Kecewa

“Apakah Razan sudah sampai?” Tanya William Parviz kepada Baim, asisten pribadinya.

“Sudah tuan besar, barusan tuan muda memberi kabar sudah sampai.” Jawab Baim, sambil menunjukan percakapan wa nya kepada William Parviz.

“Oke, kamu jemput dia dan langsung antar keruangan saya.” Perintah William Parviz.

“Siap tuan besar.” Baim langsung berjalan meninggalkan ruang president direktur di lantai delapan belas tersebut. Dengan dua ajudan berbadan tegap yang setia mendampinginya kemanapun dia pergi. Sementara empatnya lagi tetap berdiri di depan ruang kerja president direktur tersebut.

Baim dan dua ajudan tersebut masuk kedalam lift khusus direksi untuk menjemput kedatangan tuan muda mereka. Mereka terus berjalan ke lobby utama di menara Parviz. Lalu berdiri tepat di depan pintu masuk utama yang langsung sepi karena arahan dari salah satu ajudannya kepada scurity disana.

Baim mencoba lebih fokus lagi melihat sekeliling di depan lobby dan halaman parkir vip yang ada disana. Berusaha mencari sosok tuan mudanya yang belum lama memberi kabar sudah sampai dan akan menunggu di dalam mobil sampai mereka datang menjemput.

“Coba tanyakan kepada mereka, apakah mereka melihat kedatangan tuan Razan Parviz.” Perintah Baim kepada kedua ajudannya.

“Baik pak!” Salah satu diantara mereka lantas

memanggil dua orang scurity yang berjaga di pintu tersebut.

Tidak perlu menunggu lama kedua scurity tersebut langsung menghampiri mereka.

“Siap pak Baim, ada yang bisa kami bantu?” Tanya mereka.

“Apakah kalian melihat kedatangan tuan muda...Razan Parviz?” Tanya Baim, mereka pun sepintas saling bertatapan. Mereka memang sudah diwajibkan untuk menghapal wajah tuan muda mereka tersebut, walaupun belum pernah berjumpa sebelumnya dengan tuan muda mereka..

“Mohon maaf pak Baim, belum melihat.” Jawab mereka.

Baim langsung memasang wajahnya yang kaku menjadi lebih kaku lagi. Dia mengambil ponsel miliknya dari dalam saku lalu mencoba menghubungi Razan Parviz. Namun tidak ada jawaban dari sana.

Sementara tuan muda yang dihubungi sedang fokus mengendarai mobilnya sambil sesekali mencoba melirik kearah kaca spion yang berada di atas tengah mobilnya.

“Kenapa kamu lagi?!” Tanya Razan dengan suara yang sangat berat kepada seorang wanita yang tiba-tiba saja masuk kedalam mobilnya lalu memaksanya terus mengendarai mobilnya.

“Mohon maaf pak, sepertinya sudah aman. Si mesum itu tidak mengejarku lagi. Sepertinya aku bisa turun disana!” Seru Aulia kepada Razan, dia masih fokus melihat kaca kebelakang mobil tersebut, lalu menunjuk sebuah halte yang berada tidak jauh dari mobil tersebut.

“Kenapa kamu masih berhubungan dengan Diego?” Tanya Razan kesal, dia tidak mengikuti permintaan Aulia untuk menghentikan mobilnya di halte tersebut.

Aulia yang mendengar suara berat Razan menyebut nama Diego langsung menolehkan tatapan matanya ke pria tersebut.

“Mohon maaf pak, apakah kita pernah bertemu sebelumnya?” Tanya balik Aulia membuat Razan sangat terkejut.

“Kamu ini! Benar-benar wanita bodoh!” Maki Razan membuat Aulia jadi bingung.

“Maaf pak, apakah bapak temannya si mesum itu? Ya Tuhan...aku mohon pak, jangan bawa aku kembali kesana. Kalau bapak masih memiliki hati nurani aku mohon dengan sangat, jangan bawa aku kembali ke perusahaan itu. Aku sudah resign dari sana.” Pinta Aulia kembali memelas kepada Razan.

“Apakah aku sudah setua itu?” Tanya Razan kepada Aulia.

“Hah...maksudnya?” Tanya balik Aulia.

“Kenapa dari tadi kamu terus memanggilku bapak?” Tanya Razan kembali.

Wajah Aulia langsung terasa memanas ketika menatap lebih dalam lagi wajah Razan yang dengan polosnya bertanya tentang itu kepadanya. Dia mencoba menahan tawanya, hingga membuat bibirnya jadi sedikit bergetar.

