NovelToon NovelToon

SEMUA SALAH IBU

BAB 1

Sara yang sudah merasa tidak enak ketika dia memasuki hotel tersebut pun, berjalan menuju tempat yang dikatakan oleh resepsionis hotel. Dengan hati yang penuh dengan perasaan takut, Sara mulai mendekat ke ruangan hotel tersebut dan berdiri di depan pintu.

Sara mulai mendekatkan telinganya ke pintu ruangan tersebut. Sesaat setelah tidak ada suara apa pun, tiba-tiba mata Sara terbelalak. Ketika dia mendengar suara menjijikkan yang dia yakin dari dua orang yang sedang memadu cinta.

Terdengar suara desahan dari seorang wanita. Disela desahannya, wanita tersebut memanggil nama Mas Bram berulang kali.

Tangan Sara mulai gemetaran, badannya mengeluarkan keringat dingin. Nafasnya tercekat di tenggorokan. Sepersekian detik tubuh Sara menegang. Sara berjalan kembali ke meja resepsionis untuk memastikan kebenarannya.

Sara melewati beberapa orang yang sedang keluar masuk kamar hotel. Orang-orang tersebut menatap Sara bingung. Pasalnya Sara yang sedang menahan tangisnya, sehingga membuat mukanya berwarna merah.

Meskipun rasanya dia sudah tak kuat untuk melangkah, tetapi tetap dia paksakan agar bisa sampai ke meja resepsionis. Setelah sampai di meja resepsionis, Sara pun bertanya sekali lagi.

"Maaf, Mbak. Boleh saya bertanya sekali lagi? Apakah benar Nyonya Amora pergi ke ruangan nomor 57? Atau mungkin Mbak nya salah informasi?" Ucap Sara dengan gugup sambil menahan tangisnya.

"Benar Mbak, Anda boleh melihat sendiri catatan ini." Ucap sang resepsionis sambil memberikan catatan tamu di hotel tersebut hari ini.

Sara meneliti catatan tersebut, dan yang membuat Sara tambah tidak percaya bahwa hal itu benar. Terdapat nama Ny. Amora di kamar nomor 57 dan itu tanggal check in hari ini. Sara menghela nafasnya panjang, luruh sudah air mata yang sedari tadi dia tahan.

Sara pun mengembalikan buku tersebut kepada sang resepsionis. Sara keluar dari hotel dan mulai berjalan. Sara berjalan lunglai seperti orang tanpa tulang. Sara berjalan dengan pandangan kosong serta air mata yang terus menetes.

Sara melangkahkan kakinya menuju taman, Sara pikir dia akan menenangkan pikirannya sejenak di taman. Dalam perjalanan menuju taman pun, banyak orang menatapnya aneh. Setibanya Sara di taman, Sara duduk sendirian di bawah pohon besar dan memeluk lututnya.

Entah karena suasananya yang sedang mendung atau karena masih jam produktif untuk orang-orang bekerja dan sekolah, sehingga hampir tidak ada orang di taman.

Sara menangis sambil membenamkan kepalanya di kedua lututnya. Sara masih tidak percaya dengan kenyataan yang dia ketahui hari ini. Apakah seperti ini rasanya jika mengetahui sebuah fakta besar, dan menjadi orang pertama yang mengetahui? Tanya Sara dalam hati.

Setelah beberapa menit Sara menangis, Sara merasakan rintik hujan turun mengenai jilbab putihnya.

Sara menyeka air mata yang masih tertinggal, dan mulai berdiri. Sara berjalan pulang dengan perasaan yang campur aduk. Apakah dia harus merahasiakannya dari kakak dan adik-adiknya?

Sara pun memutuskan untuk merahasiakannya. Ketika pertengahan jalan menuju pulang, hujan turun dengan sangat lebat. Sara tetap berjalan menembus lebatnya hujan, dan mengabaikan rasa sakit dikepalanya.

Setelah beberapa jauh Sara berjalan, sampailah Sara di depan gerbang yang tingginya hanya sebatas dadanya. Terlihat rumah dua lantai yang terlihat minimalis dengan taman kecil didepan rumahnya.

Sara membuka gerbang dan berjalan masuk menuju rumah. Didepan pintu sudah ada sang kakak yang menunggunya dengan sangat khawatir. Senyum terbit di bibir pucat Sara, walaupun badannya sudah sangat gemetar karena kedinginan.

"Ya Tuhan, Sara mengapa kamu hujan-hujan begini? Mukamu sudah sangat pucat Sar, mengapa kamu tidak pulang bersama adikmu?" Ucap Sang kakak dengan nada khawatir sambil menyelimuti badan Sara dengan handuk tebal, Asha.

Sara hanya tersenyum kecil sambil mengigil kedinginan. Pandangan Sara pun mulai memburam dan seketika Sara tak sadarkan diri. Asha yang melihat adiknya pingsan pun langsung kaget dan berteriak memanggil ayahnya.

