“Mohon maaf tuan muda, kami tidak akan pergi selangkah pun dari sini tanpa tuan muda!” Tegas Ronald, salah satu ajudan terbaik yang di miliki Parviz Media Group.
Hari sudah semakin gelap, bahkan kemilau cantiknya rumpun-rumpun bunga lupin liar berwarna warni yang banyak tumbuh disana juga semakin tampak memudar, namun Razan masih tetap berdiri di bibir Danau Tekapo yang berada di Aoraki Mt.Cook National Park atau biasa di sebut dengan International Dark Sky Reserve (langit tergelap didunia) New Zealand. Razan masih tetap mengabaikan sepuluh pria berbadan tegap di belakangkanya yang di kirim ayahnya untuk menjemputnya pulang.
“Tuan muda bisa kembali lagi kesini kapanpun tuan muda inginkan untuk melihat aurora itu, tapi untuk kali ini kami mohon dengan sangat, kembalilah ke Jakarta. Tuan besar sudah menunggu tuan muda dengan penuh harap disana.” Ucap Ronald lagi memecahkan heningnya suasana di malam itu.
“Sudah berapa kali saya katakan kepada kalian, saya tidak suka pengawalan seperti ini! Kalian kembali saja ke Jakarta lebih dahulu! saya janji akan pulang besok pagi, tentunya setelah kalian benar-benar pergi dari negeri ini!” Tegas Razan dengan nada suara yang sangat berat dan dingin. Dia masih berdiri tegak di tempatnya tanpa bergeser sedikitpun.
“Tapi tuan muda...” Elak Ronald, namun langkah kakinya langsung terhenti ketika Razan menoleh kearahnya dengan tatapan yang sangat tegas.
“Pergi!” Perintah Razan.
Para ajudan tersebut sejenak terdiam dengan saling bertatapan tanpa satu katapun.
“Saya tidak suka mengatakan apapun berulang kali!” Desis Razan.
Ronald segera memberikan kode kepada anak buahnya untuk mengikuti langkah kakinya. Mereka pun pergi dari hadapan Razan, dan membiarkan tuan muda itu kembali sendiri disana.
Razan pun kembali membalikkan tubuhnya menghadap kearah luasnya danau tekapo. Hanya sedikit cahaya redup dari sebuah gereja kecil yang berada di pinggir danau tersebut, cahaya itu masih dapat memantulkan betapa indahnya danau dengan air berwarna biru kehijauan tersebut.
Muncul lah, aku sangat merindukan ibuku. Batin Razan penuh pengharapan.
Razan masih menunggu dengan setia akan munculnya aurora di langit yang gelap tersebut. Ini sudah malam kelima nya berada di sana. Kehadiran aurora memang tidak dapat di prediksi dan dipastikan.
Sautan suara kumbang malam semakin nyaring terdengar, Razan memejamkan kedua matanya sambil menghirup dengan tenang udara dingin yang semakin menusuk ketulang-tulang. Dia kembali teringat akan bayangan cantik wajah mendiang ibunya. Wajah yang hanya dapat dilihatnya melalui selembar foto, ya...Razan memang tidak memiliki satupun kenangan saat bersama dengan mendiang ibunya. Karena ibunya meninggal dunia saat melahirkannya ke dunia ini. Namun entah kenapa, disaat dia menatap indahnya aurora di langit yang gelap itu, Razan selalu merasakan kehadiran mendiang ibunya.
“Papi sudah semakin tua nak, sudah saatnya kamu yang melanjutkan usaha bisnis keluarga kita, papi juga sangat ingin melihatmu menikah dan memberikan cucu untuk papi sebelum papi meninggal.” Ucap William Parviz saat menghubungi Razan tiga hari yang lalu, dia adalah ayah kandung Razan Parviz. Pemilik Parviz Media Group yang saat ini sudah menjadi perusahaan media terbesar se Asia Tenggara.
“Bukannya ada Diego, aku yakin Diego akan dengan sangat senang hati melanjutkan usaha papi dan memberikan cucu yang banyak untuk papi.” Razan mengingatkan ayahnya tentang keberadaan anak tirinya itu.
Empat tahun setelah kepergian mendiang isterinya, William Parviz menikah lagi dengan Angela yang saat itu juga menjadi orang tua tunggal Diego. Usia Razan dan Diego hanya terpaut dua tahun, awalnya William Parviz berharap kehadiran isteri dan anak tirinya itu dapat menemani dan mengisi kekosongan di kehidupan Razan, namun nyatanya Angela dengan Diego hanya mampu membuat Razan semakin terasa kesepian dan banyak tekanan. Hingga membuat luka psikis yang tidak diketahui oleh William Parviz, luka psikis yang membuat Razan Parviz lebih suka menyendiri hingga saat ini.
