Setelah Pak Samat pergi dan menghilang di kegelapan malam... Panji berdiri lalu duduk bersandar di kayu penyangga makam.
Malam - malam begini... Enaknya minum kopi panas, apalagi ada sukun goreng! Hemmm... Mantap kayaknya," gumam Panji.
Ketika membayangkan kopi panas dan sukun goreng... Tiba - tiba ada suara uluk salam,
"Assalamualaikum Gus..."
"Waalaikumsalam Nek," jawab Panji,
"Kebetulan Nenek kemari, ini ada titipan untuk Nenek."
"Ini kopi panas Gus, sama sukun goreng dan pisang goreng kesukaan mu," ujar Nyai Sa'adah kemudian menaruh talam di lantai depan Panji.
"Nenek tau saja apa yang aku inginkan," ucap Panji,
"Nek, ini ada titipan uang amplop buat Nenek, dari orang Cirebon... Orang yang Nenek beri bungkusan gula sama garam kemarin lusa."
"Ambillah Gus, amplop itu," kata Nyai Sa'adah,
"Nenek tidak butuh uang, karena Nenek sudah punya uang banyak."
"Tidak Nek, pesan Pak Samat... Amplop ini untuk Nenek," kata Panji.
"Baiklah Gus, saya terima amplopnya. Sekarang... Amplop ini aku berikan untuk mu, pakailah untuk beli jajan dan kebutuhan mu di pondok. Nenek tidak butuh uang, karena Nenek uangnya sangat banyak sekali."
"Baiklah Nek, saya terimah," ujar Panji,
"Terimakasih ya Nek..."
"Katanya kamu ingin ketemu Kakek Jabat Suami Nenek," kata Nyai Sa'adah,
"Itu Kakek Jabat sedang menuju kemari."
"Assalamualaikum Gus," ucap Kakek Jabat.
"Waalaikumsalam Kek," jawab Panji kemudian sungkem mencium tangan Kakek Jabat.
"Duduk sini Kek," kata Panji.
"Setelah duduk di samping Nyai Sa'adah... Kyai Jabat berkata lirih,
"Gus... Silahkan di minum dulu kopinya, itu sukun goreng nya di cicipi."
"Iya Kek," kata Panji kemudian mengambil sukun goreng lalu mengigitnya perlahan - lahan.
Sambil makan gorengan... Panji berkata,
"Kek, kata Nenek Sa'adah, kakek katanya punya ilmu Harimau? Benar Kek!!"
"Benar Gus," jawab Kyai Jabat sambil tersenyum melihat Panji anak keturunan Mbah Wali Suro mengunyah gorengan,
"Gus... Apa kamu tertarik untuk mempelajari ilmu pengobatan?"
"Tidak Kek! Panji ingin alim saja, ingin tau wujud Rupa Gusti Allah... Panji juga ingin tau wujud Rupa Kanjeng Nabi Muhammad saw."
"Itu gampang Gus," kata Kyai Jabat,
"Syaratnya...
Sedikit Makan
Sedikit Tidur
Sedikit Berbicara dan sering menyendiri
Menyendiri berfikir tentang kebesaran, kekuasaan dan ke Agungan Gusti Allah
Jika Gus menjalani Laku 4 ini... Tidak akan lama Gus akan mengetahui wujud Rupa Allah dan Kanjeng Nabi."
"Iya Kek! Panji akan coba Lelaku 4 cara ini."
"Kakek Jabat... Apa yang di maksud dengan 4 perkara tersebut?" tanya Panji,
"Bisakah Kakek menjabarkan-nya... Agar Panji bisa memahami dan mengerti."
"Yang di maksud sedikit makan itu... Gus Panji harus mengurangi makan! Yang biasanya sehari makan 3 kali... Di kurangi menjadi 2x atau 1x saja. Yang biasanya jajan sehari 3 sampai 4 kali... Di kurangi menjadi 1x saja.
Usahakan perut sering lapar dari pada kenyang," ucap Mbah Wali Jabat,
"Karena... Jika kita kenyang... Syahwat atau nafsu kita akan bertambah kuat dan besar.
Ketika nafsu kita kuat dan besar... Maka iman kita akan kalah.
Kalau iman kita kalah... Maka hati dan pikiran kita akan kotor dan rusak
Kalau hati kita rusak dan kotor... Maka ilmu tidak akan mau masuk ke dalam diri kita
Akhirnya... Hubungan kita sama Gusti Allah akan jauh, karena kita tidak berilmu
Kalau Gusti Allah sudah jauh dari kita... Maka hidup kita tidak akan berkah dan manfaat
Kalau hidup sudah tidak berkah dan manfaat... Itu tandanya kita tersesat."
