Jam 11 Siang setelah membantu Nyai Halimah dan mandi... Dengan memakai celana jean warna biru dongker serta kaos warna putih bertulisan "Ku Tunggu Jandamu" Panji naik angkutan umum ke pasar Kramatwatu. Setelah membeli motor untuk Bela di sebuah deler Honda... Panji menuju Bank BCA untuk menabung uang sebesar 110 juta dan menranfer Bela sebesar 6 juta.
Kemudian Panji berjalan kaki menuju SMA Negri 1, lalu duduk di depan pertokoan sambil menunggu Bela pulang sekolah.
Tak lama kemudian... Panji melihat anak anak SMA Negri 1 keluar sekolah satu persatu.
Ketika Panji berjalan mendekati sekolah... Panji melihat Bela, lalu berteriak kecil memanggil,
"Bela..!"
Mendengar suara Panji... Bela menghentikan langkah kakinya,
"Hai Panji... Ngapain kamu di sini!! Emang gak sekolah Diniyah? Sebentar lagi kan masuk sekolah Diniyah nya."
"Aku habis dari deler motor dan Bank BCA, karena udah siang, sekalian aku menunggu mu," jawab Panji.
"Hemmm... Gitu ya!!" ujar Bela
"Ayoo ikut aku cari makan dan minum," kata Panji kemudian berjalan di trotoar di ikuti langkah Bela di belakang.
"Kita santai dan makan siang di sini saja," kata Panji sambil menunjuk sebuah restoran lumayan mewah.
"Kang Panji... Jangan makan di sini, mahal!" ucap Bela,
"Mending kita cari warung bakso saja murah."
"Jangan cerewet kamu, ikut saja," ujar Panji,
"Kan aku yang traktir."
Setelah itu, Panji masuk sebuah restoran lalu memesan makanan menu udang caos dan Ikan bakar gurami juga sob buntut
Panji yang dari kecil hidup di kota besar sudah terbiasa hidup mewah, apalagi kedua orang tuanya tergolong orang yang bisa di bilang cukup kaya.
"Gila kamu Panji!! Pesan menu makanan gak ada yang murah," kata Bela dalam hati sambil menatap wajah Panji yang cuek,
"Apa dia ingin menyenangkan hatiku...? Apa begini caranya dia agar aku jatuh cinta pada dia?"
Setelah pelayan menaruh dua gelas es jus apucat dan dua gelas air es... Panji berkata,
"Bela... Ayo di minum, sambil nunggu makanan datang."
"Iya kang Panji," ucap Bela yang haus kemudian mengambil gelas berisi jus apucat lalu meminumnya,
"Hemmm... Segar sekali... Enak sekali rasanya jus ini."
Tak lama kemudian dua orang pelayan datang dan menaruh beberapa piring di meja makan. Setelah semua terhidangkan... Panji berkata,
"Ayoo kita makan, kita nikmati makanan ini, mumpung kita masih hidup di alam dunia. Kalau di alam kubur tidak akan ada menu seperti ini."
Sambil menikmati makan... Panji menyodorkan kwitansi ke hadapan Bela.
"Apa ini...?" tanya Bela.
"Kamu baca saja, kan kamu pelajar," ucap Panji.
Setelah membaca... Bela tersenyum bahagia lalu berkata,
"Terimakasih kang Panji, telah di belikan motor, dan di transfer uang untuk biaya sekolah."
"Iya Bela, sama sama," kata Panji.
"Hemmm... Makanannya enak sekali," ucap Bela,
"Baru pertama kali aku makan makanan enak di restoran.
Nanti setelah aku lulus sekolah dan sudah kerja... Aku janji, akan mentraktir mu makan kayak ini."
"Janji loh yaa...? Harus di tepati," kata Panji.
"Siap... kang Panji."
Setelah selesai dan membayar makan dan minum, Panji mengajak Bela pergi ke sebuah pertokoan untuk membeli baju.
Tak lama kemudian, Panji dan Bela kembali pulang.
Setelah turun dari angkutan umum, Panji berkata,
"Bela... Semoga persahabatan kita langgeng sampai tua.
Assalamualaikum."
"Aamiin," kata Bela,
"Waalaikumsalam."
Ketika Panji dan Bela turun dari mobil angkutan umum... Tidak sengaja Ustadzah Aisah melihat Panji dan Bela.
Sambil berjalan ke arah pondok Arrohman... Ustadzah Aisah berkata dalam hati,
"Panji dan Bela telah pacaran, hemm... Kalau sampai ketahuan Pak kyai, bisa bisa di usir kang Panji itu.
Bolos sekolah ternyata pacaran."
***
Waktu terus berlalu, tak terasa sudah 9 bulan Panji berada di pondok pesantren Meteor Garden. Sementara... Perlahan - lahan setatus keluarga Bela mulai berubah, yang tadinya di pandang sebelah mata oleh orang kampung karena kemiskinannya... Kini keluarga Bela mulai di hormati. Yang mana rumah Bela sudah lebih bagus dan Ayahnya terlihat sukses dalam bisnis sayur mayur, bahkan sudah mulai jadi pengepul dan mengirim sayur mayur ke kota Jakarta.
