TALAK
"Sudah berapa kali aku ingatkan kamu jangan pulang telat, jam berapa sekarang?. Lihat tidak ada makanan di rumah" bentak Mas Ringgo suamiku penuh amarah
"Mas, Aku banyak kerjaan, bukannya tadi Aku sudah kirim pesan di Wa, jika Aku pulang telat" jawabku sedikit meninggi karena emosi, sambil meletakan makanan yang baru aku beli tadi.
"Alasan!... Kamu pikir Aku gak tahu jika kamu pacaran di luar sana?" ucap Ringgo dengan nada tinggi penuh amarah.
"Astaqfirullah hal'adzim Mas, istiqfar Mas, istiqfar" ucapku berusaha sabar dan memelankan suara
Hanya itu yang mampu keluar dari mulutku, aku sengaja memilih untuk diam setiap kali mas Ringgo mulai marah marah. Aku diam bukan karena tak mampu melawan, namun karena ada hati seorang anak kecil yang harus aku jaga. Afriana sholehah Putri tunggalku yang kini berusia 7 tahun, dialah kekuatanku, dialah kebahagianku hingga aku mampu bertahan dengan mas Ringgo sampai saat ini.
Selesai menaruh makanan di atas meja aku segera mandi dan melaksanakan ibadah sholat isya' dengan putriku Afriana. Aku sholat berjamaah hanya berdua saja dengan putriku, karena mas Ringgo sudah lalai dalam melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim.
Selesai sholat aku suruh anaku untuk memanggil mas Ringgo untuk makan malam bersama.
"Fa, tolong panggil bapak, untuk makan malam bersama" perintahku pada Afriana putriku
"Iya, buk" jawab Afriana singkat dan bergegas menuju teras depan
"Pak, ayo makan, tadi ibuk sudah beli ayam krispi untuk kita" ucap Afriana
"Tidak lapar, kamu makan saja sama ibukmu" jawab mas Ringgo dingin sambil terus menyesap rokoknya
Dengan wajah cemberut Afriana menemui ku yang sudah duduk di kursi plastik yang ada di dapur, ahh sebenarnya bukanlah dapur namun hanya sebuah ruangan yang aku sekat aku jadikan dapur sementara. Kami menempati rumah yang aku bangun 2 tahun lalu, memakai uang tabunganku sendiri tanpa ada bantuan keuangan dari mas Ringgo.
Rumah yang kami tempati memang hanya sebuah bangunan baru jadi tegak payung orang desa bilang. Temboknya saja masih dari bata merah tanpa di plaster, lantainya juga masih tanah liat, serta jendela masih pakai kasibord yang dipaku permanent, pintu masih dari triplek.
"Buk, bapak katanya gak lapar" ucap Afriana sedikit cemberut
"Ya, sudah kamu makan dulu biar Ibuk yang manggil Bapak" ucapku lembut
"Iya, Buk"
Dengan hati yang berat akupun melangkah menuju teras depan, di mana mas Ringgo sedang duduk sambil mengisap rokoknya.
"Mas, makan dulu, kasian Afri, sudah lapar" ucapku berusaha tenang
"Tidak lapar, sudah tahu anak lapar, pulang masih telat" ucap mas Ringgo dingin tanpa menoleh kearahku sambil terus mengisap rokoknya.
"Sudahlah, Mas, Mas boleh marah ke Aku, tapi tolong jaga perasaan Afri, dia masih kecil, Mas" ucapku lirih dan setenang mungkin agar tidak di dengar tetangga, orang tuaku maupun anaku Afriana.
Akirnya makan malam hanya kami berdua tanpa mas Ringgo, entahlah aku sudah males berdebat dengan mas Ringgo. Setiap kali berdebat selalu aku yang di sudutkan karena di anggap sebagai istri yang tak berguna.
Setelah selesai makan aku periksa PR Afriana dan meneliti tentang buku yang akan di bawa ke sekolah ke esokan harinya.
Saat aku menemani putriku Afriana mas Ringgo masuk dan menghampiri kami berdua yang duduk di tikar.
"Hari ini, Aku, TALAK kamu, kita bercerai Fah, Aku sudah tidak sanggup hidup susah denganmu" ucap Mas Ringgo lantang dan langsung mengambil baju yang ada di lemari di masukan ke dalam tas.
"Hari ini, Aku, talak kamu, kita bercerai Fah, Aku tidak sanggup hidup susah denganmu" ucap Mas Ringgo lantang penuh amarah langsung mengemas baju yang ada di dalam lemari di masukan ke dalam tas.
Mendengar kata TALAK Aku langsung kaged tidak karuan "Astaqfirullah hal'adzim Mas" seruku langsung berdiri menyusul mas Ringgo yang sedang memasukan bajunya ke dalam tas.
"Apa, maksudmu Mas?" tanya ku masih tidak percaya
"Aku ceraikan kamu, sekarang!" ucap Ringgo penuh penekanan "Jelas?"