"Berarti... Jika ada orang baca wirid Allah Allah di ulang - ulang! Menyebut dan memanggil Gusti Allah... Tetapi Gusti Allah tidak datang? Itu tandanya, orang itu jauh dari Allah ya Kek? Tandanya orang itu tersesat ya Kek?" tanya Panji.
"Iya Gus, benar," jawab Mbah Wali Jabat.
"Walaupun dia itu seorang Kyai yang Ahli kitab! Apakah Kyai itu hubungannya jauh dari Gusti Allah? Apakah Kyai tersebut tersesat?" tnya Panji.
"Iya Gus, benar," jawab Mbah Wali Jabat,
"Salah satu tanda orang yang tersesat... Dia solat sujud menyembah Gusti Allah... Tetapi orang itu tidak melihat wujud Rupa Tuhannya yang di sembah.
Ketika orang solat sujud menghadap kiblat menyembah Gusti Allah... Tetapi hati dan pikirannya memikirkan mahluk lainnya... Seperti memikirkan anak istrinya, memikirkan pekerjaan atau hartanya, atau memikirkan kesenangan dunia dll... Orang itu sama dengan menyembah nafsunya, apa yang dia pikirkan... Itulah Tuhannya.
Orang ibadah itu ada 3
Ibadah Dohirnya saja tapi ruh nya tidak ibadah
Ibadah Ruh nya saja tapi Dohirnya tidak ibadah
Ibadah Dohir dan RUHnya."
"Kyai Jabat Suamiku... Tidak-kah berlebihan memberi pemahaman bab tasawuf kepada Gus Panji?" ucap Nyai Sa'adah,
"Gus Panji masih terlalu muda untuk mengerti bab kaweruhan ilmu hakekat juga bab ilmu makrifat."
"Tidak Nyai," ucap Mbah Wali Jabat,
"Sebentar lagi Gus Panji berusia 16 tahun! Anak Harimau... Akan melahirkan Harimau, anak kucing akan melahirkan kucing! Gus Panji adalah anak Harimau, dia harus belajar bagaimana cara kehidupan Harimau itu!
Makanya... Mbah Wali Suro memaksa dan menuntun Gus Panji untuk belajar pada kita. Di pesantren itu hanya sebagai sarat saja, atau sebagai topeng."
"Kalau begitu... Kyai Jabat harus membaiat ruhania Gus Panji," ucap Nyai Sa'adah.
"Baiklah Nyai," ucap Mbah Wali Jabat,
"Tetapi... Nanti tengah malam saja."
Setelah menyulut rokok... Panji berkata,
"Kakek, berarti... Kyai Nuruddin guruku, juga kyai Asbak dan Kyai Najib itu tersesat ya Kek? Raganya ibadah kepada Gusti Allah... Tetapi ruh nya tidak ibadah?"
"Iya Gus, benar apa yang kamu katakan," ucap Mbah Wali Jabat,
"Karena... Mereka terlena dengan kemegahan dunia, hingga engan untuk menjalani lelaku.
Gelar Kyai yang mereka dapatkan itu dari keturunan Leluhurnya.
Begitu mereka lahir... Langsung mendapat gelar Gus.
Setelah mereka bisa baca kitab dan mengajar ngaji... Mereka mendapat gelar Kyai.
Dan pondok yang mereka pimpin adalah warisan... Mereka tidak bersusah payah untuk meraih nya.
Kadang... Orang terlihat mulia di mata manusia, orang itu tetapi hina di mata Allah.
Kadang... Ada orang hina di mata manusia, tetapi orang itu mulia di mata Allah."
Ketika Mbah Wali Jabat memberi wejangan terhadap Panji... Tiba - tiba ada suara langkah kaki mendekati makam, lalu uluk salam,
"Assalamualaikum..."
Panji diam saja melihat Kang Soleh dan Kang Wawan duduk di depan makam,
"Kakek... Terus, apa yang di maksud sedikit bicara?"
"Sedikit bicara itu maksudnya... Kita tidak boleh terlalu banyak omong, apalagi menghibah, ngegosib dan berkata buruk," ucap Mbah Wali Jabat,
"Orang yang banyak omongnya... Biasanya omongan itu di tambahi juga kadang di kurangi.
Jika kita omongan itu di tambahi dan di kurangi... Maka kita telah berbuat dosa yang tidak kita sadari.
Ketika kita banyak berbuat dosa... Maka hati kita akan kotor dan ilmu tidak akan masuk ke dalam hati yang kotor.
Lalu... Ketika hati kita kotor dan tak berilmu... Maka kita tidak akan mendapatkan hidayah AgungNya, tidak akan mendapat rahmat dan AnugerahNya.
