SEMUA SALAH IBU

SEMUA SALAH IBU

BAB 1

Sara yang sudah merasa tidak enak ketika dia memasuki hotel tersebut pun, berjalan menuju tempat yang dikatakan oleh resepsionis hotel. Dengan hati yang penuh dengan perasaan takut, Sara mulai mendekat ke ruangan hotel tersebut dan berdiri di depan pintu.

Sara mulai mendekatkan telinganya ke pintu ruangan tersebut. Sesaat setelah tidak ada suara apa pun, tiba-tiba mata Sara terbelalak. Ketika dia mendengar suara menjijikkan yang dia yakin dari dua orang yang sedang memadu cinta.

Terdengar suara desahan dari seorang wanita. Disela desahannya, wanita tersebut memanggil nama Mas Bram berulang kali.

Tangan Sara mulai gemetaran, badannya mengeluarkan keringat dingin. Nafasnya tercekat di tenggorokan. Sepersekian detik tubuh Sara menegang. Sara berjalan kembali ke meja resepsionis untuk memastikan kebenarannya.

Sara melewati beberapa orang yang sedang keluar masuk kamar hotel. Orang-orang tersebut menatap Sara bingung. Pasalnya Sara yang sedang menahan tangisnya, sehingga membuat mukanya berwarna merah.

Meskipun rasanya dia sudah tak kuat untuk melangkah, tetapi tetap dia paksakan agar bisa sampai ke meja resepsionis. Setelah sampai di meja resepsionis, Sara pun bertanya sekali lagi.

"Maaf, Mbak. Boleh saya bertanya sekali lagi? Apakah benar Nyonya Amora pergi ke ruangan nomor 57? Atau mungkin Mbak nya salah informasi?" Ucap Sara dengan gugup sambil menahan tangisnya.

"Benar Mbak, Anda boleh melihat sendiri catatan ini." Ucap sang resepsionis sambil memberikan catatan tamu di hotel tersebut hari ini.

Sara meneliti catatan tersebut, dan yang membuat Sara tambah tidak percaya bahwa hal itu benar. Terdapat nama Ny. Amora di kamar nomor 57 dan itu tanggal check in hari ini. Sara menghela nafasnya panjang, luruh sudah air mata yang sedari tadi dia tahan.

Sara pun mengembalikan buku tersebut kepada sang resepsionis. Sara keluar dari hotel dan mulai berjalan. Sara berjalan lunglai seperti orang tanpa tulang. Sara berjalan dengan pandangan kosong serta air mata yang terus menetes.

Sara melangkahkan kakinya menuju taman, Sara pikir dia akan menenangkan pikirannya sejenak di taman. Dalam perjalanan menuju taman pun, banyak orang menatapnya aneh. Setibanya Sara di taman, Sara duduk sendirian di bawah pohon besar dan memeluk lututnya.

Entah karena suasananya yang sedang mendung atau karena masih jam produktif untuk orang-orang bekerja dan sekolah, sehingga hampir tidak ada orang di taman.

Sara menangis sambil membenamkan kepalanya di kedua lututnya. Sara masih tidak percaya dengan kenyataan yang dia ketahui hari ini. Apakah seperti ini rasanya jika mengetahui sebuah fakta besar, dan menjadi orang pertama yang mengetahui? Tanya Sara dalam hati.

Setelah beberapa menit Sara menangis, Sara merasakan rintik hujan turun mengenai jilbab putihnya.

Sara menyeka air mata yang masih tertinggal, dan mulai berdiri. Sara berjalan pulang dengan perasaan yang campur aduk. Apakah dia harus merahasiakannya dari kakak dan adik-adiknya?

Sara pun memutuskan untuk merahasiakannya. Ketika pertengahan jalan menuju pulang, hujan turun dengan sangat lebat. Sara tetap berjalan menembus lebatnya hujan, dan mengabaikan rasa sakit dikepalanya.

Setelah beberapa jauh Sara berjalan, sampailah Sara di depan gerbang yang tingginya hanya sebatas dadanya. Terlihat rumah dua lantai yang terlihat minimalis dengan taman kecil didepan rumahnya.

Sara membuka gerbang dan berjalan masuk menuju rumah. Didepan pintu sudah ada sang kakak yang menunggunya dengan sangat khawatir. Senyum terbit di bibir pucat Sara, walaupun badannya sudah sangat gemetar karena kedinginan.

"Ya Tuhan, Sara mengapa kamu hujan-hujan begini? Mukamu sudah sangat pucat Sar, mengapa kamu tidak pulang bersama adikmu?" Ucap Sang kakak dengan nada khawatir sambil menyelimuti badan Sara dengan handuk tebal, Asha.

Sara hanya tersenyum kecil sambil mengigil kedinginan. Pandangan Sara pun mulai memburam dan seketika Sara tak sadarkan diri. Asha yang melihat adiknya pingsan pun langsung kaget dan berteriak memanggil ayahnya.