"Apa alasanya, kamu menceraikanku mas?" tanya ku lagi
"10 tahun Fah, 10 tahun kita bersama, kapan kamu bisa membuatku bahagia. Lihatlah sepeda motor jelek, rumah kayak kandang ayam, aku gak bisa hidup seperti ini Fah" cerocos Ringgo dengan luapan emosi yang tak terkontrol
"Seharusnya kita bersyukur Mas, kita masih punya tempat berteduh yang nyaman tidak perlu susah bayar kontrakan, rumah juga luas, kendaraan ada kurang apa lagi mas?" tanyaku semakin tidak mengerti
"Kurang banyak Fah, lihatlah dirimu kerja siang malam, bikin rumah kayak kandang ayam" ejeknya sinis
"Cukup, Mas!" suaraku mulai meninggi satu oktaf "Jika memang itu keputusanmu mas, Aku terima, selama ini Aku sudah cukup diam dan mengalah, tapi apa balasanmu padaku, fitnah, cacian, hinaan. Aku memang bukan orang kaya seperti iparmu, namun setidaknya aku sanggup membiayai makan dan minummu selama ini, dan semua adalah hasil kerjaku Mas, ingat itu Mas" ucapku penuh penekanan pula
"Kamu! sudah mulai mengungkit Fah?" tanyanya dengan senyum sinis" Kamu memang perempuan yang tak tahu diuntung, perempuan yang tidak bisa nerima keadaan suami" ucap Ringgo tambah sengit
"Terserah, apa katamu Mas, suruh nerima yang bagaimana lagi Mas hahh! Faktanya kamu tidak memberi uang belanja padaku selama ini. sekarang temui orang tuaku kalau kamu memang benar - benar menceraikanku. Dan lagi berani kamu keluar dari rumah ini jangan harap kamu bisa kambali dan mengambil apapun dariku, ingat itu Mas, perjanjian itu kamu yang buat dan kamu yang mengingkari, cam kan itu" ucapku pelan tapi penuh penekanan
"Baik, aku temui orang tuamu" ucap Ringgo masih emosi
Aku, mas Ringgo dan anaku melangkah ke rumah orang tuaku untuk mendengar penjelasan dari mas Ringgo
"Pak, Buk, mulai saat ini Afifah saya ceraikan, dan saya kembalikan pada bapak dan ibuk" ucap Ringgo tanpa basa basi
"Sebentar, apa masalahnya Ring kok kamu sampai menceraikan Afifah, apa Afifah membuat kesalahan yang fatal?" tanya bapak berusaha bijak
"Intinya saya tidak mau hidup miskin dan susah dengan Afifah, saya tidak sanggup" ucap Ringgo to the poin
"Orang berumah tangga memang banyak godaannya, yang sabar, rumah sudah ada, motor juga sudah punya, Afifah juga bisa kerja, masih kurang apalagi? Apa kamu tidak kasihan sama anakmu Afri? Kalaupun kalian bertengkar jangan menjatuhkan talak ke istrimu, dan jangan pergi meninggalkan rumah. Sekarang pulanglah kalian pikirkan dulu tapi ingat kalian sudah bercerai bila ingin bersama kalian harus bangun nikah " nasehat bapaku panjang lebar
" Saya, tetap pergi dan tetap menceraikan Afifah, soal Afri saya tidak mau tanggung jawab, biar Afifah sendiri yang merawatnya" ucap Ringgo tanpa ada rasa bersalah
"Baiklah Ring, jika itu keputusanmu, suatu saat jika terajadi sesuatu jangan salahkan kami dan juga jangan salahkan Afifah" ucap bapakku masih dengan hati yang tenang "Sabagai orang tua Aku sudah berusaha mengingatkanmu namun jika kamu tidak bisa diingatkan ya sudah keputusan ada padamu dan resiko kamu tanggung sendiri"
Tanpa pamit Ringgo pergi meninggalkan kami semua dengan mengendari motor dan membawa tas berisi baju. Anaku Afriana hanya bisa menangis dalam dekapanku "Buk, aku benci bapak" teriaknya tanpa aku prediksi sebelumya.
"Sudah Af, jangan nangis masih ada ibuk dan mbah di sini" hibur ibuku lembut
Saat kami masih berkumpul di rumah orang tuaku adiku dan istrinya pulang dari kondangan dengan membawa banyak jajan.
"Assalamu'alaikum, kebetulan mbak belum tidur ini Aku bawakan jajan dari rumah temanku" ucap Nafisa adik iparku sambil membuka kantong yang penuh jajan
"Af, ayo senyum! lihat bulek bawa jajan untukmu banyak sekali" hibur ibuku sambil ikut buka kantong jajan
"Ada apa Mbak, Pak , Buk , kok Afri nangis? apa Afri lagi sakit? apa perlu di bawa ke dokter?" Nafisa mencecar pertanyaan pada kami dengan raut wajah yang sangat kuwatir.
Diantara kami belum ada yang menjawab pertanyaan dari Nafisa, namun Nafisa dengan tidak sabar langsung memanggil adiku Fauzan yang sedang buang hajad di kamar mandi.
"Mas, Cepetan kesini jangan lama - lama di kamar mandinya" teriak Nafisa memanggil adiku Fauzan yang sedang di kamar mandi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 290 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus sukses
2023-04-18
0
Isma Ismawati
Hallo kak Nurul, aku hadir
2023-03-06
0
Lina Pau
Aq mampir yaa... Maaf telat ....
2022-12-21
1