Azan pun berkumandang, Sara mulai mengerjapkan matanya dan menengok ke arah Reza. Sara menepuk pipi Reza beberapa kali, dan akhirnya Reza pun terbangun.
"Eza, kita salat subuh dahulu yuk. Bentar, Mbak Sara bangunin Kak Khansa dahulu." Bisik Sara pada adiknya.
Sara dan Reza pun menuruni kasur dengan perlahan, dia takut Aurora akan terbangun. Sara berjalan ke lantai tempat Khansa Dan Asha tertidur. Sara berjongkok dan menepuk pipi Khansa.
"Sa, kita salat subuh dahulu yuk. Pasti Ayah dah nunggu kita." Bisik Sara pada Khansa. Khansa pun membuka matanya dan mulai beranjak keluar kamar bersama Sara dan Reza.
Dan benar saja ketika mereka sampai di mushola rumah, telah ada Pak Malik di sana. Mereka pun bergegas mengambil wudhu dan melaksanakan salat Subuh berjama'ah.
Setelah selesai salat, mereka kembali ke kamar masing-masing untuk bersiap siap berangkat sekolah. Saat Sara kembali ke kamar, ternyata Asha telah bangun dan sedang membersihkan kamar Sara.
"Kamu langsung mandi aja ya, habis itu sarapan. Teteh mau masak dulu." Ucap Asha sambil memasukkan selimut ke dalam lemari. Sara pun mengangguk dan masuk ke kamar mandi.
Saat di dalam kamar mandi pun Sara masih memikirkan hal kemarin. Dia merasa dilema, apakah hal tersebut benar atau tidak. Sara pun segera menyelesaikan mandinya dan bergegas bersiap untuk sekolah.
30 menit kemudian Sara telah selesai dan keluar kamar. Sara duduk di meja makan, hanya duduk tanpa memikirkan apa pun. Setelah beberapa saat Sara melamun, Sara terkejut karena Asha menepuk pundaknya.
"Astagfirullah Teh, ngagetin Sara aja." Ucap Sara sambil mengelus dadanya karena jantungnya berdetak dengan cepat. Asha pun hanya menggelengkan kepalanya dan duduk di seberang kursi Sara.
"Kamu ada masalah apa? Cerita aja sama Teteh." Ucap Asha lembut sambil menggenggam tangan adiknya. Sara pun hanya menunduk dan menggeleng lemah.
Sara tidak ingin menambah pikiran kakaknya, karena Sara pikir bahwa kakaknya akan syok dan sakit jika tahu.
Tak lama setelah itu, datanglah semua anggota keluarganya untuk sarapan. Semua duduk di meja masing-masing dan memulai sarapan. Namun, Sara baru saja mengingat sesuatu.
"Astagfirullah Yah, Sara lupa. Kemarin guru Sara minta agar Ayah bisa ke sekolah. Ada informasi sedikit." Sela Sara ditengah-tengah sarapan. Semua anggota keluarga pun menghadap ke Sara, tak terkecuali Ibu mereka.
Ayah pun berkata "Maaf Sar, hari ini ayah ada dinas keluar kota dan pulang mungkin besok atau lusa." ucap Ayah dengan nada kecewa.
Sara pun hanya tersenyum dan menepuk tangan ayahnya. Sara pun beralih menatap sang kakak dan mengatakan
"Teh Asha aja ya yang ke sekolah Sara? Teh Asha bisa kan?" ucap Sara sambil tersenyum menghadap ke kakaknya. Bukan sang kakak yang menjawabnya, namun malah sang ibu yang menjawabnya.
"Ya bisa lah, dia kan cuman nganggur di rumah. Dia tidak punya pekerjaan di rumah selain masak, bersih-bersih, dan duduk-duduk doang. Nanti biar dia yang datang ke sekolah kamu. Daripada dia enggak berguna sama sekali." Ucap sang Ibu santai sambil menyuapkan nasi ke mulutnya.
Asha yang dibicarakan seperti itu pun hanya bisa menunduk dan mengambil napas dalam-dalam. Dan Sara melihat hal itu. Sara pun menatap tajam Ibu nya, tangannya mengepal kuat.
"Apakah Saya mengajak Anda ngomong di sini? Saya hanya bertanya dengan Ayah dan Kakak Saya, tidak dengan Anda. Dan sedikit pun saya tidak menganggap Anda ada di sini." Ucap Sara pelan di akhir kalimatnya.
Sang Ibu yang dikatakan seperti itu pun marah dan menggebrak meja
"Di mana sopan santun mu Sara? Apakah seperti itu cara berbicara dengan orang tua yang telah melahirkan kamu? Di mana pendidikan yang kau dapatkan selama 18 tahun kamu sekolah!" ucap sang Ibu menggebu-gebu karena menahan emosi.
Sara pun hanya tersenyum smirk dan menaikkan sebelah alisnya. Sara pun berdiri dengan menatap tajam mata ibunya
"Anda tanya apa? Sopan santun? Apakah Anda merasa, jika Anda mengajarkan sopan santun kepada anak-anak Anda? Khususnya kepada saya? Jangan pernah mempertanyakan pendidikan saya selama 18 tahun ini karena tidak ada sedikit pun andil Anda dalam pendidikan saya." Ucap sara kasar dengan penekanan di setiap katanya.
"Dan ya, jangan pernah membahas soal pekerjaan Teh Asha ketika dirumah. Walaupun dia belum bekerja, tapi yang dia lakukan dirumah sudah lebih dari cukup. Daripada Anda, hanya pergi dan pulang seenakmu saja. Kau pikir rumah ini panti sosial? Pulang hanya untuk tidur dan makan saja." Bela Sara untuk kakaknya.
Sang Ibu pun terkejut dengan jawaban dari Sara, sebelum sang Ibu menjawabnya lagi. Sara pun berinisiatif untuk berangkat ke sekolah terlebih dahulu.
Dia pamit kepada ayah dan juga kakaknya untuk pergi sekolah terlebih dahulu dengan tujuan untuk menghindari ibunya. Dia mengajak Khansa karena mereka satu sekolah. Dalam perjalanan menuju sekolah Sara hanya diam sambil memikirkan apa nya tadi dia katakan.
Ada rasa menyesal dalam hatinya ketika mengatakan ibunya dengan perkataan kasar, tetapi ada perasaan lain yang lebih menguasai hatinya daripada rasa menyesal.
Khansa yang ada di belakang pun tidak berani berbicara karena dia tahu bahwa jika kakaknya sedang marah, tidak ada satu orang pun yang berani mengajaknya bicara.
Setelah beberapa menit, mereka pun sampai di sekolah. Sara memarkirkan motornya, dan berjalan beriringan menuju ke dalam. Selama di koridor pun Sara hanya bengong tanpa memikirkan apa pun.
Entah apa yang sedang dipikirkan oleh Sara, sehingga ketika sampai di ujung koridor dan berpisah dengan Khansa, Sara tidak menyapa atau berbicara sedikit pun kepada adiknya.
Sara baru sadar setelah dia sampai ke kelas dan dia merasa bingung karena tiba-tiba dia sudah sampai di kelas. Sara pun hanya duduk dan menyiapkan peralatan sekolahnya. Kembali lagi dia selalu melamun, sepertinya Sara sangat terbebani dengan fakta yang kemarin dia dapat.
Setelah beberapa menit, bel masuk pun berbunyi. Sara yang masih melamun terkejut karena gurunya memanggil namanya.
"Astagfirullah maaf Bu, Sara kaget. Ada yang bisa Sara bantu Bu?" ucap Sara kepada guru itu.
Guru itu pun mengatakan bahwa Sara harus datang ke kantor kepala sekolah karena ada sedikit informasi untuknya.
Sara pun berjalan menuju Kantor Kepala Sekolah yang ada di ujung koridor. Sara berjalan sendiri di koridor yang sangat sepi, karena memang sudah masuk jam pelajaran. Sara pun mengetuk pintu dan terdapat jawaban dari dalam agar Sara bisa masuk.
"Assalamualaikum Pak, Ada yang bisa saya bantu? Karena tadi Bu Sinta meminta saya untuk datang ke sini." ucap Sara sopan dengan menundukkan kepalanya.
Kepala sekolah pun mengatakan bahwa orang tua Sara dapat datang ke sekolah pukul 11 siang dan kepala sekolah meminta Sara untuk menjadi panitia perlombaan lusa.
Sara pun menyetujui hal itu, walaupun besok dia harus lomba dan lusa nya dia harus jadi panitia Sara tetap menerimanya.
Sara pun keluar dari ruang kepala sekolah dan berjalan kembali ke kelas. Namun sebelum masuk ke kelas, Sara didatangi lagi oleh Bu Sinta bahwa Sara bebas kelas karena persiapan lomba.
Sara pun masuk ke dalam kelas untuk mengambil tas nya dan kembali keluar kelas. Sara berjalan menuju perpustakaan sekolah, Sara pikir dia akan menghabiskan waktunya untuk belajar materi lomba Olimpiade besok.
Tak lupa dia mengirimkan pesan kepada kakaknya agar datang pukul 11 siang.
Sementara di kediaman keluarga Malik, Asha yang sedang membersihkan ruang tamu menjeda kegiatannya karena ada notifikasi pesan masuk.
From Sara;
Teh Asha, teteh ke sekolah nya jam 11 ya. Mungkin teteh bisa berangkat dari rumah jam 10.30 biar tidak kesiangan.
