Part 18

Raina dan Rian sudah berada di dekat parkir mobil. Raina masih memasang wajah kesalnya.

"Kakak kenapa bandel dibilangin? Aina kan sudah bilang, kalau kakak gak perlu ikut campur urusan Aina," ucap Raina dengan memasang wajah kesalnya.

Rian berjalan mendekati Raina, yang membuat Raina berjalan mundur beberapa langkah. Rian memegang tengkuk leher Raina, yang membuat mata Raina membola dengan sempurna. Rian menatap Raina dengan lekat-lekat dan tanpa sadar Raina menelan slivannya dengan susah payah.

"Sayang siapa, Kakak?" tanya Rian dengan nada dinginnya.

"Is--istri," jawab Raina dengan nada gelagapan.

"Coba pikirkan, mana ada suami yang tahan, melihat istrinya dibuli di sekolah. Jika, sayang tidak ingin kakak ikut campur, maka jangan diam saat dibuli. Jangan diam saat mereka mengatakan yang tidak-tidak tentang sayang. Mengerti?" Raina membalas dengan anggukan, niatnya tadi mau marahin Rian. Tapi, gak jadi setelah mendengarkan penuturan dari Rian.

"Bagaimana kakak bisa tau, kalau tadi Raina sedang berada di ruang olahraga?" tanya Raina, karena dia mengetahuinya dari sahabatnya-Chika.

Rian melepaskan tangannya dari leher Raina, ia kembali berdiri dengan tegap. Soalnya, beberapa pasang mata menatap ke arah mereka.

"Oh, itu. Tadi kakak pengen lihat sayang diam-diam, soalnya tadi pagi kita gak bertemu. Ternyata kakak malah lihat kejadian itu," jelas Rian dengan menghela nafas beratnya.

"Emang semalam kakak pergi ke mana?" tanya Raina yang penasaran ke mana Rian semalam.

"Ke rumah sakit," jawab Rian.

"Ngapain?" tanya Raina lagi.

"Serlin mencoba bunuh diri semalam. Jadi, kakak datang ke sana, sekalian mau menyelesaikan masalah dengannya," jawab Rian.

"Ohw," ucap Raina singkat.

"Di sana gak ada terjadi apa-apa kok. Kakak cuma nungguin dia sadar doang. Serius, kakak gak bohong." Rian tidak ingin Raina salah paham padanya.

"Aina gak nanya," ucap Raina dengan wajah datarnya.

"Ya, kakak cuma kasih tau, supaya sayang gak salah paham sama kakak," jelas Rian.

"Buat apa Aina salah paham. Kalau kakak masih mencintainya, ya tinggal balikan. Aina bisa langsung mundur. Kakak dan Kak Serlin memang sudah ditakdirkan---"

"Ngomong lagi, kakak cium itu bibir," potong Rian dengan tatapan tajamnya.

"Cium aja kalau berani, ini kan sekolah. Mana---" Perkataan Raina terhenti ketika ia merasakan benda lembut menempel di bibirnya. Rian paling tidak suka saat dirinya diremehkan. Siapa bilang dia tidak berani mencium Raina di kawasan sekolah? Sekarang apa yang terjadi? Beberapa siswa yang melihatnya, langsung mengambil foto Raina sedang berciuman dengan Rian.

Raina langsung mendorong dada bidang Rian dengan sangat keras, nafasnya memburu dengan sangat cepat. Wajah yang sudah memerah bagaikan kepiting rebus. Tatapan yang sangat mematikan. Tapi, Rian tidak peduli soal itu. Dia malah balik menatap tajam Raina.

"Kak Rian ...!" Raina menangis sekeras mungkin. Apa yang harus dia lakukan? Sekarang teman sekolahnya, pasti mengagap dirinya wanita murahan.

'Astaga, apa yang sudah kulakukan?' batin Rian yang baru sadar. Kenapa dia malah mengikuti emosinya? Rian menatap ke sekeliling tempat dia berada, terlihat beberapa siswa sedang berbisik-bisik. Lagi dan lagi dia melakukan kesalahan.

"Sa--sayang! Kakak benar-benar gak sengaja," ucap Rian dengan nada gelagapan.

"Gak sengaja kakak bilang? Mereka pasti memikir Aina wanita murahan. Inilah alasannya, kenapa Aina gak mau kakak datang ke sekolah." Raina menangis dengan sesegukkan.

"Aina mau pulang saja. Aina gak mau sekolah lagi. Aina capek dibilang wanita murahan. Aina akan fokus jadi istri kakak mulai hari ini!" sambung Raina seraya berjalan ke arah pintu mobil Rian. Saat Raina mencoba membuka pintu mobil Rian, ternyata pintu masih dikunci.

"Ayo buka!" pinta Raina dengan nada membentak.

Rian langsung menekan tombol yang ada di kunci mobilnya, yang membuat mobil Rian mengeluarkan suara khas. Raina langsung membuka pintu mobil dan masuk ke dalam mobil. Sementara Rian masih terdiam kaku.

