AURORA
Siang yang terik disuatu hari itu, membuat butiran-butiran keringat sebesar biji jagung bertaburan di seluruh tubuh Aulia. Nafasnya agak tersengal, air matanya juga perlahan jatuh dan menyatu dengan butiran air keringatnya sendiri.
“Kamu harus gugurkan anak haram itu!” Perintah pak Arifin, ayah kandung Aulia. Pria tua itu menatap puterinya tersebut dengan tatapan yang sangat haru juga penuh penyesalan. Jika saja saat itu dia tidak mengantar puterinya kepesta dansa di acara ulang tahun anak majikannya, mungkin hari ini dan masalah besar ini tidak akan terjadi kepada Aulia, puteri satu-satunya yang sangat di sayanginya.
“Ayah dan ibu akan mengantarmu ke mbok Giyem, beliau dukun beranak terpercaya di desa ini.” Ucap pak Arifin lagi sambil merobek kertas dari puskesmas yang menunjukan hasil pemeriksaan kandungan Aulia.
“Ayo....” Pak Arifin lantas menarik tangan Aulia, sedangkan bu Tanti, ibu kandungnya Aulia hanya mampu terdiam menatap suami dan anaknya dengan menahan air mata yang berusaha keras terjatuh keatas pipinya dari tadi.
“Ibu, ayo!” Ajak pak Arifin ketika dilihatnya isterinya itu tetap terdiam tanpa mengikuti langkah kakinya sama sekali.
Aulia pun ikut terdiam, tangisnya kembali pecah. Dia berusaha melepaskan genggaman tangan pak Arifin dari tangannya.
“Kenapa?” Tanya pak Arifin dengan berat.
“Anak ini tidak salah...dia berhak hidup, dia bukan anak haram!” Seru Aulia dengan tegas.
“Apakah ayah tega membunuhnya?” Tanya Aulia dengan pelan, matanya menatap tajam kedua mata ayahnya itu. Dengan bibir yang gemetar dan seluruh tubuh yang terasa sangat berat hingga hampir membuat kedua kakinya tak mampu menahan beban tubunya sendiri.
“Bukannya ayah juga yang selalu mengingatkanku akan pentingnya rasa kasih sayang terhadap sesama mahluk Nya dan tanggung jawab kepada Allah, aku tidak akan mengugurkannya!” Tegas Aulia lagi.
Pak Arifin pun melepaskan genggaman tangannya dari Aulia. Sekilas dia kembali melirik kearah kedua mata isterinya yang kini sudah tidak sanggup lagi menahan air matanya. Saat itu juga dada pak Arifin yang memang sudah terasa sesak dan sakit sejak membaca surat hasil tes kehamilan Aulia semakin bertambah kuat rasanya. Tatapan matanya bertambah buram dan bibirnya sudah terasa sangat dingin. Pak Arifin tidak sanggup berkata apa-apa lagi. Dia mundur beberapa langkah kebelakang, lalu menunduk sambil memegang erat dada sebelah kirinya.
“Ayah...ayah!” Teriak Aulia ketika dia sadar ada yang tidak beres dengan kesehatan ayahnya. Bu Lina pun turut berlari menghampiri suaminya dan menangkap dengan tepat ketika tubuh suaminya itu hampir saja terjatuh ke atas lantai.
“Mas...sadar mas, kamu kenapa mas?” Tanya bu Tanti sangat khawatir.
“Ayah...!” Aulia terus berusaha memanggil ayahnya, Aulia mengambil minyak kayu putih yang tersimpan dibalik sakunya lalu membuka kancing baju ayahnya lalu mengusapkan minyak kayu putih ke dada dan perut ayahnya.
“Ayo bu bantu aku angkat ayah, kita harus kembali ke puskesmas!” Pinta Aulia. Bu Tanti pun segera mengikuti arahan puterinya itu, mereka berusaha membopong tubuh pria yang sangat mereka cintai itu. Namun tubuh pak Arifin terasa lebih berat lagi ketika mereka baru beberapa langkah menuju pintu.
“Ayah...” Panggil Aulia parau ketika dia sadar ayahnya sudah tidak sadar sama sekali.
“Bu...ayah bu...ayah!!!” Tangis Aulia lagi-lagi pecah di siang hari yang sangat terasa terik tersebut.
•
•
“ Mama...mama lagi kangen cama eyang akung ya.” Ucap Rose, seorang anak perempuan berusia empat tahun setengah yang sangat cantik dan imut.
Aulia yang tersadar akan kehadiran anak kandungnya itu langsung berusaha mengelap air mata dari atas kedua pipinya dan menutup album foto yang belum lama dibukanya.