"Ayah, Sara pingsan. Tolong Sara, Yah." Teriak Asha histeris. Sang ayah pun berlari dari lantai atas ketika mendengar putri sulungnya berteriak.

Sang Ayah yang melihat anak keduanya pingsan pun langsung menggendongnya dan membawa masuk ke kamar Sara. Asha bergegas mencari baju ganti untuk adiknya. Setelah mendapatkan baju ganti, Asha meminta sang Ayah untuk keluar kamar terlebih dahulu.

Asha pun menggantikan seragam Sara yang sudah basah kuyup. Setelah selesai menggantikan Sara dengan piama lengkap dengan jilbab instan milik Sara, Asha meminta tolong kepada adik-adiknya untuk membuatkan bubur dan teh hangat.

Asha pun menyelimuti badan Sara yang dia rasa, suhu tubuh Sara bertambah dingin.

Setelah 30 menit, Sara belum juga bangun. Asha semakin panik karena Sara demam tinggi. Asha pun keluar kamar untuk mengambil baskom berisi air hangat untuk mengompres Sara.

Saat Asha masuk ke kamar Sara, terdapat Khansa, Aurora, dan Reza. Ya, mereka adalah adik-adiknya. Asha pun mengompres Sara dan mengoleskan minyak kayu putih di bagian bawah hidung Sara.

"Kalian ke atas aja, istirahat dahulu. Nanti kalau Mbak Sara dah bangun, Teh Asha panggil kalian." Ucap Asha kepada adik adiknya. Namun mereka bertiga enggan meninggalkan kamar Sara.

Malam pun tiba, namun Sara masih enggan membuka matanya. Asha mengajak adik-adik serta ayahnya untuk makan malam terlebih dahulu. Walaupun awalnya ketiga adiknya belum mau makan, tetapi Asha meyakinkan mereka bahwa Sara akan baik-baik saja.

Setelah selesai makan pun mereka masuk ke kamar Sara untuk memastikan apakah Sara sudah bangun atau belum. Namun, nihil Sara belum bangun. Asha pun memutuskan untuk tidur dikamar Sara.

Saat Asha akan mengunci pintu utama, dia terkaget karena tiba-tiba ibunya muncul tanpa mengetuk pintu. Asha pun memegang dadanya, lalu menyapa ibunya.

"Ya Tuhan, Ibu kau membuatku kaget. mengapa Ibu pulang selarut ini?" Ucap Asha sopan kepada Sang Ibu. Namun respons yang sang Ibu berikan malah berbanding terbalik.

"Apaan sih, gitu aja lebay. Kalau kau tanya mengapa aku pulang malam, memang apa urusannya denganmu?" Jawab sang Ibu sambil melenggang masuk.

Asha hanya bisa mengelus dadanya dan mengunci pintu. Setelah semua terkunci, Asha berjalan menuju kamarnya dan mengambil selimut miliknya. Asha pun berjalan menuju kamar Sara.

Namun saat Asha sampai di sana, dia kaget. Pasalnya dia menemukan adik adiknya sudah berada di kamar Sara.

"Loh, kalian mengapa ada di sini? Mengapa tidak tidur dikamar?" Tanya Asha pada ketiga adiknya.

"Kita mau ikut nunggu Mbak Sara aja, Teh. Soalnya kita khawatir dari tadi Mbak Sara belum bangun-bangun." Ucap Reza, si bungsu.

Meskipun terjadi sedikit perdebatan antara dirinya dan adik-adiknya, Asha pun menyetujuinya.

Asha lekas membentangkan bed kover di lantai, samping kasur Sara. Asha menempatkan Sara di antara kedua si kecil, yaitu antara Aurora dan Reza. Sementara dia dan Khansa tidur di lantai.

Setelah beberapa saat mereka berempat pun tertidur. Tak lama setelah itu Sang Ayah masuk dan kaget melihat kelima anaknya tidur di kamar yang sama. Ada rasa terharu sekaligus bangga dimata Pak Malik.

Pak Malik berjalan menuju kasur tempat Sara, Aurora, dan Reza tidur. Dia mencium kening ketiga anaknya. Lalu, dia pun berpindah menuju lantai tempat Asha dan Khansa tidur. dia melakukan hal yang sama, mencium kening Asha dan Khansa.

"Ayah bangga sama kalian semua. Meskipun kalian memiliki sedikit waktu dengan orang tua kalian, tetapi kalian bisa membuktikan bahwa kalian bisa tumbuh dengan baik. Ayah berharap agar kalian terus seperti ini." Ucap Pak Malik.

Setelah itu dia berjalan untuk mematikan lampu tidur utama dikamar Sara dan menggantinya dengan lampu yang sedikit redup. Pak Malik pun keluar dari kamar anaknya dan kembali ke kamar.

Pukul 12 malam Sara mulai membuka matanya. Setelah membuka mata, Sara melihat lampu kamarnya yang temaram. Sara pun mencoba menggerakkan tangannya.

Sara pun terkejut saat tangannya menyentuh kulit seseorang. Sara pun menoleh ke arah kirinya dan melihat Reza, adik laki-laki satu satunya.

