya pria paruh baya sambil mengelus kepala anaknya.
“ Lebih baik tenangin diri Ayah terlebih dahulu. “ Riki membawa Ayahnya menjauh dari Miki.
Setelah mereka pergi jauh, Miki dengan cepat segera membuka tali yang berada ditangannya. Perasaan takut sudah memenuhi tubuh Miki, pandangannya tidak bisa berpaling dari arah tempat tujuan mereka.
Ia memastikan bahwa pria paruh baya tidak keluar sebelum Miki melepaskan talinya.
Ayah dan Ibu selalu berkata kepada Miki bahwa jika ada situasi yang sangat genting, Miki tidak boleh panik. Jika panik hembuskan nafas secara perlahan-lahan dan mencoba untuk menenangkan diri.
Umurnya masih 7 tahun, tiadak ada orang tua yang menyelamatkannya. Lim sedang berada di Kyoto untuk mencari pemain bakat yang akan ia bawa ke New York, sedangkan Anna tengah menjaga Riyo yang masih berumur 1 bulan.
Dengan usaha keras, Miki mencoba untuk melarikan diri. Tali yang terikat ditangannya begitu kuat sehingga Miki tidak bisa lepas dari ikatan tersebut.
Tidak lama kemudian, pria paruh baya itu kembali tanpa Riki. Tangannya dipenuhi oleh darah, mata Miki melebar ketakutan. Takut bahwa ia memperlakukan anaknya sendiri dengan kasar. “ Dasar penganggu “ gumam pria itu yang terdengar oleh Miki.
Melihat tangan yang dipenuhi oleh darah, tubuh Miki kaku dan perasaan takutnya sudah tidak bisa tertahan lagi. Keringatnya mulai menuruni pipinya, ia mendorong kakinya untuk menjauh dari pria paruh baya tersebut.
“ Hei, mukamu jangan takut begitu dong. “ Pria itu kembali mendekati Miki. “ Kamu tinggal memberikan nomer kedua orang tuamu saja, setelah itu kamu dapat pergi. “
“ Untuk apa nomer orang-tuaku? “ tanya Miki mengulur waktu. “ Untuk mengambil seluruh kekayaan mereka. “ jawab pria tersebut dengan santai.
Miki yang merasa sangat jijik dengan darah berada ditangannya dan sudah menempel diwajah Miki.
“ Aku tidak mau! “ Bentak Miki.
“ Kamu ingin melawan? “
“ Dasar Paman jahat!!! “ Hina Miki kepada pria tersebut.
Perkataan Miki membuat pria paruh baya langsung mencekik lehernya, nafas Miki sesak karena cekikan dari pria tersebut. Tinggal 30 detik lagi saja, ia hampir tidak sadarkan diri. Tapi untungnya saja segerombolan Polisi mendatangi gedung sambil membawa perlengkapan persenjataan.
“ Angkat tangan Anda! “ Seru dari para polisi kepada pria paruh baya dengan mengacungkan pistol dari jarak yang tidak jauh.
“ Berani-beraninnya Anda menculik anak saya!! “ Datang Lim dengan pakaian jas hitam, ia baru saja pulang dari Kyoto sudah merasa kesal karena putrinya telah diculik.
Emosi Lim yang sudah tidak dapat tertahan mendekati pria paruh baya “ Lepaskan! “ tegas Lim kepada pria itu yang masih mencekik leher Miki.
“ Miki, tutup mata kamu!! “ Perintah dari Lim yang segera Miki lakukan,
Mata Miki tertutup rapat-rapat, dan Lim segera menendang wajah pria itu dengan sangat keras yang membuat tubuhnya tergeletak di lantai. Nafas Miki kembali normal, pria paruh baya sudah melepaskan tangannya dari leher Miki.
“ Jangan dulu buka mata kamu. “ bisik Lim yang membopong Miki keluar dari gedung. “ Maafkan Ayah telat. “ lanjut Lim.
Miki hanya memeluk erat leher Lim dengan mata yang tertutup, ia sudah lama menahan tangisnya tapi saat ini di depan Pahlawan satu-satunya Miki dapat menangis tersedu-sedu dipelukan Lim.
“ Putri Ayah kuat! “
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
heni yusanti
like like like
2021-03-04
1
Raini Sidarra aceh
semangat kk
2020-07-04
1
yoo hyun
syukaaa ceritanya thor 😍😍
2020-03-04
2