"Ayah, Sara pingsan. Tolong Sara, Yah." Teriak Asha histeris. Sang ayah pun berlari dari lantai atas ketika mendengar putri sulungnya berteriak.

Sang Ayah yang melihat anak keduanya pingsan pun langsung menggendongnya dan membawa masuk ke kamar Sara. Asha bergegas mencari baju ganti untuk adiknya. Setelah mendapatkan baju ganti, Asha meminta sang Ayah untuk keluar kamar terlebih dahulu.

Asha pun menggantikan seragam Sara yang sudah basah kuyup. Setelah selesai menggantikan Sara dengan piama lengkap dengan jilbab instan milik Sara, Asha meminta tolong kepada adik-adiknya untuk membuatkan bubur dan teh hangat.

Asha pun menyelimuti badan Sara yang dia rasa, suhu tubuh Sara bertambah dingin.

Setelah 30 menit, Sara belum juga bangun. Asha semakin panik karena Sara demam tinggi. Asha pun keluar kamar untuk mengambil baskom berisi air hangat untuk mengompres Sara.

Saat Asha masuk ke kamar Sara, terdapat Khansa, Aurora, dan Reza. Ya, mereka adalah adik-adiknya. Asha pun mengompres Sara dan mengoleskan minyak kayu putih di bagian bawah hidung Sara.

"Kalian ke atas aja, istirahat dahulu. Nanti kalau Mbak Sara dah bangun, Teh Asha panggil kalian." Ucap Asha kepada adik adiknya. Namun mereka bertiga enggan meninggalkan kamar Sara.

Malam pun tiba, namun Sara masih enggan membuka matanya. Asha mengajak adik-adik serta ayahnya untuk makan malam terlebih dahulu. Walaupun awalnya ketiga adiknya belum mau makan, tetapi Asha meyakinkan mereka bahwa Sara akan baik-baik saja.

Setelah selesai makan pun mereka masuk ke kamar Sara untuk memastikan apakah Sara sudah bangun atau belum. Namun, nihil Sara belum bangun. Asha pun memutuskan untuk tidur dikamar Sara.

Saat Asha akan mengunci pintu utama, dia terkaget karena tiba-tiba ibunya muncul tanpa mengetuk pintu. Asha pun memegang dadanya, lalu menyapa ibunya.

"Ya Tuhan, Ibu kau membuatku kaget. mengapa Ibu pulang selarut ini?" Ucap Asha sopan kepada Sang Ibu. Namun respons yang sang Ibu berikan malah berbanding terbalik.

"Apaan sih, gitu aja lebay. Kalau kau tanya mengapa aku pulang malam, memang apa urusannya denganmu?" Jawab sang Ibu sambil melenggang masuk.

Asha hanya bisa mengelus dadanya dan mengunci pintu. Setelah semua terkunci, Asha berjalan menuju kamarnya dan mengambil selimut miliknya. Asha pun berjalan menuju kamar Sara.

Namun saat Asha sampai di sana, dia kaget. Pasalnya dia menemukan adik adiknya sudah berada di kamar Sara.

"Loh, kalian mengapa ada di sini? Mengapa tidak tidur dikamar?" Tanya Asha pada ketiga adiknya.

"Kita mau ikut nunggu Mbak Sara aja, Teh. Soalnya kita khawatir dari tadi Mbak Sara belum bangun-bangun." Ucap Reza, si bungsu.

Meskipun terjadi sedikit perdebatan antara dirinya dan adik-adiknya, Asha pun menyetujuinya.

Asha lekas membentangkan bed kover di lantai, samping kasur Sara. Asha menempatkan Sara di antara kedua si kecil, yaitu antara Aurora dan Reza. Sementara dia dan Khansa tidur di lantai.

Setelah beberapa saat mereka berempat pun tertidur. Tak lama setelah itu Sang Ayah masuk dan kaget melihat kelima anaknya tidur di kamar yang sama. Ada rasa terharu sekaligus bangga dimata Pak Malik.

Pak Malik berjalan menuju kasur tempat Sara, Aurora, dan Reza tidur. Dia mencium kening ketiga anaknya. Lalu, dia pun berpindah menuju lantai tempat Asha dan Khansa tidur. dia melakukan hal yang sama, mencium kening Asha dan Khansa.

"Ayah bangga sama kalian semua. Meskipun kalian memiliki sedikit waktu dengan orang tua kalian, tetapi kalian bisa membuktikan bahwa kalian bisa tumbuh dengan baik. Ayah berharap agar kalian terus seperti ini." Ucap Pak Malik.

Setelah itu dia berjalan untuk mematikan lampu tidur utama dikamar Sara dan menggantinya dengan lampu yang sedikit redup. Pak Malik pun keluar dari kamar anaknya dan kembali ke kamar.

Pukul 12 malam Sara mulai membuka matanya. Setelah membuka mata, Sara melihat lampu kamarnya yang temaram. Sara pun mencoba menggerakkan tangannya.