Sara pun mulai menggerakkan badannya untuk duduk, namun dia kesulitan. Sehingga badannya menimpa Aurora yang tidur di sebelah kanannya.

Aurora yang merasa ada sesuatu yang menimpanya pun terbangun dan kaget melihat kakaknya sudah sadar.

"Mbak Sara udah bangun Mbak? Mengapa tidak bangunin Aurora atau Reza?" Tanya Aurora sambil membantu kakaknya bangun.

Sara pun hanya tersenyum menanggapi pertanyaan adiknya. Setelah itu Sara lebih terkejut ketika melihat Sang kakak dan adiknya tidur di lantai yang hanya beralas kan bed kover.

"Astagfirullah, itu mengapa Teh Asha sama Khansa tidur di bawah Dek?" Tanya Sara kepada Aurora.

Asha yang tidurnya terganggu pun bangun. Asha merasa sangat senang ketika melihat adiknya sudah siuman. Asha pun membangunkan Khansa dan beranjak duduk di atas kasur.

"Ya Tuhan, Kamu mengapa Sar? Teteh dari tadi khawatir, kamu pingsan. Kamu mengapa tidak pulang bersama Khansa? Terus mengapa kamu pulang hujan-hujan? Bukannya kamu tadi sekolah?" Tanya Asha beruntun kepada Sang adik khawatir.

"Maaf teh, Sara buat kalian semua khawatir. Tadi siang Sara disuruh beli perlengkapan buat Olimpiade. Nah pas lagi mencari itu ternyata susah banget cari barangnya. Jadinya Sara pulang kesorean dan Hp Sara habis baterainya." Jawab Sara dengan suara lemah.

Asha pun mengangguk, mengerti jawaban dari Sara. Sara pun melihat ke sekeliling kamarnya, ada rasa haru ketika melihat adik adiknya ikut menjaganya selama pingsan.

Tiba-tiba Sara merasakan nyeri di perutnya. Lalu Sara ingat bahwa dia belum makan dari siang.

"Teh Asha, Sara laper banget. Bisa tolong bawa in makanan buat Sara?" Ucap Sara dengan suara yang sedikit lemah. Asha hanya menganggukkan kepalanya tanda dia setuju.

Asha pun beranjak menuju dapur dan mengambilkan makanan untuk Sara. Sementara dikamar Sara, dia meminta agar adik adiknya tidur terlebih dahulu. Khansa, Aurora, dan Reza pun mulai tidur kembali.

Sesampainya Asha dikamar adiknya, Sara pun makan sambil ditemani oleh Asha. Setelah selesai makan, mereka pun tidur kembali.

Setelah beberapa saat pun Asha mulai tertidur tetapi tidak dengan Sara. Sara hanya diam sambil memandang langit-langit kamarnya. Namun, entah salah mendengar atau bagaimana. Sara seperti mendengar langkah kaki orang yang lewat di depan kamarnya.

Sara pun berinisiatif untuk keluar kamar dan melihat apa ada seseorang di luar sana. Perlahan-lahan Sara melangkahkan kakinya menuju ke asal suara. Kamar Sara yang terletak di dekat dapur, dan dia langsung bisa melihat kearah pintu utama hanya dengan mengeluarkan kepala.

Sara pun mengeluarkan kepalanya dan mengintip siapa yang yang belum tidur di jam seperti ini. Sekelebat Sara melihat siluet wanita, seperti ibunya. Sara berpikir mau ke mana ibunya di tengah malam seperti ini.

Sang Ibu, berjalan keluar rumah namun dengan pintu yang tidak tertutup. Sara sedikit mendengar bahwa sang ibu berbicara pada seseorang. Sara menyerit heran karena mendengar suara lelaki. Mengapa mereka masih memiliki urusan di jam seperti ini.

Sara pun masih mengintip di balik pintu. Tak Berapa lama ibunya pun kembali masuk. Tak mau ambil pusing, Sara pun kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur dan mulai memejamkan matanya.

Merhaba! Kakak kakak Kayenna tercinta❤. Jangan lupa Like, dan Komen untuk dukung Kayenna yaa. Terimakasih.

Iyi Gecerler! all❤.

BAB 2

Azan pun berkumandang, Sara mulai mengerjapkan matanya dan menengok ke arah Reza. Sara menepuk pipi Reza beberapa kali, dan akhirnya Reza pun terbangun.

"Eza, kita salat subuh dahulu yuk. Bentar, Mbak Sara bangunin Kak Khansa dahulu." Bisik Sara pada adiknya.

Sara dan Reza pun menuruni kasur dengan perlahan, dia takut Aurora akan terbangun. Sara berjalan ke lantai tempat Khansa Dan Asha tertidur. Sara berjongkok dan menepuk pipi Khansa.

"Sa, kita salat subuh dahulu yuk. Pasti Ayah dah nunggu kita." Bisik Sara pada Khansa. Khansa pun membuka matanya dan mulai beranjak keluar kamar bersama Sara dan Reza.