Lalu... Bencana dan masalah selalu datang silih berganti menimpah kita.
Lisan itu lebih tajam dari pada pedang dan Lisan itu adalah sumber bencana terbesar yang tidak kita sadari.
Makanya ada apa pepatah Diam itu adalah Emas dan
diam itu ilmu tertinggi dalam perjalanan lelaku."
Setelah menghisap rokok marlboro... Panji berkata,
"Kakek... Kalau yang di maksud sedikit tidur itu bagaimana?"
"Sedikit tidur... Itu maksudnya, Gus Panji harus mengurangi tidur," ucap Mbah Wali Jabat,
"Biasanya tidur siang... Usahakan jangan di biasakan, biasanya tidur 8 jam sehari... Usahakan 4 jam.
Orang yang banyak tidur itu sebenarnya dia telah mematikan hati dan ruh-nya.
Ketika tidur... Hatinya tidak ingat sama Gusti Allah, ruh nya tidak bisa melihat apa - apa.
Lama - lama... Ruh dan mata hati itu akan buta.
Buta tidak bisa melihat takdir kebesaran Allah yang terjadi waktu dia tidur."
"Lalu... Tidur yang bagaimana yang baik itu Kek? Tidur jam berapa dan bangun jam berapa? tanya Panji.
"Tidurlah sehabis solat Subuh dan bangun 9 Pagi," kata Mbah Wali Jabat.
"Kalau saya bangun jam 9 Pagi, saya gak bisa nyapu rumah nya Kyai Nuruddin Kek? Gak bisa bantu Bu Nyai Halimah," ujar Panji.
"Kalau gitu... Tidurlah habis solat isak jam 7, lalu bagun jam 12 Malam Gus, lalu tidur lagi jam 7 Malam bangun jam 12 Malam lagi, begitu seterusnya," kata Mbah Wali Jabat,
"Kalau dirimu terjaga, tidak tidur... Gunakanlah untuk berdzikir mengingat Allah, gunakan untuk belajar dan gunakanlah untuk berbuat kebaikan. Percuma terjaga tidak tidur tapi hatinya mati, tidak di pakai berdzikir mengingat Allah."
"Terus... Uzlah menyediri berfikir tentang kebesaran dan kekuasaan Gusti Allah itu gimana maksudnya? tanya Panji.
"Uszlah itu menyendiri Gus, atau menyepi menjahui keramean. Setelah dirimu menyendiri... Di situlah kamu harus berfikir tentang alam Jaga Raya ini. Berfikir tentang kebesaran Allah dan kekuasaan Allah. Berfikir tentang ciptaan Allah. Berfikir tentang kehidupan dll. Contoh nya... Mengapa Allah Menciptakan matahari, untuk apa dll."
"Baiklah Kek, Panji faham."
"Gus... Kakek pamit dulu ya... Kakek mau istirahat," ujar Mbah Wali Jabat kemudian merubah wujudnya menjadi seorang Harimau,
"Assalamualaikum Gus..."
"Waalaikumsalam Kek," jawab Panji.
"Gus... Nenek pulang dulu ya... Assalamualaikum," kata Nyai Sa'adah.
"Waalaikumsalam Nek," ucap Panji.
Setelah Nenek Sa'adah dan Mbah Wali Jabat pergi... Panji melihat amplop yang tergeletak di lantai makam.
"Berapa yaa uang di dalam amplop pemberian Nenek Sa'adah? Coba aku hitung," gumam Panji lirih.
Tak lama kemudian.
"Auwhhh... 10 juta!" ucap Panji lirih,
"Banyak sekali... Aku punya uang totalnya 20 juta! Lebih baik aku gunakan untuk sesuatu yang bermanfaat."
Setelah meletakkan uang di saku celana pendeknya... Panji melihat Kang Soleh dan Kang Wawan masih duduk sambil membaca dzikir.
Tak lama kemudian... Panji merebahkan badannya lalu tertidur.
Ketika tertidur pulas... Mbah Wali jabat mengajak ruh Panji pergi ke alam ruhaniah. Panji di ajak terbang ke atas langit, lalu duduk di awang - awang. Kemudian Mbah Wali Jabat membaca sesuatu, sambil badanya juga badan Panji berputar - putar. Tak lama kemudian... Ruhnya Panji berdiri awang - awang, lalu beberapa cahaya masuk ke dalam ruhnya Panji. Setelah itu ruhnya Panji perlahan - lahan turun ke bumi, kemudian masuk ke dalam raganya.