“Kenapa wajahmu jadi sejelek itu?” Tanya Razan lagi langsung membuat Aulia tidak kuat lagi menahan tawanya.

“Hahaha maafkan, maaf. Aku tidak terlalu memperhatikan tadi kalau ternyata kamu masih sangat mudah...bahkan sangat tampan sekali.” Ucap Aulia, dia bahkan ikut terkejut ketika tanpa sadar mengucapkan kata-kata tersebut. Razan pun langsung menghentikan kemudinya.

“Apakah kamu terlalu mudahnya merayu pria seperti itu?” Tanya Razan lagi dengan tatapan yang sangat dingin kepada Aulia, membuat jantung Aulia langsung berdetak keras.

“Ma...maaf, aku turun disini saja. Terima kasih atas tumpangannya.” Aulia berusaha membuka pintu sedan mewah tersebut. Namun usahanya sia-sia karena Razan sudah mengaktifkan central locknya juga pengaman child lock hingga Aulia tidak bisa membuka pintu mobil mewah tersebut.

“Cih! Sepertinya kamu memang wanita murahan! Pantas saja masih berhubungan dengan Diego.” Maki Razan membuat hati Aulia sangat terasa sakit.

“Hahaha wanita murahan katamu? Hahahaha luar biasa sangat apesnya aku. Di hari pertama kerja sudah di hina oleh dua pria sekaligus. Sial sekalli masuk ke perusahaan itu. Sial...sial...!!! Buka pintunya!!!” Aulia dengan kesalnya terus berusaha membuka pintu sedan itu.

Razan yang melihat kekecewaan di wajah Aulia karena ucapannya barusan langsung merasakan sensasi aneh di jantung dan hatinya.

“Lalu kenapa kamu masih saja berhubungan dengan Diego?” Tanya Razan lagi membuat Aulia tambah meradang.

“Haiii kita tidak saling kenal bukan? Aku tidak pernah bertemu denganmu! Kenapa kamu terus-terusan bertanya dan memfitnahku seperti itu? Cepat buka pintu mobilmu! Buka!!!” Teriak Aulia. Wajahnya bertambah terasa lebih panas lagi, dia berusaha menahan air mata yang mencoba berontak untuk mengalir deras diatas kedua pipinya. Aulia sudah berjanji didepan makam mendiang ayahnya untuk tidak akan pernah meneteskan air mata di hadapan pria manapun.

Razan pun langsung menekan sebuah tombol di central lock mobilnya, lalu kembali menengok kearah Aulia. Sepintas mereka saling bertatapan, Razan tiba-tiba langsung merasa bersalah karena melihat tatapan penuh kepedihan terpancar dari kedua mata Aulia.

“Maaf.” Ucap Razan kepada Aulia, dan tanpa terasa air mata itupun jatuh di kedua pipi Aulia.

Aulia pun lantas memilih cepat-cepat keluar dari mobil tersebut. Lalu mengelap air mata yang sudah mengkhianati usaha dan tekadnya. Aulia terus berlari dan menghampiri pangkalan motor ojeg.

Dari dalam mobilnya Razan masih memantau Aulia dari balik kaca spion.

Kenapa hatiku jadi sesakit ini, wanita itu...Bukan hanya sudah melupakanku begitu saja, dia juga sudah melupakan janjinya sendiri dimalam itu. Kenapa dia masih berhubungan dengan Diego sampai detik ini? Lalu kemana suaminya? Sial! Kenapa juga aku harus peduli! Kejadian dimalam itu bukan kesalahanku! Dia sendiri yang datang kepadaku dan memaksaku melakukan itu! Batin Razan meringis pedih.

Razan langsung memukul dengan keras dashboard mobilnya. Lalu kaki sebelah kanannya langsung menginjak dengan sedalam-dalamnya pedal gas.

Ponselnya kembali bergetar, ada banyak panggilan dan pesan masuk di ponsel tersebut. Tapi Razan sama sekali tidak memperdulikan ponsel tersebut. Hatinya kembali kalut, dia terus memakinya lalu berteriak dengan sangat kerasnya.

“Persetan dengan semuanya!!! Kalian semua palsu!!! Aku benci kalian!!!”

Terpopuler

Comments

Lina Sari

Lina Sari

ko prsaan crta ny prnh aku bca ya..ap cm gnti judul aj

2021-07-10

1

༄👑💗e¢¢e ρтħš αямч💗👑࿐

༄👑💗e¢¢e ρтħš αямч💗👑࿐

Di kasih obat perangsang dalam posisi mabuk mana ada ingat sudah

2021-06-08

2

Elasukma

Elasukma

jadi benerkan yang malam itu razan bukan diego

2021-05-12

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!