MENJADI ISTRI KEDUA
Farah panggilan ku, berusia 22 tahun yang sudah berkali-kali gagal dalam membina keutuhan hubungan kekasih. Baru saja aku di tinggal calon suami ku yang 2 bulan lagi mau menikah yang alasan nya sudah tidak cocok lagi. Dan 3 tahun lalu aku juga pernah di putus pacarku saat usai lamaran.Semua alasan mereka tidak ada yang masuk akal sama sekali.
Sakit hati berkali-kali membuatku enggan menjalin hubungan yang serius dengan lelaki. Aku hanya berteman dengan semua lelaki agar bisa mengetahui apa alasan lelaki mutusin wanita secara tiba-tiba.
Farah Addara Shakilla orang tuaku memberikan nama secantik itu. Agar harapannya yaitu hatiku juga secantik itu. Aku bekerja di sebuah mini market di pusat kota. Aku bekerja bersama sahabat ku Risa Arafah. Aku bekerja di mini market sudah 4 tahun di sana setelah lulus sekolah menengah dulu sempat bekerja di sebuah pabrik minuman tapi hanya bertahan sebulan, perputaran jam kerja yang kadang mendapat jam malam membuat ku keluar setelah menerima gaji.
Hingga setelah itu aku di ajak Risa bekerja di mini market ini dan bertahan sampai sekarang.
"Rah? "
"Hemm"
"Kamu sabar banget sih, semoga nanti cepat dapat gantinya yah? "
"Aamiin... "
Ku menghela nafas dalam-dalam mengingat semua percintaan ku selalu kandas. Sedangkan sahabatku itu yang belum pernah pacaran sama sekali malahan sebentar lagi akan di lamar oleh lelaki yang belum ia kenal sebelum nya.
Di mini market ini berharap aku akan juga mendapat kan jodoh seperti karyawan-karyawan lainnya. Anak pemilik mini market pun juga menemukan jodohnya juga dari seorang pelanggan.
Mbak Siwi anak sulung dari tiga bersaudara itu mendapatkan jodoh dari seorang pembeli dan pada akhirnya 3 bulan mengenal langsung menikah. Pak Juratmanto dan bu Asminah pemilik mini market ini merelakan anak sulung nya yang sholehah itu pada seorang lelaki muda. Dokter Rizwan yang sedang tugas di rumah sakit dekat dengan mini market ini hingga terpesona dengan ke shalehah nya.
Pak Jurat masih memiliki dua anak lagi Yaitu zidan yang berumur 10 tahun dan Nadine umur 5 tahun jarak anak pak Jurat memang jauh-jauh karena itu sengaja di program oleh bu Asminah.
Di mini market ini semua orang yang ada di dalam nya akan merasakan bahagia karena di sinilah mereka mendapat kan cinta, membina cinta dan merawat cinta mereka. Mantan karyawan-karyawan terdahulu pun juga masih sering berkunjung ke rumah pak Jurat karena saking baiknya beliau dan istrinya.
Mini market harapan. Yang selalu membawa harapan indah bagi penghuninya. Semoga harapan indah itu berkunjung pula ke kehidupan ku.Aamiin....
"Permisi apa di sini jual bolpoin hai-tax?" seorang bapak-bapak berumur 40 tahunan. Dengan kaca mata hitam,baju kemeja pendek, celana bahan warna hitam dan tas ransel di punggung nya.
"Eh, iya pak bentar ya? " aku segera mencarikan apa yang bapak itu mau karena kebetulan hanya ada aku dan Risa yang menjaga, karyawan yang lainnya sedang istirahat makan siang.
Risa men display barang-barang di sudut hingga kadang ia bolak-balik dari gudang. Sedangkan aku menjaga kasir karena mumpung sepi aku mengantar mencarikannya.
Aku mencari setiap bolpoin yang ada, tapi tak satupun merek itu ku temukan.
"Kayaknya nggak ada deh pak" ku menoleh dan membawa satu kotak bolpoin dengan model yang sama tapi beda merek. Tapi aku tersentak di belakang ku sudah ada dua bapak-bapak tak hanya yang berkaca mata tadi tapi ada seorang bapak-bapak pula yang lebih rapi menggunakan kemeja lengan panjang yang di lipat se lengan baju itu di masukkan ke dalam celana bahan itu dan memakai ikat pinggang warna hitam.Tak lupa tas ransel di gendong di punggung nya. Sepertinya bapak-bapak ini lebih muda dari yang tadi. Bolpoin yang ku bawa terjatuh dan tercecer.
"Maaf mbak, kaget yah? "
"Hehehehe... iya gak apa pak " bapak tadi membantuku mengambil setiap bolpoin yang jatuh dan di masukkan ke dalam kotak lagi.
Dan bapak berkaca mata masih sibuk dengan ponsel nya.