“Duh...puteri cantiknya mama, sini sayang...cium mama dulu dong.” Aulia meletakkan album itu keatas meja lalu menggendong Rose sambil mengecup lembut kedua pipi puteri cantiknya itu.
“Aku cedih liat mama nangis, mama jangan nangis ya ma.” Pinta Rose, kedua tangan mungil gadis cilik itu sudah berada di atas kedua pipi Aulia dan berusaha membersihkan sisa-sisa tetesan air mata Aulia yang masih tertinggal disana.
“Maaf sayang, mama janji tidak akan menangis lagi. Kamu benar sayang, mama hanya sedang rindu dengan eyang kakungmu itu.” Ucap Aulia berusaha menenangkan kecemasan di hati gadis ciliknya.
“Makanya cepat minta papa pulang ma...kalau ada papa, mama pasti tidak akan cedih lagi.” Ucap Rose langsung mendebarkan jantung Aulia seketika.
Bayangan akan wajah Diego, seorang pria tampan yang dulu sangat dikaguminya itu kembali hadir dalam ingatan pahitnya.
“Aku juga penacalan cama wajah papa, kenapa papa pelgi jauh keatas langit ma?” Tanya Rose lagi-lagi membuat jantung Aulia berdebar. Selama ini memang Aulia mengatakan kepada puterinya itu kalau papanya kerja jauh di atas langit sebagai astronot. Agar puterinya itu tidak terus-terusan meminta Aulia mengantarnya ke pria tersebut.
Seharusnya aku bilang saja papanya sudah lama meninggal, tapi aku bingung kalau tiba-tiba Rose memintaku mengajaknya kemakam papanya...Ya Tuhan, aku harus jawab apa lagi. Batin Aulia penuh kegelisahan.
“Ma...apakah mama juga kangen cama papa? aku ingin cekali ketemu cama papa, kapan ma papa pulang?” Tanya Rose sambil menatap tajam kedua mata mama nya itu.
Astaga...aku tidak akan mungkin merindukan pria jahanam itu. Pria yang sudah menghancurkan kebahagiaan dan masa depanku. Batin Aulia meringis pedih.
Aulia kembali teringat kejadian di lima tahun lebih yang lalu, saat dengan polosnya dia menerima minuman dari Diego di acara ulang tahun Tania, saat itu juga Aulia merasakan seluruh tubuhnya terasa sangat panas. Melihat reaksi Aulia seperti itu, Diego langsung menuntun Aulia untuk segera masuk kedalam mobilnya.
Aulia yang sudah kehilangan setengah kesadarannya hanya mampu duduk di pinggiran mobil Diego saat pria itu memintanya untuk menunggu.
“Kamu tunggu sebentar ya, aku mau ambil kunci mobilku dulu!” Perintah Diego saat itu.
Saat itu Aulia merasakan sensasi aneh di seluruh tubuhnya, dia berusaha bangun dari duduknya dan mencari Diego. Aulia terus berjalan ke arah yang tidak dapat di lihatnya dengan jelas hingga akhirnya dia menabrak seorang pria.
“Tolong aku...tolong...” Pinta Aulia dengan parau kepada pria tersebut.
“Siapa kamu?... Menjauh dariku!” Pria itu lantas mendorong Aulia hingga terjatuh keatas lantai. Dan saat itu Diego datang lalu segera menghampiri Aulia.
Saat itu Aulia tidak ingat apa-apa lagi, sampai akhirnya dia sadar dan terbangun sudah berada dalam sebuah kamar mewah di sebuah hotel bintang lima.
Aulia yang tersadar sudah tidak menggunakan pakaian sehelai pun di atas ranjang mewah itu langsung teriak histeris, dia terus memanggil nama Diego. Namun pria itu sama sekali tidak muncul dihadapannya. Aulia berusaha turun dari ranjang tersebut dan mengambil gaunnya yang tergeletak di atas lantai lalu menggunakannya kembali satu persatu dengan seluruh tubuh yang terasa gemetar juga terasa sangat sakit dibagian vaginanya.
Sampai kapanpun, aku tidak akan sudi mempertemukan Rose dengan pria jahannam itu. Dia tidak boleh mengetahui keberadaan Roseku. Tegas Aulia pada hatinya sendiri.
“Ma...apakah papa ada disana?” Tanya Rose sambil menunjuk sebuah lukisan langit yang sangat indah dengan perpaduan warna warni antara hijau, biru, kuning, ungu dan merah yang sangat cantik. Aulia hanya tersenyum menatap lukisan tersebut, sambil menatap wajah puterinya dengan lembut dia berkata.
“Suatu hari nanti, mama janji akan mengajakmu melihat aurora itu.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Isabella
masih baca
2022-05-06
0
Shantiey Rustam
mantao thor
2021-07-22
2
Nara
🌷🌷💕
2021-07-21
2