Part 05

         *****

'Sangat menyebalkan, nyesal aku pergi liburan bersama dia! Mentang-mentang udah nikah, seenak jidatnya mengambil first kiss-ku!' batin Raina dengan menusuk makanannya dengan sendok garpu, sementara pipinya sudah mengembung dan wajah yang ditekuk.

"Aina, makanannya jangan ditusuk-tusuk gitu," tengur Rian menatap ke arah piring Raina.

"Terserah mau Aina apain!" jawab Raina dengan nada ketus, ini pertama kalinya Raina berbicara dengan suara seperti itu kepada Rian.

"Aina, Aina, hanya gara-gara ciuman, marahnya sampai segitunya, besok-besok akan lebih dari itu," ucap Rian dengan tersenyum miring menatap Raina. Wajah Raina semakin memerah saat mendengar perkataan Rian. Apa dia tidak salah dengar?

Raina bangun dari duduknya, ia menatap tajam ke arah Rian yang sedang menatapnya. "Aina benci kakak!" Setelah mengucapkan kata itu, Raina berjalan pergi meninggalkan Rian begitu saja. Raina berjalan dengan gusar keluar dari restoran tempat mereka berdua.

"Hah? Apa aku baru salah dengar? Aina benci aku? Emang apa yang salah dari perkataanku tadi? Semua itu kan memang benar, setelah menikah, dia harus melakukan kewajibannya sebagai seorang istri. Haha ... dasar bocah," guman Rian dengan menggelengkan kepalanya. Dia tidak berniat mengejar Raina, ia lebih memilih menghabiskan makanannya yang hampir habis.

Sementara Raina sedang berjalan dengan tampang kesalnya, ia berjalan tanpa tujuan yang pasti. "Lebih dari itu? Apa dia lupa? Kalau Ayahnya hanya meminta aku untuk menikah saja, bukan untuk menjadi istrinya!" gerutu Raina.

Sepertinya Raina tidak paham akan maksud dari perkataan Ayah mertuanya. Meminta Raina menikah dengan Rian, berarti sudah menjadi istrinya Rian secara agama. Surya memang pernah berkata, Raina boleh kembali seperti dulu lagi. Maksud dari perkataan Surya ialah, meskipun Raina sudah menikah dengan Rian, ia tetap akan bersekolah dan belajar seperti biasa. Raina tidak diminta untuk memenuhi tugasnya sebagai seorang istri, ya karena Raina masih berstatus sebagai seorang siswa SMA. Tapi, siapa yang tau ke depan.

Byur ...!

Kaki Raina tanpa sengaja menyandung pos bunga, hingga membuat dia tercebur ke dalam kolam yang cukup dalam. Raina memang tidak sadar, karena terlalu sibuk mengoceh tak karuan.

"To--to--to---" ucap Raina dengan terbata-bata, karena dia memang tidak bisa berenang. Entah kebetulan atau apa, tak ada satupun orang yang berada di dalam kolam itu. Nafas Raina mulai tercekat, ia berusaha untuk tetap di atas permukaan.

Belum ada tanda-tanda kemunculan Rian atau siapapun di sana. Raina mulai kehabisan nafas dan tenaga. Tubuhnya terasa lemas karena terlalu berkeras untuk bisa di atas permukaan, hingga akhirnya Raina menyerah dan membiarkan tubuhnya turun ke bawah permukaan air. Raina sudah pasrah, jika dia ditakdirkan untuk mati karena kekonyolannya.

Byuur!

Suara seseorang masuk ke dalam air, membuat Raina kembali membuka matanya. Ia melihat Rian sedang berenang ke arahnya. Rian datang di waktu yang tepat. Tanpa menunggu waktu lama lagi, Rian langsung menarik pinggang ke dalam dekapannya. Lalu membawa Raina ke atas permukaan. Rian berenang ketepian kolam, lalu membaringkan tubuh Raina di atas lantai.

"Aina, Aina!" panggil Rian yang terlihat begitu khawatir, ia terus menepuk pelan pipi Raina agar sadar. Tapi, sepertinya Raina sudah banyak meneguk air. Rian mencoba menekan dada Raina dengan kedua tangannya, berharap air yang diminum Raina keluar. Nihil, itu tidak bereaksi sama sekali pada Rian.

Rian tidak punya pilihan selain memberikan nafas buatan. Bukan dia ingin mengambil kesempatan dalam kesempitan, tapi hanya itu cara yang selalu ampuh.

Beberapa kali Rian memberikan nafas buatan, hingga Raina mengeluarkan air dari mulutnya dengan disertai batuk-batuk.

