Mobil Eka berhenti di ujung gang rumah Tiwi.
"Terima kasih Mas Eka sudah mengantar Tiwi pulang", kata tiwi sambil membuka pintu mobil.
"Sama - sami", jawab Eka sambil tersenyum manis.
Setelah Eka melaju dengan mobilnya meninggalkan Tiwi, Ia pun menyusuri jalanan di gang sempit itu menuju rumahnya.
"Assalamualaikum," kata Tiwi di depan rumahnya.
Ibu yang sedang menyiapkan keperluan bapak untuk berjualan nanti malam menoleh dan menjawab,
"Walaikum salam, sudah pulang nduk?".
Nduk adalah panggilan sayang buat Tiwi dari kedua orang tuanya.
"Bapak mana Bu?", tanya Tiwi sambil mencium tangan ibunya.
"itu lagi sholat ashar didalam", jawab Ibunya sambil memotong sayuran.
Tiwi berusaha mengambil pisau di tangan ibunya bermaksud untuk membantu ibunya.
"Eh, kamu mau apa?", tanya ibunya.
"Mau membantu ibu", jawab Tiwi.
"Sudah sana pergi mandi dulu" kata ibu seraya mengusir Tiwi.
Ketika Tiwi beranjak masuk kedalam rumah. tiba tiba ibunya bertanya,
"baju siapa yang kau pakai Tiwi, kok kamu berganti baju?"
Tiwi yang tidak mau membuat ibunya gusar, hanya menjawab,
"Baju teman Bu, tadi baju Tiwi ketumpahan air, jadi dia meminjamkan bajunya ke Tiwi".
"Oh y sudah", jawab Ibu sambil melanjutkan pekerjaannya.
Setelah mandi dan berganti pakaian Tiwi pergi kedepan dan melihat bapaknya sudah berada di dekat rombongnya. Mengecek semua keperluan berjualannya yang sudah di persiapkan istrinya.
Tiwi adalah anak pertama dari dua bersaudara. Adiknya laki berusia 8 tahun, jarak mereka memang terpaut jauh. Bapak Tiwi bernama Pak Adi, seorang penjual nasi goreng jawa yang sangat terkenal di sekitar wilayah rumahnya.
Bahkan banyak pelanggan datang dari penjuru kota datang ke tempat mangkal dia berjualan, hanya untuk menikmati nasi goreng buatannya. Tiwi sangat beruntung memiliki Bapak seperti pak Adi, karena meskipun hanya berjualan nasi goreng, beliau ingin anak - anaknya mendapatkan pendidikan yang terbaik dan menjadi sarjana.
Hal ini pun di dukung kemampuan anak - anaknya yang memang berotak cerdas. Tiwi masuk kekampusnya melali jalur prestasi.
"Gimana kuliah hari pertamamu tadi?", tanya pak Adi kepada putrinya.
"menyenangkan pak," jawab Tiwi.
"kecuali yang terjadi di kantin tadi," Gerutu Tiwi dalam hati sambil membayangkan wajah berandal Dhika yang mengganggunya tadi siang.
"kamu harus belajar yang rajin Nduk, biar cepat lulus," kata bapak.
"Iya pak," jawab Tiwi,
"bapak tenang saja" Lanjut Tiwi
"Sebenarnya ada yang mau bapak bicarakan sama kamu Nduk",' Kata Pak Adi sambil menatap wajah Tiwi dengan serius,
"Memang ada apa Pak?, tanya Tiwi penasaran.
Tiba - tiba Pak Adi melihat istrinya keluar sambil membawa sebakul besar nasi yang akan di jual nanti malam. Bu Adi melirik suaminya dengan tajam.
"Pak tolongan bantu aki", teriaknya.
Pak adi pun menuju istrinya dan berusaha membantu. Bu adi berbisik lirih kepada suaminya,
"Belum saatnya Pak."
Pak Adi mengangguk lalu membantu istrinya membawa bakul nasi itu ke rombong.
Tiwi yang penasaran bertanya pada bapaknya,
"memang tadi bapak mau ngomong apa?."
Bapaknya yang kebingungan harus menjawab apa.
"Lupa Nduk tadi mau ngomong apa, nanti saja kalau bapak ingat" jawab bapak sekenanya.
Waktu menunjukan pukul lima sore. Tiwi bertanya kepada ibunya,
"Tino mana Bu?". berasamaan dengan itu Tino memasuki halaman rumahnya dan mengucapkan salam.
Setelah membalas salam Tino, Bu Adi memyuruh Tino agar bergegas untuk mandi karena sebentar lagi magrib. Kebiasaan di keluarga pak Adi adalah mereka selalu sholat subuh dan magrib berjamaah bersama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments