Semangat Baru

Semangat baru untuk kehidupan yang baru. Dan itu di mulai dari diri sendiri.

***

Lima bulan telah berlalu, sepeninggal suaminya, Kirsandi. Seminggu kemudian, pada waktu itu Fira wisuda dan resmi menjadi sarjana ekonomi. Setelah wisuda, Fira langsung berusaha keras untuk mencari pekerjaan. Menjadi single parent tentu tidak mudah. Fira tetap menjadi seorang ibu sekaligus menjadi seorang ayah bagi Zayn dan Zema. Dua putra yang masih kecil dan kebutuhannya tentu bertambah banyak.

Kini Fira tinggal di kediaman orangtuanya di Kota Semarang. Rumah hingga mobil Fira bersama Kirsandi yang berada di Jogja sudah dijual guna memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Apalagi Zayn sekarang sudah sekolah taman kanak-kanak tentu keperluan makin banyak. Belum lagi, Zema yang masih balita satu tahun. Pasti membutuhkan asupan gizi yang cukup seperti kakaknya.

Allah melihat ikhtiar Fira selama ini. Fira bekerja di sebuah restoran milik teman bapaknya di Kota Semarang. Wanita beranak dua itu bekerja sebagai asisten manajer untuk membantu bersama manajernya, Stefani. Yang kerap disapa Ani oleh Fira.

Sejak sepeninggal Kirsandi, Fira berusaha mempunyai semangat dan lembaran baru bersama anak-anak. Hanya anak-anak harta yang paling berharga yang Fira miliki. Antara pekerjaan dan anak-anak, Fira bisa membagi waktu. Di restoran, Fira tidak setiap hari bekerja, hanya hari Senin sampai Jum'at. Khusus Sabtu dan Minggu Fira bisa punya waktu yang berkualitas bersama anak-anak.

Jika Fira sedang kerja, beruntung ada Ratih, Bryan, Ressa dan Nina yang merawat Zayn dan Zema. Fatih, ayah Fira juga tetap dengan pekerjaannya yaitu fotografer di studio. Fira pernah ditawari Fatih untuk bekerja di studio saja, supaya bisa membantu Fatih. Akan tetapi, Fira memilih ingin merasakan bekerja mandiri tanpa menggantungkan orang tua. Fira benar-benar ingin menjadi super mom.

Hidup tidak lepas dari yang namanya ujian. Bukan hanya saat menjadi istri saja yang ada ujiannya. Kini status Fira sebagai janda pun ada saja ujiannya. Kalian tahu? Status janda selalu dipandang negatif oleh orang lain. Melakukan begini dan begitu selalu dikomentari orang lain. Belum lagi mendapat gunjingan tetangga. Bersikap baik dikomentari cari muka, bersikap acuh tak acuh dikomentari sombong, jadi serba salah. Mungkin ini sudah risiko jadi janda. Sampai adanya nasihat Ratih dan Fatih menguatkan Fira.

"Jangan dengarkan yang negatif, dengar yang positif saja. Tetap optimis dan berbuat baik kepada orang lain meski kamu dipandang sebelah mata. Allah akan selalu menjagamu dan anak-anakmu."

Fira melihat jam yang terpaku di dinding kamar seraya berkata, "Astaghfirullah, sudah telat masuk kerja ini. Peniti jilbabku di mana?"

Mata bulat nan cantik itu celingak-celinguk mencari sesuatu yang berkaitan dengan penitinya.

"Bu, peniti jilbabku mana, ya?" tanya Fira bingung menghampiri Ratih di dapur.

"Astaghfirullah, yang punya peniti kamu, malah tanya Ibu. Mana Ibu tahu?" ujar Ratih menggeleng kepala.

"Ya Allah, mana sudah telat lagi ini. Aduh!"

"Kak Fira!" teriak Ressa, adik perempuannya yang masih remaja. Ternyata ia yang membawa kotak kecil berisi peniti milik Fira.

"Ressa! Kakak ini sudah telat kerja loh!" geram Fira seraya menyahut kotak kecil itu.

"Hehehe, maaf." Pipi Ressa memerah dan menggaruk kepalanya yang dibalut jilbab segitiga.

"Kak Fira!" teriak Bryan.

"Ada apa lagi? Aku sudah telat ini!" ujar Fira kesal menoleh ke arah Bryan.

"Aku antar Kakak sekalian aku kuliah. Aku bawa motornya Kakak dulu, soalnya penting," kata Bryan.

"Terus, aku pulang kerja pakai apa?"

"Ya, naik bus atau taksi kek. Bisakan? Nih, kunci motor Kakak sudah aku pegang. Ayo berangkat!"

"Ya, ya, astaghfirullah Bryan!" Lagi-lagi Fira kesal dan tergopoh-gopoh. "Tunggu dulu, aku pakai sepatu dulu ini."