Dan benar saja ketika mereka sampai di mushola rumah, telah ada Pak Malik di sana. Mereka pun bergegas mengambil wudhu dan melaksanakan salat Subuh berjama'ah.

Setelah selesai salat, mereka kembali ke kamar masing-masing untuk bersiap siap berangkat sekolah. Saat Sara kembali ke kamar, ternyata Asha telah bangun dan sedang membersihkan kamar Sara.

"Kamu langsung mandi aja ya, habis itu sarapan. Teteh mau masak dulu." Ucap Asha sambil memasukkan selimut ke dalam lemari. Sara pun mengangguk dan masuk ke kamar mandi.

Saat di dalam kamar mandi pun Sara masih memikirkan hal kemarin. Dia merasa dilema, apakah hal tersebut benar atau tidak. Sara pun segera menyelesaikan mandinya dan bergegas bersiap untuk sekolah.

30 menit kemudian Sara telah selesai dan keluar kamar. Sara duduk di meja makan, hanya duduk tanpa memikirkan apa pun. Setelah beberapa saat Sara melamun, Sara terkejut karena Asha menepuk pundaknya.

"Astagfirullah Teh, ngagetin Sara aja." Ucap Sara sambil mengelus dadanya karena jantungnya berdetak dengan cepat. Asha pun hanya menggelengkan kepalanya dan duduk di seberang kursi Sara.

"Kamu ada masalah apa? Cerita aja sama Teteh." Ucap Asha lembut sambil menggenggam tangan adiknya. Sara pun hanya menunduk dan menggeleng lemah.

Sara tidak ingin menambah pikiran kakaknya, karena Sara pikir bahwa kakaknya akan syok dan sakit jika tahu.

Tak lama setelah itu, datanglah semua anggota keluarganya untuk sarapan. Semua duduk di meja masing-masing dan memulai sarapan. Namun, Sara baru saja mengingat sesuatu.

"Astagfirullah Yah, Sara lupa. Kemarin guru Sara minta agar Ayah bisa ke sekolah. Ada informasi sedikit." Sela Sara ditengah-tengah sarapan. Semua anggota keluarga pun menghadap ke Sara, tak terkecuali Ibu mereka.

Ayah pun berkata "Maaf Sar, hari ini ayah ada dinas keluar kota dan pulang mungkin besok atau lusa." ucap Ayah dengan nada kecewa.

Sara pun hanya tersenyum dan menepuk tangan ayahnya. Sara pun beralih menatap sang kakak dan mengatakan

"Teh Asha aja ya yang ke sekolah Sara? Teh Asha bisa kan?" ucap Sara sambil tersenyum menghadap ke kakaknya. Bukan sang kakak yang menjawabnya, namun malah sang ibu yang menjawabnya.

"Ya bisa lah, dia kan cuman nganggur di rumah. Dia tidak punya pekerjaan di rumah selain masak, bersih-bersih, dan duduk-duduk doang. Nanti biar dia yang datang ke sekolah kamu. Daripada dia enggak berguna sama sekali." Ucap sang Ibu santai sambil menyuapkan nasi ke mulutnya.

Asha yang dibicarakan seperti itu pun hanya bisa menunduk dan mengambil napas dalam-dalam. Dan Sara melihat hal itu. Sara pun menatap tajam Ibu nya, tangannya mengepal kuat.

"Apakah Saya mengajak Anda ngomong di sini? Saya hanya bertanya dengan Ayah dan Kakak Saya, tidak dengan Anda. Dan sedikit pun saya tidak menganggap Anda ada di sini." Ucap Sara pelan di akhir kalimatnya.

Sang Ibu yang dikatakan seperti itu pun marah dan menggebrak meja

"Di mana sopan santun mu Sara? Apakah seperti itu cara berbicara dengan orang tua yang telah melahirkan kamu? Di mana pendidikan yang kau dapatkan selama 18 tahun kamu sekolah!" ucap sang Ibu menggebu-gebu karena menahan emosi.

Sara pun hanya tersenyum smirk dan menaikkan sebelah alisnya. Sara pun berdiri dengan menatap tajam mata ibunya

"Anda tanya apa? Sopan santun? Apakah Anda merasa, jika Anda mengajarkan sopan santun kepada anak-anak Anda? Khususnya kepada saya? Jangan pernah mempertanyakan pendidikan saya selama 18 tahun ini karena tidak ada sedikit pun andil Anda dalam pendidikan saya." Ucap sara kasar dengan penekanan di setiap katanya.

"Dan ya, jangan pernah membahas soal pekerjaan Teh Asha ketika dirumah. Walaupun dia belum bekerja, tapi yang dia lakukan dirumah sudah lebih dari cukup. Daripada Anda, hanya pergi dan pulang seenakmu saja. Kau pikir rumah ini panti sosial? Pulang hanya untuk tidur dan makan saja." Bela Sara untuk kakaknya.

Sang Ibu pun terkejut dengan jawaban dari Sara, sebelum sang Ibu menjawabnya lagi. Sara pun berinisiatif untuk berangkat ke sekolah terlebih dahulu.

Dia pamit kepada ayah dan juga kakaknya untuk pergi sekolah terlebih dahulu dengan tujuan untuk menghindari ibunya. Dia mengajak Khansa karena mereka satu sekolah. Dalam perjalanan menuju sekolah Sara hanya diam sambil memikirkan apa nya tadi dia katakan.

Ada rasa menyesal dalam hatinya ketika mengatakan ibunya dengan perkataan kasar, tetapi ada perasaan lain yang lebih menguasai hatinya daripada rasa menyesal.

Khansa yang ada di belakang pun tidak berani berbicara karena dia tahu bahwa jika kakaknya sedang marah, tidak ada satu orang pun yang berani mengajaknya bicara.

Setelah beberapa menit, mereka pun sampai di sekolah. Sara memarkirkan motornya, dan berjalan beriringan menuju ke dalam. Selama di koridor pun Sara hanya bengong tanpa memikirkan apa pun.

Entah apa yang sedang dipikirkan oleh Sara, sehingga ketika sampai di ujung koridor dan berpisah dengan Khansa, Sara tidak menyapa atau berbicara sedikit pun kepada adiknya.

Sara baru sadar setelah dia sampai ke kelas dan dia merasa bingung karena tiba-tiba dia sudah sampai di kelas. Sara pun hanya duduk dan menyiapkan peralatan sekolahnya. Kembali lagi dia selalu melamun, sepertinya Sara sangat terbebani dengan fakta yang kemarin dia dapat.

Setelah beberapa menit, bel masuk pun berbunyi. Sara yang masih melamun terkejut karena gurunya memanggil namanya.

"Astagfirullah maaf Bu, Sara kaget. Ada yang bisa Sara bantu Bu?" ucap Sara kepada guru itu.

Guru itu pun mengatakan bahwa Sara harus datang ke kantor kepala sekolah karena ada sedikit informasi untuknya.

Sara pun berjalan menuju Kantor Kepala Sekolah yang ada di ujung koridor. Sara berjalan sendiri di koridor yang sangat sepi, karena memang sudah masuk jam pelajaran. Sara pun mengetuk pintu dan terdapat jawaban dari dalam agar Sara bisa masuk.

"Assalamualaikum Pak, Ada yang bisa saya bantu? Karena tadi Bu Sinta meminta saya untuk datang ke sini." ucap Sara sopan dengan menundukkan kepalanya.

Kepala sekolah pun mengatakan bahwa orang tua Sara dapat datang ke sekolah pukul 11 siang dan kepala sekolah meminta Sara untuk menjadi panitia perlombaan lusa.

Sara pun menyetujui hal itu, walaupun besok dia harus lomba dan lusa nya dia harus jadi panitia Sara tetap menerimanya.

Sara pun keluar dari ruang kepala sekolah dan berjalan kembali ke kelas. Namun sebelum masuk ke kelas, Sara didatangi lagi oleh Bu Sinta bahwa Sara bebas kelas karena persiapan lomba.

Sara pun masuk ke dalam kelas untuk mengambil tas nya dan kembali keluar kelas. Sara berjalan menuju perpustakaan sekolah, Sara pikir dia akan menghabiskan waktunya untuk belajar materi lomba Olimpiade besok.

Tak lupa dia mengirimkan pesan kepada kakaknya agar datang pukul 11 siang.

Sementara di kediaman keluarga Malik, Asha yang sedang membersihkan ruang tamu menjeda kegiatannya karena ada notifikasi pesan masuk.

From Sara;

Teh Asha, teteh ke sekolah nya jam 11 ya. Mungkin teteh bisa berangkat dari rumah jam 10.30 biar tidak kesiangan.

Asha pun membaca pesan tersebut dan melihat jam yang menunjukkan pukul 08.30 masih ada beberapa waktu untuk menyelesaikan pekerjaan rumahnya sebelum berangkat.

Asha pun bergegas menyelesaikan pekerjaannya dan langsung mandi untuk pergi ke sekolah Sara.

Di lain tempat lagi, Khansa yang baru saja mengganti pakaian olahraga nya keluar dari kamar mandi. Khansa berjalan menuju ke lapangan tempat di mana teman-temannya berada.

Walaupun hanya Khansa yang memakai jilbab di antara teman temannya, Khansa masih tetap bisa berpakaian sporty dengan jilbabnya. Khansa ikut berbaris, mengikuti instruksi guru.

Dan disaat yang bersamaan, kelas milik Alden juga sedang melakukan latihan basket untuk pertandingan lusa.

Khansa masih belum menyadari jika sedari tadi Alden memperhatikannya. Khansa mulai melakukan beberapa kegiatan olahraga. Alden pun mulai melakukan pemanasan dan berlatih basket.

Setelah beberapa saat mereka lalui, Khansa yang sedang berjalan akan keluar dari lapangan berpapasan dengan temannya. Sehingga mau tidak mau Khansa harus berhenti dan melayani temannya yang sedang bertanya padanya.

