"Ma..Mama..Ma.. bangun ma." Panggil Saf dengan raut sedih melihat keadaan Mamanya.
"Kak, Mama kenapa belum bangun?" Tanya Aif
"Kakak juga gak tahu dek, Ma bangun Ma..." Saf sudah mulai menangis melihat kondisi Mamanya, hatinya juga sedih tapi apa yang bisa Saf dan adiknya tahu diusia yang masih kecil. Dia hanya mendengar polisi bercerita tentang kecelakaan dan Mamanya pingsan disaat mereka baru sampai mengejar Mamanya. Takut terjadi apa-apa dengan Mamanya Pak Camat dengan segera memanggil bantuan terdekat agar bisa memeriksa keaadaan Mamanya.
"Ma, banguunn. Jangan tinggalin Saf dan Aif Ma, maaf kalau kami selalu nakal Ma. Ayah ntar pasti sedih lihat Mama gak bangun. Ayah pasti bentar lagi kesini lihat Mama. Ayah pasti ntar cerewetin Mama lagi karena kecapean dan gak jaga kesehatan. Ma, ayo bangun." Kata-kata memelas penuh bujukan diucapkan Saf,
Pak Camat dan Bu Camat yang mendengarkannya merasakan ngilu dihatinya. Bagaimana saat mereka tahu Ayah yang disayangnya sudah pergi menghadap Ilahi? Mereka tidak sanggup membayangkannya.
Begitu juga lelaki yang dari Zia pingsan mengikuti dari belakang dan mengintip dari celah jendela. Sungguh dia tidak sanggup melihatnya ingin rasa waktu bisa diulang, tapi apa yang dia bisa selain mengutukin kebodohannya berulang kali yang terbawa emosi.
"A..Ayah.. M..Mas Farhaaan.." Dengan berlahan Zia mulai membuka mata sambil memanggil suaminya. Dengan reflek tangannya memegang kepala yang terasa sakit dan berat.
"Mama..!!" Teriak Saf dan Aif secara bersamaan saat mendengar suara Mamanya. merekapun lamgsung berhambur memeluk Mamanya.
Seketika Zia tersadar akan situasi sekarang dan langsung terduduk hendak berdiri tetapi langsung ditahan Bu Camat.
"Jangan langsung berdiri Zia, tenagamu belum pulih." Nasehat Bu Camat.
"Gak Bu, Zia uda gak kenapa-napa. Zia mau lihat Mas Farhan Bu tolong. Kasian Mas Farhan Bu. Tolong Bu telponkan warga sana Bu untuk mempersiapkan semuanya Bu, kasian Mas Farhan kalau kelamaan disini Bu." Zia berusaha kuat dan menahan air mata yang akan kembali menetes tapi dia juga tidak sanggup membendung hingga akhirnya luruh juga membasahi pipi Zia.
Diliriknya jam yang sudah menunjukkan jam 1 siang. Ziapun menghela nafasnya dia sudah ketinggalan zuhur tapi dilihat kondisi yang tidak memungkinkan dengan terpaksa nanti dijamaknya di ashar sesampai membersihkan diri di rumah. Zia harus segera mengurus jenazah suaminya.
Bu Camat menatap lekat manik mata Zia, dilihatnya ada sedikit kekuatan dan keikhlasan terpancar disana walau dibalut kesedihan mendalam. Bu Camatpun hanya bisa menghela nafas.
"Baiklah, ayo Ibu tuntun. Ibu takut kamu gak kuat jalan. Biar Bapak nanti yang menghubungi warga disana agar Farhan bisa segera beristirahat setelah ba'da ashar.
Saf dan Aif hanya bingung apa yang terjadi, mereka hanya mengikuti langkah Bu Camat dan Mamanya dari belakang sedangkan Pak Camat mulai menghubungi warga agar segera mempersiapkan keperluan jenazah Farhan.
"Tu..tunggu." Terdengar suara seperti memanggil mereka hingga mereka menoleh kebelakang nelihat siapa yang menunda langkah mereka.
Tiba-tiba lelaki itu menghampiri Zia dan duduk berlutut tepat dihapan Zia membuat Zia terkejut seketika, kenapa lelaki ini?
"Maaf kan saya. Saya yang sudah menabrak suami anda karena saya membuat keluarga kalian kehilangan sosok suami dan ayah secara bersamaan. Maafkan kecerobohan saya. Saya sangat malu dan kecewa sama diri saya sendiri yang sudah membuat anda seperti ini. Maafkan saya." Lelaki ini terus mengucapkan kata maaf tanpa berani menatap wajah Zia bahkan air mata sudah menetes dipelipis matanya. Padahal sekecewa dan sesedih apapun dia tidak pernah sekalipun menangis. Baru ini dia menangis dihadapan seorang wanita.
"Bangunlah Pak, saya tidak tahu apa masalah anda tapi jangan seperti itu. Saya sudah memaafkan, saya ikhlas Mas Farhan kembali kesisiNya. Mungkin ini sudah suratan saya. Walau sedih tapi ini sudah ketentuan Allah yang tidak bisa saya ubah yaitu janji kita kembali kepadaNya." Setelah mengatakan itu Zia kembali melangkah diikutin oleh yang lainnya.
Lelaki itu terpaku disana masih dengan posisi duduk berlutut dengan berlahan dia mendongakkan kepalanya menatap langkah kaki yang makin menjauh dengan rasa yang entah apa, terkesima dan terkagum? mungkin,, yang pasti kata-kata Zia membuat keteduhan dihatinya.
"Masih ada wanita dengan hati selapang dirinya. Andai..." Tapi sebelun kata itu selesai terucap dihatinya ia langsung tepis langsung. Diapun berdiri segera menyusul keluarga korban.
semangat!!
like comment dan vote ya dears..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩIr⍺ Mυɳҽҽყ☪️ՇɧeeՐՏ🍻𝐙⃝🦜
Zia...luar biasa hatimu 😥
2021-09-16
1