Setelah Zia berusaha menguatkan hati dan tubuhnya dia berusaha berdiri sekuat tenaga. Tujuannya sekarang adalah sekolah anaknya. Menjemput anaknya untuk membawa mereka ke rumah sakit.
Segera Zia memakai hijabnya dengan terburu-buru membawa tas dan pergi ke tujuannya dengan derai air mata yang tiada henti.
" Zia kenapa nak?" Tanya Ibu Camat yang tinggal disebelah rumah Zia. Ibu Camat bingung melihat Zia menangis dan tergesa-gesa keluar dari rumahnya saat dia sedang menata dedaunan mahal koleksinya termasuk janda bolong yang di sayangnya,kalau janda pelakor sudah ditendang jauh pastinya.
"B..Bu, Zia mau kesekolah anak-anak Bu. Zia bingung Bu. Ta..tadi.." Gugu Zia
"Pelan-pelan bicaranya sayang." Iba Bu Camat
"Zia gak sanggup bi...bicara lagi Bu.. Po..polisi telpon Zia kalau m...mas Farhan ke...kecelakaan d..dan meninggal ditempat Buuu." Isak Zia dengan paraunya menahan sesak didada yang sudah tidak tahan membendung sakit yang membelati dihatinya.
"Innalilahi wa innailahi rojiun, Ya Allah Zia, yang sabar nak. Ayo ibu temenin sama Bapak juga lagi dirumah, kondisimu seperti ini gak baik sendiri kesana." Ibu Camatpun bergegas memanggil Pak Camat untuk segera membantu Zia menjemput anaknya dan kerumah sakit menaiki mobil Avanza, mobil sejuta umat.
Sesampai di Rumah sakit dengan terburu-buru Zia membuka pintu untuk segera sampai ke tempat suaminya berada.
"Ma! Tunggu kami Ma.!" Teriak Saf tapi Zia tidak memperdulikan teriakan anaknya yang sebenarnya masih bingung kenapa mereka dijemput disekolah padahal jam sekolah belum usai dan kenapa Mamanya lari tanpa menunggu mereka dan ada apa di rumah sakit ini? begitu banyak pertanyaan di kepala Saf yang masih di usia 7 tahun itu.
Zia terus berlari di lorong rumah sakit walau kakinya sudah terasa tidak berpijak lagi dibumi seakan mealayang dan ingin jatuh tersungkur tapi sekuat tenaga dia berusaha berlari untuk sampai ke bagian informasi.
"Maaf mba, sa... saya mau tanya dimana ruang korban kecelakaan tadi dijalan Yakub?" Zia merasakan berat untuk berbicara tapi dia harus tahu dimana suaminya berada walau harus dengan tergagap.
"Ibu bisa lurus aja, ntar dipertigaan ada lorong tanda ruang mayat. korban ada disana dan polisi juga masih disana menunggu keluarga korban datang."
"Makasih." Ziapun hendak berlari lagi, jantungnya yang berdetak hebat dengan tubuh yang sudah lunglai bagai tidak ada penyanggahnya lagi hampir membuatnya jatuh tersungkur. Isakan tangisnya makin terdengar pilu saat orang mendengarnya.
Rasanya waktu berjalan sangat lamban Zia merutuki kakinya yang baginya sangat lambat dalam melangkah agar cepat sampai ke ruang yang ditujunya. hingga sapuan matanya tertuju dipertigaan lorong yang sudah berdiri 2 orang polisi dan 1 orang lelaki dengan balutan perban dikepalanya sedang duduk di samping sebuah ruangan ya g tersendiri tapi Zia tidak memperdulikan itu dia harus mempercepat langkahnya agar bisa melihat suaminya.
" P..Pak !! Di .. dimana suami saya dimana?!" Jerit Zia dengan nafas yang sudah terengah-engah dan bicaranya yang tidak lagi terlihat jelas di dengar.
"Tarik nafas Ibu dulu. Ibu harus tenang biar kami kasih tahu dan jelaskan semua kejadian yang terjadi." Sahut Polisi yang berbadan gemuk dengan perut agak membuncit sambil berdiri melihat kedatangan Zia.
Karena fokus ingin melihat keadaan suaminya Zia sampai lupa akan kejadian apa yang bisa membuat suaminya kecelakaan. Ziapun beristghfar dalam hati agar ia tidak dikuasai akan ketidakberdayaannya meminta kekuatan hati yang penuh kepada Allah.
" Tadi Pak Farhan mengendarai motornya bersama temannya, mungkin menuju lokasi kerja karena melihat apa saja yang dibawa Pak Farhan. Tapi saat lampu hijau di perempat jalan ada 1 mobil menerobos lampu merah diseberangnya dengan kencang dan naasnya yang terkena adalah Pak Farhan, ia sampai terpental jauh bersama temannya dan mereka berdua tidak bisa diselamatkan."
Zia merasa nyawanya seperti tercabut dengan kasar membayangkan derita suaminya yang tertabrak mobil yang tidak ada displinnya itu.
" Sayang,, ke..kenapa kau bawa separuh jiwaku pergi bersamamu..ke..kenapa tidak semuanyaaaa... bagaimana aku tanpamu..." Tangis Zia dengn racaunya yang tidak jelas tapi yang melihat pasti merasakan gimana sakit yang Zia rasakan. seketika tubuh Ziapun sudah tidak bisa menahan beban deritanya lagi sesaat dia terduduk di lantai menangkupkan wajahnya dibalik tangannya dan tidak berapa lama tubuhnya terjatuh dan Ziapun pingsan.
Bersamaan dengan sepasang mata lelaki yang duduk menatap Zia dengan sebuah penyesalan sambil memaki dirinya sendiri melihat betapa hancurnya hati yang telah terluka akan sebabnya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Mawar Berduri
nyesek ceritanya
2021-09-23
0
🍭ͪ ͩIr⍺ Mυɳҽҽყ☪️ՇɧeeՐՏ🍻𝐙⃝🦜
ya ampuuunn aku nangis thor😭😭
2021-09-16
1