"Ada mbak? " ucapnya yang masih fokus dengan ponsel.
Sedangkan kan aku masih memandang dengan lekat wajah bapak-bapak yang ada di depanku ini. Dia tersenyum tersipu malu.
"Ini mbak? " dia memberi kan bolpoin terakhir yang terjatuh tadi padaku.
Dia berdiri dan dia mengulurkan tangannya padaku untuk membantuku berdiri aku pun yang masih tidak fokus menerima uluran itu.
"Terima kasih ya pak? " ucapku dengan senyuman harapan.
"Ada mbak? " tanya bapak yang berkaca mata.
"Ada tapi merek lain pak? " jawabku kembali fokus.
"Nggak apalah, satu ya mbak? lo juga gak bro? " tanya nya pada bapak yang menolong ku tadi.
"Iya satu juga" jawab nya yang sok sibuk memilih-milih minuman yang ada di rak depannya.
Ternyata bapak tadi temannya bapak ini. Batinku.
"Mari pak? " aku mengajak bapak berkacamata ke meja kasir.
"Bolpoin ini sama rokok satu bungkus ya mbak? lo mau gue bayarin sekalian apa bayar sendiri? " tanya bapak kacamata.
"Bayar sendiri ini sekalian mau beli minuman" jawab bapak berkacamata.
Aku tahu bapak tadi curi-curi pandang di balik botol-botol minuman yang ia pilih, aku sengaja aja berpura-pura tak tahu.
"Kerja di mana pak kok baru lihat saya? " tanyaku yang penasaran. Karena meski mini market ini dekat dengan rumah sakit, bank, dan perusahaan swasta. Semuanya hampir hafal aku dengan wajah-wajah mereka.
"Saya bekerja di proyek pembangunan hotel di sebrang mbak. Saya juga baru di kesini kemarin. Dan hari ini hari pertama bekerja"
"Oh pantesan... "
"Heheheh iya mbak, salam kenal ya mbak? nama saya Yusuf saya nantinya akan di sini selama enam bulan ke depan menggantikan teman saya meneruskan mendesain interior hotel.
" Owh ok pak"
pak Yusuf mengulurkan tangannya dan aku menerima, tangannya sedikit jahil dengan salah satu jarinya menggelitiki telapak tanganku. Aku segera menariknya. Dia masih tersenyum dan langsung pergi.
"Gue tunggu di warung makan depan ya bro..?! " teriak pak Yusuf sebelum keluar dari mini market ini.
"Iya...!!! " jawab bapak satunya.
Setelah beberapa menit bapak itu muncul dengan membawa dua botol minuman vitamin rasa jeruk dan lemon.
"Mbak kalau lagi banyak kerjaan itu bagus loh minum vitamin biar tetap segar badan ini" ucapnya tiba-tiba.
"Iya pak saya juga sering minum vitamin kok"
"Enak yang mana nih mbak? jeruk apa lemon? " tanyanya.
"Kalau saya lebih suka rasa jeruk pak"
"Ok deh dua minuman ini sama bolpoin tadi yah? "
"Iya pak... semuanya jadi 25.000 ribu" aku segera memasukkan belanjaan itu ke dalam kantong plastik.
"Nggak usah di kasih plastik mbak" larangnya.
"Oh iya pak"
"Ini... " aku mengambil uang itu.Dan bapak tadi memasukkan bolpoin dan botol minumannya yang rasa lemon. Dan dia membuka botol minuman rasa jeruk.
"Di minum yah? biar tetap fit " ucapnya sembari meninggalkan botol minuman rasa jeruk di tas meja kasir. Dia pergi dengan senyum manis nya.
Aku di buat baper seketika. Minuman jeruk itu segera ku teguk dengan membayangkan wajah atletis nya. Aroma wangi yang semerbak membuatku tersipu malu.
"Eh, kamu ngapain... minum kok sambil senyum-senyum" Risa menyenggol tanganku. Aku pun yang kaget tersedak.
"Uhuk... uhuk... "
"Maaf... maaf... " mengambil air mineral untukku.
"Kamu ngapain sih pakai ngagetin segala" ucapku.
"Kamu sih minum kok sambil senyum-senyum sendiri"
"Itu loh nonton ftv romantis dan lucu " dalih membohongi nya. Yang kebetulan mataku tertuju televisi yang menyiarkan ftv.
"Dasar korban ftv, yuk istirahat makan"
"Iya... " aku segera mengikuti Risa. Setelah aku melihat Diana, Putri dan Anis kembali dari istirahat makan siang.
Sungguh manis cinta pada pandangan pertama itu. Bahkan lebih manis dari coklat yang isi kacang mete itu. Manis dan gurih. Seperti cinta. Hahaha...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Dyah Nur Khudlriyyah
ok kak
2022-08-01
2