Entah dari mana datangnya bola basket tersebut, sehingga bola basket tersebut membentur kepala Khansa dengan cukup keras. Yang mengakibatkan Khansa pingsan dan keluar darah dari hidungnya.

Teman-teman Khansa pun berteriak histeris karena melihat hal tersebut.

Alden yang melihat hal itu pun langsung berlari kearah khansa dan menggendongnya. Ya, yang melemparkan bola basket tersebut adalah teman sekelas Alden. Entah sengaja atau tidak, Alden pun tak tahu.

Alden pun menggendong Khansa menuju UKS, dengan keadaan bajunya serta baju Khansa yang sudah mulai memerah karena darah yang keluar dari hidungnya begitu deras.

Teman Khansa yang melihat hal itu pun langsung mengambil teleponnya dan menelepon Sara.

Sara yang sedang belajar pun terganggu karena HP-nya berdering. Saat melihat nomor adik kelasnya, sara pun menyerit heran. Mengapa adik kelasnya telepon di jam-jam seperti ini? Bukannya mereka bisa menemui sara secara langsung? Pikir Sara.

Sara pun mengangkatnya dan terdengar seseorang di seberang sana yang berbicara dengan nada yang khawatir.

"Maaf Kak Sara, Ini Alda. Kha...Kha...Khansa...pingsan karena terlempar bola basket. Dan sekarang dia berada di UKS." ucap adik kelas tersebut dengan terbata-bata. Sara pun langsung mematikan teleponnya dan langsung berlari kearah UKS.

Sara berdoa dalam hati agar tidak terjadi apa-apa kepada adiknya. Sampai di UKS pun ternyata banyak anak-anak yang ada di sana. Sara menyuruh mereka untuk meninggalkan UKS dan masuk ke kelasnya masing-masing, karena telah berganti jam pelajaran.

Sara memasuki ruang UKS tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Sara heran karena melihat laki-laki yang menunggu di brankar adiknya, namun laki-laki tersebut membelakangi dirinya sehingga tidak tahu siapa laki-laki tersebut.

Sara pun perlahan maju dan melihat bahwa seragam adiknya telah penuh dengan darah. Sara pun juga terkaget karena melihat Alden ada di UKS.

"Jangan bilang kalau yang bawa Khansa kesini itu Lo. Terus Lo gendong Khansa nya skin to skin gitu?" Ucap Sarah menginterogasi Alden. Alden pun hanya menggelengkan kepalanya. 'Gila ni orang, adiknya udah parah gitu masih aja permasalahin cara bawanya.' Batin Alden.

Sara beralih mendekati adiknya dan menepuk-nepuk pipinya dan berulang kali memanggil nama Khansa. Berharap agar Khansa dapat bangun.

Sara semakin khawatir karena darah yang keluar dari hidung Khansa pun semakin deras walaupun dalam keadaan berbaring. Pikiran Sara pun semakin kalut dan dia bingung harus melakukan apa.

Hingga akhirnya..

Merhaba! Kakak kakak Kayenna tercinta❤. Jangan lupa Like, dan Komen untuk dukung Kayenna yaa. Terimakasih.

Iyi Gecerler! all❤.

BAB 3

Alden pun berinisiatif untuk menggendong Khansa, namun dilarang oleh Sara. "Jangan gendong adik Gue, Lo bukan muhrim kita." Di saat yang genting seperti ini pun Sara masih bisa marah-marah, pikir Alden.

Alden yang tak mau ribut dengan Sara pun beralih ke lemari yang ada di sudut uks dan mengambil selimut.

Dililitkannya selimut tadi di badan Khansa, lalu tanpa pikir panjang Alden pun menggendong Khansa sambil berjalan cepat. "Kalau nggak Gue gendong sekarang, Lo mau adek Lo mati di sini?" Ucap Alden asal sambil berjalan keluar uks.

Alden berjalan menuju mobil nya dan meletakkan Khansa di belakang. "Lo di belakang aja, jagain Khansa. Gue yang nyetir." Ucap Alden sambil masuk dan duduk di belakang kemudi.

Mereka pun membawa Khansa ke rumah sakit. Sara pun memangku kepala adiknya dan menangis sambil memanggil nama Khansa. Alden pun menjalankan mobilnya semakin cepat.

Sesampainya di rumah sakit Alden menggendong Khansa menuju ke UGD. Sara pun mengikuti Alden dari belakang.

Khansa pun dimasukkan ke UGD, Sara pun berjalan ke sana kemari tidak tenang. Alden pun meninggalkan Sara dan berjalan menuju resepsionis untuk melunasi administrasi Khansa tanpa Sara ketahui.

Sementara di tempat lain, Asha sudah siap dengan dress 3/4 nya serta cepol rambut bawahnya. Asha pergi ke sekolah Sara dengan taksi Online.

25 menit kemudian, Asha telah tiba di depan sekolah Sara. Dia pun berjalan menuju ke ruang kepala sekolah. Tidak heran jika Asha sudah mengetahui letak ruangannya, karena Asha juga alumni SMA tersebut.