Sara pun terkejut saat tangannya menyentuh kulit seseorang. Sara pun menoleh ke arah kirinya dan melihat Reza, adik laki-laki satu satunya.

Sara pun mulai menggerakkan badannya untuk duduk, namun dia kesulitan. Sehingga badannya menimpa Aurora yang tidur di sebelah kanannya.

Aurora yang merasa ada sesuatu yang menimpanya pun terbangun dan kaget melihat kakaknya sudah sadar.

"Mbak Sara udah bangun Mbak? Mengapa tidak bangunin Aurora atau Reza?" Tanya Aurora sambil membantu kakaknya bangun.

Sara pun hanya tersenyum menanggapi pertanyaan adiknya. Setelah itu Sara lebih terkejut ketika melihat Sang kakak dan adiknya tidur di lantai yang hanya beralas kan bed kover.

"Astagfirullah, itu mengapa Teh Asha sama Khansa tidur di bawah Dek?" Tanya Sara kepada Aurora.

Asha yang tidurnya terganggu pun bangun. Asha merasa sangat senang ketika melihat adiknya sudah siuman. Asha pun membangunkan Khansa dan beranjak duduk di atas kasur.

"Ya Tuhan, Kamu mengapa Sar? Teteh dari tadi khawatir, kamu pingsan. Kamu mengapa tidak pulang bersama Khansa? Terus mengapa kamu pulang hujan-hujan? Bukannya kamu tadi sekolah?" Tanya Asha beruntun kepada Sang adik khawatir.

"Maaf teh, Sara buat kalian semua khawatir. Tadi siang Sara disuruh beli perlengkapan buat Olimpiade. Nah pas lagi mencari itu ternyata susah banget cari barangnya. Jadinya Sara pulang kesorean dan Hp Sara habis baterainya." Jawab Sara dengan suara lemah.

Asha pun mengangguk, mengerti jawaban dari Sara. Sara pun melihat ke sekeliling kamarnya, ada rasa haru ketika melihat adik adiknya ikut menjaganya selama pingsan.

Tiba-tiba Sara merasakan nyeri di perutnya. Lalu Sara ingat bahwa dia belum makan dari siang.

"Teh Asha, Sara laper banget. Bisa tolong bawa in makanan buat Sara?" Ucap Sara dengan suara yang sedikit lemah. Asha hanya menganggukkan kepalanya tanda dia setuju.

Asha pun beranjak menuju dapur dan mengambilkan makanan untuk Sara. Sementara dikamar Sara, dia meminta agar adik adiknya tidur terlebih dahulu. Khansa, Aurora, dan Reza pun mulai tidur kembali.

Sesampainya Asha dikamar adiknya, Sara pun makan sambil ditemani oleh Asha. Setelah selesai makan, mereka pun tidur kembali.

Setelah beberapa saat pun Asha mulai tertidur tetapi tidak dengan Sara. Sara hanya diam sambil memandang langit-langit kamarnya. Namun, entah salah mendengar atau bagaimana. Sara seperti mendengar langkah kaki orang yang lewat di depan kamarnya.

Sara pun berinisiatif untuk keluar kamar dan melihat apa ada seseorang di luar sana. Perlahan-lahan Sara melangkahkan kakinya menuju ke asal suara. Kamar Sara yang terletak di dekat dapur, dan dia langsung bisa melihat kearah pintu utama hanya dengan mengeluarkan kepala.

Sara pun mengeluarkan kepalanya dan mengintip siapa yang yang belum tidur di jam seperti ini. Sekelebat Sara melihat siluet wanita, seperti ibunya. Sara berpikir mau ke mana ibunya di tengah malam seperti ini.

Sang Ibu, berjalan keluar rumah namun dengan pintu yang tidak tertutup. Sara sedikit mendengar bahwa sang ibu berbicara pada seseorang. Sara menyerit heran karena mendengar suara lelaki. Mengapa mereka masih memiliki urusan di jam seperti ini.

Sara pun masih mengintip di balik pintu. Tak Berapa lama ibunya pun kembali masuk. Tak mau ambil pusing, Sara pun kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur dan mulai memejamkan matanya.

Merhaba! Kakak kakak Kayenna tercinta❤. Jangan lupa Like, dan Komen untuk dukung Kayenna yaa. Terimakasih.

Iyi Gecerler! all❤.

Terpopuler

Comments

Hasbi Asyidiqi

Hasbi Asyidiqi

keren sudah ada novel yang selesai

2021-10-21

0

ig@niriir_

ig@niriir_

hy kak,aku byreyn mampir di novelmu .ceritanya sangat menarik 😍aku suka ceritanya yg alurnya sad gini .semangat up nya kak enna .thank jg udh baca cerita aku yang "love obsession"kalau boleh ajarin aku bikin cerita dong kak.soalnya aku masih pemula 😭.

2021-06-11

0

Bininya Ibrahim Ali Khan

Bininya Ibrahim Ali Khan

semangat thor💪💪

2021-06-06

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!