Setelah ruh nya Panji kembali ke wadah aslinya berupa jasad kasar... Dari kejahuan ada sinar putih kemilau mendekati Mbah Wali Jabat. Setelah dekat... Cahaya itu berubah menjadi wujud Mbah Suro, leluhurnya Panji,
"Assalamualaikum Kyai Jabat..."
"Waalaikumsalam Syeh Suro," jawab Kyai Jabat kemudian sungkem mencium tangan Mbah Wali Suro.
"Terimakasih Kyai telah membaiat Panji Cicitku.... Aku berharap Panji jangan sampai tau kebenaran ini. Biarkan dia tau dengan sendirinya," ucap Mbah Wali Suro,
"Assalamualaikum..."
"Sendikoh dawuh Syeh," ucap Mbah Wali Jabat,
"Waalaikumsalam..."
Tak lama kemudian Panji terbangun, karena kaget sebab bermimpi aneh. Setelah menyeruput kopi dingin... Panji menyulut rokok kemudian berkata lirih,
"Mimpi ku sangat aneh! Perasaan aku di ajak seseorang pergi ke langit, kemudian aku jatuh dari langit! Bikin kaget saja!"
"Itu Kang Soleh dan Kang Wawan kok belum balik ke pondok ya? Malah ngobrol ngomongin saya," ujar Panji.
"Kata siapa Panji itu pintar Kang? Masak sudah hampir 5 bulan masih saja ngaji jus Ammah," kata Kang Wawan,
"Dia itu pemalas, ngaji malas? Senangannya main ke warung ngopi lihat tivi."
"Ah! Gak juga sih Kang," ucap Kang Soleh membela Panji,
"Panji itu anak baik dan pintar menurut ku, walau dia agak nakal."
"Pokoknya...! Kang salim, kang Ujang, kang Subur dan Panji itu cocok! Sama nakalnya," kata Kang Wawan,
"Makanya aku kurang suka sama mereka."
Mendengar kata - kata Kang Wawan yang menjelek njelekkan teman karibnya... Panji sangat tersinggung, kemudian berdiri mendekati Kang Wawan dan langsung menampar mulut Kang Wawan,
"Plaaak!!!" suara keras terdengar, Kang Wawan berteriak kesakitan kemudian bergegas pergi dari makam sambil ketakutan.
"Kapok, biar penyok sekalian mulut nya," gumam Panji sambil tersenyum,
"Laki - laki kok suka ngegosib! Itu akibatnya kalau banyak bicara... Diam itu adalah emas, kata Kakek Jabat.
Lebih baik aku pergi ke warung Pak Slamet, beli indomie goreng telur sama es teh," kata Panji kemudian bergegas pergi meninggalkan makam.
Setelah menyimpan uang 20 juta di dalam lemari di bawah tumpukan baju... Panji bergegas ke warung Pak Slamet. Setelah berada di warung... Panji mendengar teriakan Kang Salim,
"Kang Panji... Sini!"
"Sebentar, pesan es sama indomie dulu," jawab Panji, kemudian pergi mendekati teman teman karibnya.
"Kemana saja Kang Panji, kok sehari gak kelihatan?" tanya Kang Salim.
"Biasa Kang, wawancara sama santri putri... Biasa aku kan artisnya pondok! Hahaha," kata Panji sambil tertawa terbahak - bahak.
"Sok ganteng kamu kang," sahut Kang Ujang,
"Kalau masalah ganteng... Dengan aku gak beda jauh, 11-12."
"Ini Kang Panji... Indomie goreng nya," ujar Pak Slamet sambil meletakkan 4 mangkok indomie goreng campur telur dan 4 gelas es teh.
"Wah, wah...! Ugal - ugalan kalau pesan," kata Kang Subur,
"Lagi banyak uang ya?"
"Ayoo di makan bareng - bareng! Mumpung masih hidup! Nanti kalau udah mati... Di alam kubur tidak ada mie goreng telur," kata Panji kemudian mengambil mangkok mie goreng.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
ACHMAD GOZALI
Mantapppp sambil cb jalani nasehat ki jabat
2025-03-28
0
Azilah Asyifa⋋✿ ⁰ o ⁰ ✿⋌
Maaf sebelumnya Thor🙏🙏🙏
Saya mau tanya, itu yang dimaksud dengan "Tidurlah habis solat Isyak jam 7" itu bagaimana 🤔🤔🤔. Karena pada dasarnya selesai solat isak itu bukan jam 7, mohon bimbingannya 🙏🙏🙏
2023-03-31
0
Nafi' thook
lha...aku malah suka makan terus tidur dan suka kumpul-kumpul hehe...
baca cerita sambil ngaji. love buat Gus Author dah.
2023-03-01
0