Duka

"Saya ingin menjelaskan kepada Nyonya, tapi Anda sendiri memotong pembicaraan dan langsung menemui suami Anda. Sebenarnya suami Anda terdapat benturan keras di kepalanya. Mengakibatkan luka berat dan kemungkinan usianya tidak akan lama lagi."

Penjelasan dokter itu masih terngiang dipikirkan Fira. Sewaktu usai memeriksa kondisi suaminya, yakni Kirsandi untuk terakhir kalinya.

Fira masih tidak percaya, ia menyangka ini hanyalah mimpi. Tidak mungkin secepat itu Kirsandi meninggalkan dirinya dan anak-anak. Kirsandi itu tetap kepala keluarga yang baik, justru Fira meminta maaf kepadanya. Fira jadi merasa bersalah, karena belum bisa jadi istri yang baik untuk Kirsandi.

"Ini hanya mimpi buruk sajakan? Tolong bangunkan aku! Iya, hanya mimpi buruk, hahaha." Fira berteriak histeris.

***

Astaghfirullah!

Tamu-tamu yang hadir melayat di kediaman Fira dan Kirsandi dikejutkan dengan sikap histeris yang sedang dirasakan Fira. Ibunda Fira yang duduk di samping putrinya, berusaha menenangkan Fira dengan mengucapkan istighfar. Beliau memeluk Fira sembari membelai bahu yang berbalut gamis hitam. Ibunya berharap Fira dapat menerima kenyataan ini, walaupun semua itu butuh waktu.

Pilu dan duka menyelimuti hati Fira saat ini. Wajah ayunya kini terlihat pucat pasi dan bibirnya jadi kering pecah-pecah. Mata bulat itu terlihat sembab dan memerah, sebab tidak hentinya menangis. Pandangan Fira juga kosong, ada rasa kehilangan seseorang yang teramat dalam. Rasanya belum siap menerima kenyataan karena suaminya telah kembali ke pangkuan Ilahi.

Untung saja, Zayn dan Zema dirawat oleh baby sitter. Dalam kondisi histeris seperti ini, Fira butuh pemulihan diri dan dukungan penuh dari keluarga. Khawatir, jika histeris yang dialami Fira akan berdampak negatif kepada dua anak laki-lakinya.

Ketika proses salat jenazah hendak dilakukan, datanglah dua wanita berjubah hitam masuk ke dalam rumah. Dua wanita berjilbab menjuntai ke punggung itu duduk bersimpuh, kemudian langsung memeluk erat Fira sebagai bentuk rasa bela sungkawa. Mereka juga berbisik supaya Fira tetap sabar dan tabah atas kepergian sang kekasih hati.

Fira yang sedari tadi pandangan kosong, sontak tercengang atas kehadiran dua sahabatnya. Tanpa terasa air matanya menggenang di kantong mata. Terharu dengan kedatangan dua sahabat yang terbilang jarak jauh. Ada sekelumit semangat dalam diri Fira saat kehadiran dua wanita yang sebaya dengannya. Sejenak mereka bertiga melepaskan pelukan, lantas saling memandang satu sama lain penuh kehangatan.

"Khalifah, Velia! Kalian datang?" seru Fira masih sesenggukan.

"Iya, kami datang untuk menguatkan sahabat kami ini," ucap Velia turut meneteskan air mata.

"Fira, sabar dan tabah, ya. Kamu pasti bisa melewati semua ini," ujar Khalifah berusaha menguatkan Fira sembari mengusap punggung sahabatnya.

"Kalian tahu dari mana kabar ini?" tanya Fira.

"Bryan yang memberi tahu kepada kami di grup WA. Akhirnya aku dan Velia memutuskan memesan pesawat mendadak dari Jakarta ke Jogja," jawab Khalifah.

"Masyaallah, kalian. Terima kasih banyak sudah datang jauh-jauh," kata Fira kembali mendekap Khalifah dan Velia yang masih mengucurkan air mata.

"Aku juga menyampaikan maaf dari Medina, dia tidak bisa hadir ke sini," ujar Velia.

"Iya, enggak apa-apa. Doanya saja." Fira memaklumi.

***

Sinar matahari sudah berada di atas ubun-ubun manusia. Hembusan angin hanya lewat sekadarnya. Daun-daun hijau berguguran dari dahan pohon hingga angin yang membawa terbang menyebabkan daun-daun jatuh berserakan di atas tanah.

Hari ini juga, keluarga dan tamu-tamu yang melayat melakukan prosesi pemakaman Kirsandi di tempat pemakaman umum. Pemakaman umum itu jaraknya tak jauh dari kediaman Fira bersama Kirsandi. Fira yang didampingi ibu kandung, ibu mertua dan dua sahabatnya masih ada duka yang mendalam menyelimuti hati. Wanita itu duduk bersimpuh dekat pemakaman suaminya sembari menabur bunga. Melihat prosesi pemakaman, sekujur tubuh Fira bergetar dan dicucuri keringat dingin. Fira kian terkulai lemas dengan pandangan sayu.

Namun, dari arah yang berlawanan, seorang laki-laki berkacamata dan bertopi hitam memandangi Velia. Ia bersiul kepada Velia. Saking penasaran, Velia menyorot tajam dan menanggapi siulan laki-laki itu, tapi terhalang oleh kerumunan tamu yang melayat di sekitarnya.

Laki-laki itu memberi isyarat lisan dan mengulurkan tangannya supaya Velia menopang Fira yang hampir pingsan. Seorang laki-laki itu menunjukkan telunjuknya ke arah Fira. Akhirnya Velia paham yang dimaksud laki-laki tadi dan langsung menopang Fira. Ternyata benar, Fira sungguh lemas tak berdaya.