Setelah menerima laporan dari Ustadz Bakrie dan Ustadzah Aisah... Sehabis solat Dzuhur Panji di panggil untuk menghadap Kyai.
Di hadapan sang Kyai... Kyai bertanya,
"Panji...! Mengapa kamu sering bolos sekolah Diniyah!!"
"Ngantuk Kyai, dan capaik," jawab Panji.
"Ngantuk apa pacaran sama Bela anak kampung itu?
Kyai dengar kamu sering main ke rumah Bela orang kampung."
"Jarang Kyai, kami hanya berteman saja, tidak pacaran," jawab Panji.
Walau kamu bohong... Banyak saksi yang melihat kamu dan Bela sering berduaan," kata Kyai dengan nada marah,
"Kamu ngaji belum bisa sudah pacaran! Di pondok ini kan sudah ada larangan untuk tidak berpacaran? Kalau pacaran... Lebih baik di rumah saja, jangan di pesantren! Malu - maluin Kyai mu saja! Lebih baik tidak usah mondok di pesantren kalau pacaran... Pulang saja!!!"
Setelah di tuduh pacaran dan di marah - marahi Kyai... Panji berkata santai,
"Sebenarnya apa yang di lihat Ustadz Bakri dan Ustadzah Aisah itu tidak benar. Tapi... Baiklah kyai, kalau Kyai tetap ngotot menuduh saya pacaran, dan membuat kyai malu...
Saya mohon pamit kyai, saya akan pulang ke Surabaya.
Jika Panji banyak melakukan kesalahan selama di pondok... Panji mohon maaf yang sebesar - besarnya.
Assalamualaikum..."
Mendengar ucapan salam Panji... Kyai diam, tidak menjawabnya.
Siang itu... Panji mengambil sebuah tas pinggang, lalu memasukkan beberapa lembar kertas dan bolpain, dengan memakai celana jean warna biru dongker dan kaos putih Panji keluar pondok lewat pintu samping, tanpa membawa baju satu lembar pun.
Tanpa pamit sama teman karibnya... Dengan langkah gontai Panji berjalan menuju rumah Nyai Sa'adah.
Setelah berada di depan pintu... Panji uluk salam,
"Assalamualaikum Nek..."
"Waalaikumsalam Gus, ayo masuk, Nenek buatkan kopi dulu," ujar Nyai Sa'adah.
"Tidak usah Nek, saya mau pamit pulang ke Surabaya," ucap Panji.
"Duduklah dulu Gus," ucap Nyai Sa'adah sambil menarik pelan lengan Panji,
"Ayoo duduklah dulu."
"Baiklah Nek," Kata Panji kemudian duduk.
Tak lama kemudian Nyai Sa'adah membawah secangkir kopi panas dan pisang goreng.
"Minumlah kopi dulu, ini ada pisang goreng hangat kesukaan mu Gus," ucap Nyai Sa'adah,
"Mengapa hati mu terlihat sedih...?"
"Kok Nenek tau kalau aku lagi sedih," tanya Panji kemudian menuang kopi panas ke lepek.
"Apa yang Nenek tidak tau dari mu...? Ceritalah kepada Nenek, siapa tau Nenek bisa membantu meringankan beban pikiran dan hatimu."
"Kyai Nuruddin telah menuduh aku pacaran sama Bela Nek, kyai marah - marah dan merasa malu," ucap Panji,
"Jadi... Aku pamit pergi dari pondok. Kyai tidak mengusirku, tapi bahasanya se-akan - akan ingin mengusirku dari pondok."
Diam -'diam Nyai Sa'adah menerawang kejadian yang sebenarnya, lalu berkata,
"Gus... Maafkan kyai Nuruddin ya...? Namanya manusia, pasti ada salahnya."
"Iya Nek, saya pasti memaafkan kyai, dan saya juga ikhlas kok," ucap Panji,
"Pondok pesantren bukan hanya di sini saja, di Jawa Timur juga banyak kok Nek."
"Kalau bisa... Kamu jangan balik dulu ke Surabaya, tinggallah di sini selama 100 hari dulu, setelah itu... Kamu boleh pulang ke Surabaya. Kamu percaya kan sama ucapan Nenek?"
"Iya Nek, saya percaya," kata Panji.
"Lalu... Aku tinggal di mana Nek?"
"Pergilah ke perempatan kecamatan Kramatwatu, di situ ada sebuah sebuah rumah makan. Makanlah di rumah makan itu, nanti kamu akan menemukan jawabannya," ujar Nyai Sa'adah.
"Baiklah Nek, kalau begitu Panji pamit dulu, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam Gus, hati hati ya," kata Nyai Sa'adah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
ACHMAD GOZALI
Yuhuuuu. Berpetualang diluar pondok 100hr
2025-03-29
0
D'ken Nicko
super thor
2025-02-08
0
Julay Huut
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
2023-12-30
0