Asha pun membaca pesan tersebut dan melihat jam yang menunjukkan pukul 08.30 masih ada beberapa waktu untuk menyelesaikan pekerjaan rumahnya sebelum berangkat.
Asha pun bergegas menyelesaikan pekerjaannya dan langsung mandi untuk pergi ke sekolah Sara.
Di lain tempat lagi, Khansa yang baru saja mengganti pakaian olahraga nya keluar dari kamar mandi. Khansa berjalan menuju ke lapangan tempat di mana teman-temannya berada.
Walaupun hanya Khansa yang memakai jilbab di antara teman temannya, Khansa masih tetap bisa berpakaian sporty dengan jilbabnya. Khansa ikut berbaris, mengikuti instruksi guru.
Dan disaat yang bersamaan, kelas milik Alden juga sedang melakukan latihan basket untuk pertandingan lusa.
Khansa masih belum menyadari jika sedari tadi Alden memperhatikannya. Khansa mulai melakukan beberapa kegiatan olahraga. Alden pun mulai melakukan pemanasan dan berlatih basket.
Setelah beberapa saat mereka lalui, Khansa yang sedang berjalan akan keluar dari lapangan berpapasan dengan temannya. Sehingga mau tidak mau Khansa harus berhenti dan melayani temannya yang sedang bertanya padanya.
Entah dari mana datangnya bola basket tersebut, sehingga bola basket tersebut membentur kepala Khansa dengan cukup keras. Yang mengakibatkan Khansa pingsan dan keluar darah dari hidungnya.
Teman-teman Khansa pun berteriak histeris karena melihat hal tersebut.
Alden yang melihat hal itu pun langsung berlari kearah khansa dan menggendongnya. Ya, yang melemparkan bola basket tersebut adalah teman sekelas Alden. Entah sengaja atau tidak, Alden pun tak tahu.
Alden pun menggendong Khansa menuju UKS, dengan keadaan bajunya serta baju Khansa yang sudah mulai memerah karena darah yang keluar dari hidungnya begitu deras.
Teman Khansa yang melihat hal itu pun langsung mengambil teleponnya dan menelepon Sara.
Sara yang sedang belajar pun terganggu karena HP-nya berdering. Saat melihat nomor adik kelasnya, sara pun menyerit heran. Mengapa adik kelasnya telepon di jam-jam seperti ini? Bukannya mereka bisa menemui sara secara langsung? Pikir Sara.
Sara pun mengangkatnya dan terdengar seseorang di seberang sana yang berbicara dengan nada yang khawatir.
"Maaf Kak Sara, Ini Alda. Kha...Kha...Khansa...pingsan karena terlempar bola basket. Dan sekarang dia berada di UKS." ucap adik kelas tersebut dengan terbata-bata. Sara pun langsung mematikan teleponnya dan langsung berlari kearah UKS.
Sara berdoa dalam hati agar tidak terjadi apa-apa kepada adiknya. Sampai di UKS pun ternyata banyak anak-anak yang ada di sana. Sara menyuruh mereka untuk meninggalkan UKS dan masuk ke kelasnya masing-masing, karena telah berganti jam pelajaran.
Sara memasuki ruang UKS tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Sara heran karena melihat laki-laki yang menunggu di brankar adiknya, namun laki-laki tersebut membelakangi dirinya sehingga tidak tahu siapa laki-laki tersebut.
Sara pun perlahan maju dan melihat bahwa seragam adiknya telah penuh dengan darah. Sara pun juga terkaget karena melihat Alden ada di UKS.
"Jangan bilang kalau yang bawa Khansa kesini itu Lo. Terus Lo gendong Khansa nya skin to skin gitu?" Ucap Sarah menginterogasi Alden. Alden pun hanya menggelengkan kepalanya. 'Gila ni orang, adiknya udah parah gitu masih aja permasalahin cara bawanya.' Batin Alden.
Sara beralih mendekati adiknya dan menepuk-nepuk pipinya dan berulang kali memanggil nama Khansa. Berharap agar Khansa dapat bangun.
Sara semakin khawatir karena darah yang keluar dari hidung Khansa pun semakin deras walaupun dalam keadaan berbaring. Pikiran Sara pun semakin kalut dan dia bingung harus melakukan apa.
Hingga akhirnya..
Merhaba! Kakak kakak Kayenna tercinta❤. Jangan lupa Like, dan Komen untuk dukung Kayenna yaa. Terimakasih.
Iyi Gecerler! all❤.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Bininya Ibrahim Ali Khan
lanjut mbk enna😘
2021-06-06
0
Cucu Suliani
hadir
2021-05-28
0
R. Yani aja
masih menyimak k
2021-04-28
0