Kurang lebih satu jam prosesi pemakaman dilakukan dengan khidmat dan telah usai. Tamu-tamu yang melayat kembali untuk pulang ke rumah masing-masing. Sebagian keluarga juga memutuskan kembali ke rumah. Namun tidak bagi Fira yang masih saja duduk bersimpuh di dekat tiang lahat mendiang suaminya. Air matanya mengalir deras. Hatinya masih tersayat pilu. Fira masih meratapi kepergian Kirsandi untuk selamanya. Sudah dibujuk oleh ibunya, tapi Fira enggan untuk pulang ke rumah. Fira bersikeras ingin menemani mendiang suaminya di sini.

"Tante Ratih pulang saja. Biar kami yang akan membujuk Fira pulang," tutur Khalifah.

"Ya, sudah, Tante minta tolong, ya---supaya Fira mau pulang," ucap Ratih dengan lembut.

"Insyaallah, Tante." Velia menganggukkan kepala penuh santun.

Ratih dan besannya pulang ke rumah. Sementara Khalifah dan Velia masih menemani Fira. Mereka berusaha memberikan dukungan serta ketenangan bagi Fira. Ketiganya kini duduk bersama. Khalifah dan Velia dengan sabar merangkul Fira.

Masih dengan suasana duka ini, seorang laki-laki berkacamata dan bertopi hitam tadi hadir di tengah-tengah mereka. Laki-laki itu juga duduk bersimpuh berlawanan arah dengan Fira. Melihat kondisi Fira berlinang air mata, ia tidak tega dan dalam hatinya juga terasa pilu.

"Abang tahu rasanya kehilangan orang yang kita cintai. Ini semua sudah takdir dari sang Ilahi. Kita tidak bisa mencegahnya. Ikhlaskan saja, supaya Mas Kirsandi tenang dan damai di sana," lirih laki-laki itu seraya membuka kacamata hitam.

Fira lantas mendongak. Matanya terbelalak melihat kehadiran sosok laki-laki yang lama tidak dijumpainya bertahun-tahun.

"Abang Rafi!"

"Tidak perlu terkejut. Abang dapat info ini dari Bryan. Kebetulan, Abang juga sedang berada di Jogja ada urusan kerja. Sekalian ke tempatmu saja," ujar laki-laki yang disapa Rafi.

"Emm," lirih Fira kembali menunduk dan bungkam menatap liang lahat suaminya.

"Abang turut berduka cita. Kamu orangnya kuat dan baik. Kamu harus bangkit kembali. Jika kamu ingin membuat suamimu bahagia di sana, kamu bahagiakan dirimu dan anak-anakmu. Ingat, anak-anakmu kini bergantung padamu, Ibunya," imbuh Rafi.

"Iya, Bang. Terima kasih sudah mendukungku."

"Abang Rafi ini bukannya?" tanya Khalifah angkat bicara.

"Iya, perkenalkan saya Rafi Jensen sahabat dari kecil bersama Fira. Sudah lama kami tidak bertemu dan baru bertemu hari ini. Karena saya pun sedang bekerja di Singapura," jelas Rafi beranjak dari tempatnya.

"Oh, iya, Fira pernah cerita pada kami," ujar Velia

"Kalian sendiri kawan dari mana?" tanya Rafi kepada dua wanita itu.

Khalifah menjawab, "Oh, kami sahabat sejak bertemu di sebuah kajian akbar itupun sudah lama. Meski sahabat jarak jauh, insyaallah, silahturahim terasa erat."

"Oh, alhamdulillah. Ya, sudah, kalau begitu, saya hendak kembali ke Singapura, karena pesawat setengah jam lagi akan landas."

Sebelum Rafi beranjak pergi, ia pamit terlebih dahulu kepada Fira. Pria itu memandang lekat dengan Fira. Meski Fira tidak memandanginya. "Abang pamit dulu, ya. Kamu baik-baik dan jaga anak-anakmu. Ingat! Anak-anakmu saat ini butuh Ibu yang super kuat. Abang yakin kamu akan mendapatkan kebahagiaan dari Allah suatu saat nanti, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam, terima kasih Bang sudah berkenan ke mari. Maaf, jika aku masih seperti ini," lirih Fira

"Enggak apa-apa, semua butuh proses. Assalamu'alaikum semua." Rafi beranjak pergi menuju taksi yang sedari tadi menunggunya.

Khalifah dan Velia berucap serentak. "Wa'alaikumsalam."

"Yuk, sekarang Fira pulang! Sudah mulai sore dan menjelang salat asar ini," ajak Velia secara hati-hati membujuk Fira.

"Emm, baiklah." Fira perlahan berdiri dan dibantu oleh dua sahabatnya. Khalifah dan Velia dengan tulus hati merangkul Fira.

Fira membatin, "Ya Allah, apa yang terjadi pada diriku? Tolong tuntun hamba untuk bangkit kembali. Iya benar, kata Bang Rafi. Anak-anakku kini bergantung padaku. Bismillah, demi anak-anak!"

Terpopuler

Comments

Nafiza

Nafiza

Fira...keep fighting 💪
tetap semangat menjalani hidup...

2021-05-19

0

Alya_Kalyarha

Alya_Kalyarha

semangat nulisnya kk, udah aku like ya
kalau sempat mampir baliklah ke karyaku "sahabat atau cinta" dan "berani baca" tinggalkan like dan komen ya makasih

2020-06-03

0

Fantasy

Fantasy

Jahahaa kerenn akka.

2020-04-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!