“Kamu satu-satunya anak kandung papi, maka kamu yang harus melanjutkannya!” Tegas pak William saat itu.
“Hahaha aku pikir papi masih ragu dengan hal itu. Seperti yang selalu tante Angel katakan, kalau belum tentu aku ini anak kandung papi kan.” Ledek Razan membuat William langsung meradang. Namun William Parviz masih berusaha menenangkan amarahnya agar anak kandung semata wayangnya itu mau menurutinya.
Razan ingat sekali saat ibu tirinya itu mengucapkan kata-kata yang sangat menyakitkan hatinya. Karena puluhan tahun menikah dengan ayahnya dan mereka tidak juga mendapatkan keturunan, sehingga membuat Angela menuduh Susan, mendiang ibunya Razan melahirkan anak haram untuk ayahnya, Angela menuduh mendiang Susan berselingkuh.
“Hasil tes DNA itu adalah kepastiannya! Kamu adalah satu-satunya darah daging papi, kamu satu-satunya harapan papi. Razan...papi mohon, pulang lah ke Jakarta, papi yakin...jika mendiang ibumu masih ada, beliau juga pasti menginginkanmu tetap tinggal di Jakarta dan segera menikah dengan Tania.” Ucap William Parviz penuh harap.
Saat itu Razan tidak mau melanjutkan pembicaraannya lagi dengan ayahnya. Dia langsung menutup panggilan tersebut dan menonaktifkan kartu teleponnya.
Papi selalu mengatakan ibu menginginkanku tentang itu semua, tapi selama ini aku yakin itu hanyalah keinginan papi semata. Bu...kenapa aku tidak punya pilihan lain, bahkan untuk menikah. Karena sampai saat ini, aku tidak mampu menyentuh atau berdekatan dengan seorang wanita, bahkan dengan Tania sekalipun. Kecuali dia, wanita itu...Batin Razan
Razan Parviz kembali membuka kedua matanya, karena dia merasakan pantulan cahaya yang berusaha masuk kedalam kedua retinanya. Dengan senyuman yang merekah dan hati yang terasa sangat tenang seketika. Aurora itu mampu seketika memberikan kehangatan di hati Razan yang beberapa hari ini terasa sangat membeku.
•
•
“Mami tahu kamu bisa, kamu sangat cerdas untuk mendapatkan posisimu yang seharusnya di Parviz Media Group.” Ucap Angela kepada Diego, anak kandung semata wayangnya.
Diego hanya tersenyum tipis mendengar ucapan ibunya. Sambil menghirup asap beraroma tembakau yang keluar dari alat vapenya.
“Diego...kamu dengarkan apa kata mami?” Tanya Angela dengan kesalnya.
“Hahaha mami-mami...terima sajalah kenyataan, kalau memang Razan yang berhak atas semua itu. Dapat kebagian warisan dari papi sedikit saja seharusnya kita sudah happy. Kenapa ribet banget sih!” Ucap Diego dengan entengnya.
“Apakah kamu sudah tidak menginginkan Tania mu lagi?” Tanya Angela lagi dengan membalas senyuman tipis kepada Diego.
“Kamu jangan lupa, Tania akan kamu dapatkan seutuhnya jika kamu mampu merebut posisi Razan di Parviz Media Group.” Lanjut Angela.
Diego kembali menghirup dalam-dalam aroma tembakau dari vapenya tersebut. Hatinya langsung tergelitik ketika mendengar nama Tania diucapkan oleh ibunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
E Dean qq
aurora ininkan tdnua judulnya takdirku mencintaimu tp di revisi..aulia hamil sm razan krn obat perangsang yg di ksh diego tp pas nunggu diego aulia msk ke mobil razan jdlah aulia tdr sm razan...razan gak bs berhubungan dng cweq mnpun dia seperti impoten hny krn dia merasa bersalah merengut virginity aulia mlm itu...hny aulia yg bs bikin dia on lg wkwkwk sedngkan aulia gak th kl razan yg nidurin dia dia pikir itu diego mknya dia benci sm diego🙈🙈🙈
2021-06-30
1
luluk indrawati
Razan pasti tetap mengingat wanita itu...mungkinkah Aulia.. semangat Thor 💪💪💪
2021-06-28
2
༄👑💗e¢¢e ρтħš αямч💗👑࿐
Blom paham alurnya
2021-06-08
2