Asha pun mengetuk pintunya dan terdapat jawaban dari dalam agar Asha masuk. Asha pun masuk dan bertemu dengan kepala sekolah dari SMA tersebut. Mereka berbicara tentang hal mengenai perlombaan Sara.

Setelah beberapa waktu, Asha sudah bisa keluar ruangan. Dia pun bertanya kepada salah satu guru di mana kedua adiknya berada. karena bukannya ini masuk jam istirahat kedua, namun dia tak melihat kedua adiknya.

Sang guru yang tidak tahu di mana Khansa dan Sara berada pun bertanya dengan salah satu teman sekelas Khansa. Dia pun menjawab bahwa Khansa tadi dibawa oleh kakak kelas nya ke uks karena Khansa terlempar bola basket.

Setelah berterimakasih kepada guru dan teman Khansa, Asha pun berlalu menuju UKS tempat di mana Khansa berada. Namun, ketika sampai di UKS Asha bingung. Pasalnya tidak ada adiknya. Yang ada hanya brankar yang sudah tidak rapi.

Asha pun mengambil handphone nya dan menelepon Sara. Setelah beberapa saat, panggilan pun tersambung. Asha yang tahu bahwa adiknya berada di rumah sakit pun bergegas pergi ke rumah sakit.

Sementara di lain tempat, Sara yang sedari tadi bolak balik pun mulai untuk duduk. Setelah mengetahui kakaknya akan datang menyusulnya, Sara pun sedikit tenang.

Tak lama setelah itu, Alden pun datang dan menghampiri Sara. "Gimana? Dokternya dah keluar belum?" Tanya Alden pada Sara sambil duduk di kursi seberang Sara.

"Ngapain sih Lo masih di sini? Balik aja sana. tidak perlu lo nunggu adek Gue sampai bangun. Makasih dah mau nganter adek Gue ke rumah sakit." Bukannya menjawab pertanyaan Alden, Sara malah mengusir Alden.

Alden pun tak bergerak sedikit pun. Dia masih duduk di hadapan Sara. Sara pun menggelengkan kepalanya karena kekeras kepalaan Alden.

"Mau Lo apa sih Den? mengapa Lo malah nolong Adek Gue, sedangkan dilain waktu Lo selalu bully Adek Gue? Atau jangan-jangan Lo suka lagi sama Adek Gue." Ucap Sara dengan nada sedikit menggoda Alden.

"Gue tulus buat bantuin Adek Lo, Lo mau percaya atau enggak terserah. Gue tidak maksa Lo, hanya sebatas manusia yang punya rasa kasihan. Tidak lebih." Jawab Alden mantap.

Sara pun hanya bersikap acuh dengan jawaban Alden. Tak lama kemudian dokter pun keluar. Sara pun bertanya kepada dokter tersebut, apa yang terjadi dengan adiknya.

Dokter tersebut pun mengatakan bahwa ada sedikit benturan di kepala Khansa. Namun hal tersebut tidak terlalu bahaya untuk Khansa. Sara pun merasa lega.

Dokter pun memindahkan Khansa ke ruang rawat. Sara pun mengikutinya serta Alden yang berjalan dibelakannya. Tak lupa Sara juga memberi kabar kepada kakaknya bahwa Khansa telah pindah ke ruang rawat.

Setelah sampai, Sara pun masuk dan menunggu Khansa bangun. Karena dokter mengatakan bahwa Khansa akan tertidur karena pengaruh obat.

Sara pun terkejut karena Alden juga ikut masuk. dia pun menghela napas nya dan menggelengkan kepalanya.

"Ngapain sih Lo ikut masuk juga, udah sana balik ke sekolah. Lo kan harus ikut lomba buat lusa, jangan jelek-jelek in nama sekolah. Dan makasih dah nganter Gue sama Adek Gue." Ucap Sara mengusir.

Alden pun memutar badannya kearah pintu dan keluar dari ruangan itu. Sara pun memutar bola matanya jengah, dia beralih duduk di samping brankar Khansa. Tak lama setelah itu, Asha datang ke ruang rawat Khansa tanpa mengetuk pintu.

"Astagfirullah teh, kalau masuk itu salam dulu atau ketuk pintu dulu. Sara kaget tau nggak?" protes Sara seperti anak kecil. Serta dia memegang dadanya karena dia merasa kaget

Asha pun berjalan mendekati kedua adiknya dan bertanya kronologis kejadiannya. Sara pun menjelaskan semuanya lalu di tambahi oleh cerita tentang dia yang dibantu oleh Alden ke rumah sakit.

Asha pun mengelus kepala Khansa dan mencium keningnya. Sara yang masih mengingat bahwa motor dan juga tas nya masih di sekolah pun izin kepada Asha untuk kembali ke sekolahnya.

Sara pun kembali ke sekolah menggunakan ojek online. Selama perjalanan Sara hanya diam tanpa berbicara sedikit pun. Sementara di rumah sakit, Asha hanya diam sambil berdoa dalam hati kepada Tuhan nya.