"Kamu baik-baik aja kan, Aina?" tanya Rian seraya membantu Raina bangun, ia mengusap-usap lembut punggung Raina. Berharap semua air kolam yang diminum Raina keluar.

Tiba-tiba Raina menangis dengan sesegukkan, membuat kening Rian berkerut. "Ai, kamu kenapa?" tanya Rian yang heran.

"Ai ... Aina pikir Aina akan mati di sini," jawab Raina dengan sesegukkan. Rian langsung menarik Raina ke dalam dekapannya. Jika, dia tidak datang cepat, dia juga tidak tau apa yang akan terjadi pada istrinya kecilnya.

Ada rasa menyesal muncul dalam hati Rian, seharusnya dia langsung mengejar Raina tadi, bukan malah meneruskan makannya.

                  *******

Kini Raina dan Rian sudah berada di dalam kamar. Semenjak kejadian tadi, Raina langsung mengalami demam cukup tinggi, tubuh Raina terlihat mengigil kedinginan. Meskipun selimut sudah membaluti tubuh Raina. Beberapa kali Raina bersin, hidungnya sudah memerah, begitu juga dengan matanya, bibir yang terlihat begitu pucat. Membuat Rian semakin khawatir dengan kondisi Raina.

Tok, tok, tok!

Rian mendengar ketukan pintu dari luar, ia langsung bangun dari duduknya. Lalu berjalan menuju pintu dan memutar kenop pintu. Terlihat Dhaffa sedang memegang napan berisi dua gelas minuman hangat.

"Terimakasih," ucap Rian sembari menerima napan tersebut.

"Sama-sama, Tuan. Jika ada apa-apa, jangan lupa panggil saya."

"Iya." Rian kembali menutup pintu kamar, lalu berjalan menghampiri Raina yang sedang berada di ranjang.

"Minumlah. Ini air jahe, biasanya bisa membuat kita kembali hangat," ucap Rian seraya memberikan secangkir air jahe kepada Raina.

Raina menerima gelas tersebut dengan kedua tangannya, ia meniup air masih panas itu sebelum diminumnya.

Membawa Raina ke rumah sakit juga tidak mungkin, di luar sedang terjadi hujan lebat. Memang di sana sedang musim hujan, membuat udara semakin dingin.

Sudah hampir setengah jam Raina mengigil kedinginan, meskipun sudah meminum air jahe. Rian semakin dibuat khawatir. Tiba-tiba Rian teringat akan sesuatu.

"Buka baju kamu," titah Rian. Raina hanya membalas dengan gelengan pelan.

"Buka!" pinta Rian lagi.

"Gak mau!" tukas Raina dengan memasang wajah kesalnya.

"Jangan badel kalau dibilangin, jika dibiarkan kamu kedinginan lama-lama. Kamu bisa terkena hipotermia, kalau sudah terkena itu akan sangat buruk dampaknya. Kamu bisa memelukku, itu akan cepat membuatmu kembali hangat," ujar Rian.

"Tapi, kenapa harus pake buka baju?" Meskipun dalam kondisi sakit, Raina masih memiliki kekuatan untuk berbicara ketus kepada Rian.

"Ya, biar kamu cepat hangat. Ayo buruan buka baju. Kakak janji gak akan macam-macam," jelas Rian. Raina menggelengkan kepalanya.

"Dasar istri keras kepala," ucap Rian dengan melepaskan baju atasannya, lalu menarik pergelangan tangan Raina untuk bangun dari tidurnya. Lalu Rian membuka paksa baju yang digunakan Raina.

Raina mencoba memberontak, tapi kekuatan Rian lebih kuat darinya. Akhirnya Raina membiarkan Rian membuka baju atasannya. Meskipun merasa malu, apa yang bisa dia lakukan.

Rian menarik Raina ke dalam dekapannya, lalu kembali menutupi tubuh mereka berdua dengan selimut. Raina merasa sedikit aneh, tapi apa yang dikatakan Rian memang benar. Ia mulai merasakan hangat saat berpelukan dengan Rian. Tanpa sadar Raina melingkarkan tangannya di badan Rian. Membuat Rian tersenyum.

Rasa kantuk seakan langsung menghampiri Raina, ia menyembunyikan wajahnya di dalam dada bidang. Raina baru tau, kalau Rian memiliki aroma yang harum.

Bersambung ....

Jangan lupa tinggalkan jejak ....

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Karma tuh sama Suami sendiri marah2..

2023-10-11

0

Siti Aminah

Siti Aminah

anget - anget jlep aina😊😊😍😍😋

2021-07-06

0

Fitriani

Fitriani

Riana pake acara malu2 meong 😉😉

2021-05-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!