"Cepat, jam segini itu macet loh, hahaha," kelakar Bryan menggoda Fira dan memutar-mutar kunci motor dengan jari telunjuknya.

"Jangan jail kamu!"

***

Dari tempat yang berbeda, tepatnya masih sekitaran lawang sewu Kota Semarang. Salah satu komplek perumahan di sana juga terdapat kost putra bagi mahasiswa dan karyawan muda. Suasananya asri di sekitari pohon-pohon dipinggir jalan. Udara pagi ini pun masih terasa segar dengan adanya hembusan angin begitu lembut.

Namun sebuah kost putra sederhana dengan halaman depannya di pagari. Tak jarang ada kegaduhan yang terjadi di pagi hari. Kali ini sebuah kamar yang dihuni oleh tiga pemuda. Mereka setia tinggal di kost putra ini sejak kelas satu sekolah menengah atas hingga sekarang mereka punya pekerjaan. Tiga pemuda ini tadinya menganggur setelah lulus SMA sekian lama, kemudian bekerja di swalayan hanya sebentar dan mengganggur kembali.

Tepat hari ini mereka hendak pergi ke perusahaan tenaga kerja yang menawarkan pekerjaan di luar negeri untuk interview. Pemuda bertubuh gempal sudah bangun sedari subuh dan bersiap dengan memakai kemeja putih. Namun, dua sahabatnya masih tertidur pulas di kasur masing-masing, sebab bergadang main gim daring di gawai milik mereka.

"Ya Allah Gusti, telingaku lama-kelamaan budeg gara-gara alarm milik Henry!" keluh Hardi menutup telinganya. Ia mematikan alarm milik sahabatnya. "Hen, Tom bangun-bangun! Hari ini kita ada interview loh!"

"Argh, Hardi menggangguku saja! Lagi mimpi indah begini," gertak Henry kesal. Wajahnya mengusut seraya menggaruk rambut.

"Ya, ya, aku bangun ini!" Disusul oleh Tommy bangun dari tidur, kemudian duduk lemas dengan matanya yang sayu.

"Ya, sudah, sekarang kalian pada mandi sana!" perintah Hardi dengan lantang.

"Ya, ya," ucap Henry dan Tommy menguap. Keduanya agak malas-malasan beranjak dari kasur.

"Oalah, apa iya orang tampan itu jarang mandi? Aku yang cowok biasa saja, rajin mandi. Enggak seperti dua bocah ini," ledek Hardi kepada dua sahabatnya.

"Ya, dari pada kamu, Har. Wis lemu alias sudah gendut, pikirannya makan terus. Sekali-kali diet gitu, biar ganteng seperti aku dan Henry. Ya, endak, Hen?" kata Tommy meringis sambil membalas ledekan Hardi.

"Hahaha, jos tenan!" seru Henry setengah tertawa dari bangun tidur sembari mengacungkan jari jempolnya.

"Oalah, cah sontoloyo semua! Masuk pasal body shaming ini! Sudah sana mandi, ganteng-ganteng baunya asem. Idih, jorok!" Saking kesal dan gelinya, Hardi mendorong paksa dua sahabatnya menuju ke kamar mandi. Jaraknya dekat dengan kamar tidur mereka.

"Hardi!" teriak Henry dari dalam kamar mandi.

"Apa lagi to, Hen?" tanya Hardi sedang menyiapkan berkas untuk interview nanti.

"Minta tolong ambilkan Gelutte punyaku di laci kecil itu," perintah Henry bersuara lantang.

"Gelutte itu apa, Hen?"

"Cukur kumisku, Mblung!"

"Masyaallah Henry, wajahmu sudah mulus begitu, masa ada kumis dan brewok sih?"

"Cerewet, cepat ambilkan! Sekalian krim cukurnya, ya."

"Ya, Raden Mas Henry."

Pada saat Hardi mengambil alat dan krim cukur kumis milik Henry, ia melihat buku harian milik Henry yang terbuka. Di dalamnya ada sebuah foto wanita cantik mengenakan busana muslimah dan jilbab syar'i. Setelah dilihat lebih dekat, Hardi menyadari bahwa di foto itu adalah Fira. Karena Henry tidak sabar dan terus menyahut Hardi dari dalam kamar mandi, Hardi mengurungkan niat untuk mencari tahu isi buku harian milik Henry.

"Ya Allah, ternyata laki-laki seperti Henry punya buku harian, to? Aku baru tahu ini. Aku kira perempuan saja yang punya buku harian. Eh, tapi, kenapa di situ ada fotonya Mbak Fira, ya? Aku jadi bertanya-tanya? Emm ..."

Terpopuler

Comments

YuliYaya

YuliYaya

Di sini pun harus pake plesetan juga ya mba😁

2022-09-23

1

YuliYaya

YuliYaya

Bener banget mba

2022-09-23

0

Nafiza

Nafiza

eh...si Hardi kepo intip intip diary Henry 😀😀

2021-05-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!