Sara yang sudah berada disekolah pun pergi ke ruang guru untuk mengizinkan adiknya yang masih ada di rumah sakit. Setelah itu pun Sara mengambil tas nya yang berada di perpustakaan dan tas adiknya lalu dia pulang.

Sesampainya dirumah, Sara beristirahat sebentar dan menyiapkan makanan untuk kedua adiknya yang akan pulang. Saat tengah asyik memasak Sara mendengar pintu utama dibuka, Sara pun menoleh ke belakang dan melihat ibunya yang baru datang dengan pakaian yang sangat terbuka.

Sang ibu yang melihat Sara sedang memasak pun menghampirinya dan mengambil gelas untuk minum air. Ibunya pun bertanya "Sara di mana adik-adik mu? mengapa di jam seperti sekarang ini mereka belum pulang?" kata ibunya.

Sara pun hanya cuek, dia pun melanjutkan acara memasaknya. Ibu memanggil lagi

"Sara kau mendengar Pertanyaan Ibu kan?" ulang sang ibu kepada Sara. Ibu yang tidak mendapat jawaban pun mendadak emosi, dia pun menggebrak talenan yang ada disebelah Sara dan membentak Sara.

"Apa kau sudah tuli hah? aku sudah mengajak kau bicara, mengapa kau seolah-olah menganggap aku tidak ada di sini?" jawab sang ibu dengan nada membentak. Sara pun berperilaku seolah-olah dia kaget ketika ada seorang disampingnya.

"Eh, Astagfirullah ternyata Ibu sudah pulang?" jawab Sara dengan nada terkejut yang dibuat-buat. Dia pun hanya menaikkan sebelah alisnya dan meneruskan memotong wortelnya. Sang Ibu pun mendekati Sara dan menarik ujung jilbab Sara.

"Mengapa kau tidak menghormati ku hah! Apa kau sudah tidak ingin memiliki Ibu lagi?" ucapnya dengan nada sinis. Sara pun menghempaskan tangan ibunya. Dia pun beralih menghadap ke Ibunya.

"Dari mana saja kau seharian ini? Dan lihatlah pakaian yang kau pakai, sangatlah terbuka. Tidak sedikit pun mencerminkan bahwa kau adalah seorang ibu. Apa kau baru saja pulang dari hotel? dengan laki-laki mana lagi kau berkencan? Nyonya Amora!" jawab Sara dengan penuh penekanan sambil dia membanting pisaunya.

Dia pun bergegas keluar dapur menuju kamarnya dan mengambil jaket serta kunci motornya. Lalu dia keluar dengan sepeda motornya. Amora pun menjadi sangat emosi karena perkataan dari Sara, dia takut bahwa Sara telah mengetahui semuanya.

Sara pun mengendarai motornya menuju sekolah kedua adik kecilnya, SMP. Sara berniat membawa kedua adiknya ke rumah sakit untuk bertemu Asha dan Khansa. Sara berpikir jika dia meninggalkan kedua adiknya di rumah, Sara takut adiknya tidak akan terurus.

Sesampainya Sara disekolah Aurora dan Reza, dia pun menunggu di tempat orang tua biasanya menunggu. Sampai setelah beberapa menit, kedua adiknya pun berlarian menuju nya. Sara merenggangkan kedua tangannya untuk menyambut kedua adiknya.

Reza dan Aurora pun merasa sangat bahagia. Entah mengapa, mereka sangat senang karena mereka dijemput oleh Sara. Karena mereka tahu bahwa jadwal Sara sangatlah sibuk ketika Sara sekolah.

Sara pun memeluk kedua adiknya dan mencium keduanya. Sara mengatakan

"Aurora sama Reza ikut mbak Sara Ke rumah sakit ya?" Aurora dan Reza pun hanya mengerutkan dahinya bingung. Aurora pun bertanya kepada Sara.

"Mengapa kita ke rumah sakit mbak? Kenapa tidak pulang ke rumah?" Sara pun menjawab bahwa Sara akan memberitahu kedua adiknya ketika sampai di rumah sakit.

Mereka pun berangkat menuju ke rumah sakit, dengan Reza dan Aurora yang duduk di belakang. Ada perasaan senang ketika dia bisa berkumpul dengan kedua adiknya. Dia masih tidak menyangka bahwa dia masih memiliki dua adik kecil yang sangat dia sayangi

Setelah beberapa menit mereka pun sampai di lobby rumah sakit, Dia menggandeng kedua adiknya di kedua lengannya. dia pun berjalan dengan penuh senyuman sembari melihat kedua adiknya. Mereka masuk ke dalam ruang rawat Khansa dan betapa terkejutnya kedua adiknya ketika melihat ada dua kakaknya juga di sana.

Merhaba! Kakak kakak Kayenna tercinta❤. Jangan lupa Like, dan Komen untuk dukung Kayenna yaa. Terimakasih.

Iyi Gecerler! all❤.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!