"Ayo cepat kita pulang!" teriak Raina dari jendela mobil. Rian berjalan masuk ke dalam mobilnya, lalu meninggalkan kawasan sekolah.

"Kalian dengar apa kata Raina tadi, 'kan? Raina menyebut dirinya istri, berarti dia dan pria itu sudah menikah dong?" ucap siswa yang melihat kejadian Raina dan Rian berciuman.

"Ah, masa iya? Raina kan masih sekolah? Bagaimana mungkin dia bisa menikah?" jawab temannya.

"Apa yang tidak mungkin di jaman sekarang? Lihatlah cerita-cerita di Facebook, Wattpap, Noveltoon dan beberapa aplikasi baca lainnya. Umumnya penulis membuat cerita tentang CEO yang menikah dengan gadis yang masih berstatus pelajar SMA, bahkan terkadang SMP."

"Itu cerita, tapi ini beda, Dika!" jawab temannya pria yang bernama Dika Ardhaffa.

"Coba Lo fikir, pria itu datang untuk mengurus masalah Raina yang sering di-bully di sekolah. Kalau bukan suaminya, siapa lagi? Kakak-nya, Raina? Mana mungkin mereka berciuman, goblok!" Memang kabar tentang Rian yang datang ke sekolah sudah tersebar dengan sangat cepat.

"Sudahlah. Ngapain kita ngurus tentang, Raina? Terserah Raina mau melakukan apa. Itu jalan hidupnya, mau jadi wanita murahan, dia yang akan di azab Tuhan. Atau memang mungkin mereka berdua sudah menikah. Kita tidak perlu mengadilinya," ucap pria yang bernama Subhana Fajri, teman dua pria tadi. Mereka bertiga sedang duduk tak jauh dari tempat Raina dan Rian tadi.

Sementara Raina masih menangis di dalam mobil. Sekarang masa depannya benar-benar sudah hancur. Dia tidak punya kesempatan untuk melanjutkan sekolahnya.

"Sayang, udah dong, nangisnya. Nanti kakak akan cari cara untuk menyelesaikan masalah ini. Udah ya, jangan nangis lagi," ucap Rian menoleh sekilas ke arah Raina, lalu kembali menatap fokus ke depan.

Raina menghentikan tangisnya. "Aina gak mau sekolah lagi. Aina capek dibilang wanita murahan. Apalagi tadi ada yang lihat saat kita ciuman. Semuanya menjadi sangat jelas. Mereka pasti akan lebih menghujat Aina," jawab Raina dengan sesegukkan. Raina menghapus air matanya.

Rian hanya diam, meskipun ini bukan salah dia sepenuhnya. Tapi, diam adalah cara yang terbaik. Rian menghentikan mobilnya di depan restoran. Dia tau Raina belum makan sejak pagi.

Raina menatap ke luar jendela. "Ngapain kita berhenti di sini?" tanya Raina dengan sesegukkan.

"Meskipun sedang banyak masalah, kita butuh energi untuk menghadapinya," jelas Rian dengan membuka sabuk pengamannya.

"Kakak aja yang pergi. Aina akan tunggu di mobil," ucap Raina.

Rian menangkup kedua pipi Raina, dan menatap mata Raina yang berkaca-kaca karena selesai menangis.

"Aina sayang, ngapain sayang takut? Emangnya Sayang lakuin kesalahan? Sayang nanti bisa mengatakan, kalau sayang sudah menikah dengan kakak. Lagian, yang pacaran belum tentu baik. Mereka kadang melakukan perbuatannya yang lebih dari ini. Mereka hanya bisa menilai orang lain, tanpa bercermin. Jadi, sayang gak usah khawatir lagi. Semuanya akan baik-baik saja. Percayakan kepada kakak, hmm?"

Raina menghela nafas beratnya, lalu berkata, "Aina tetap gak mau sekolah. Aina capek dibilang wanita murahan."

"Sayang kalau berhenti, padahal beberapa bulan lagi sayang lulus dari SMA," ucap Rian.

"Tapi ... mereka?"

"Jangan patah semangat hanya gara-gara perkataan mereka. Biarkan mereka berkata apa tentang kita, selama kita tidak seperti yang dikatakan mereka. Ujung-ujungnya mereka akan berhenti besok, karena bosan saat tidak mendapatkan tanggapan," ucap Rian dengan tersenyum.

"Baiklah. Akan Aina pikirkan, apa Aina akan sekolah atau tidak," jawab Raina.

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

LlllZzzz

LlllZzzz

gak sabaran baca makanya kadang lupa kasih koment tapi like gak ketinggalan kok

2021-10-06

0

Fatih Asy Syauqie

Fatih Asy Syauqie

Suka ceritanya

2021-05-17

0

Fitriani

Fitriani

sepertinya yg baca byk tapi enda komen sama ngelike 🤔🤔

2021-05-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!