NovelToon NovelToon

MENJADI ISTRI KEDUA

AWAL MULA BERTEMU

Farah panggilan ku, berusia 22 tahun yang sudah berkali-kali gagal dalam membina keutuhan hubungan kekasih. Baru saja aku di tinggal calon suami ku yang 2 bulan lagi mau menikah yang alasan nya sudah tidak cocok lagi. Dan 3 tahun lalu aku juga pernah di putus pacarku saat usai lamaran.Semua alasan mereka tidak ada yang masuk akal sama sekali.

Sakit hati berkali-kali membuatku enggan menjalin hubungan yang serius dengan lelaki. Aku hanya berteman dengan semua lelaki agar bisa mengetahui apa alasan lelaki mutusin wanita secara tiba-tiba.

Farah Addara Shakilla orang tuaku memberikan nama secantik itu. Agar harapannya yaitu hatiku juga secantik itu. Aku bekerja di sebuah mini market di pusat kota. Aku bekerja bersama sahabat ku Risa Arafah. Aku bekerja di mini market sudah 4 tahun di sana setelah lulus sekolah menengah dulu sempat bekerja di sebuah pabrik minuman tapi hanya bertahan sebulan, perputaran jam kerja yang kadang mendapat jam malam membuat ku keluar setelah menerima gaji.

Hingga setelah itu aku di ajak Risa bekerja di mini market ini dan bertahan sampai sekarang.

"Rah? "

"Hemm"

"Kamu sabar banget sih, semoga nanti cepat dapat gantinya yah? "

"Aamiin... "

Ku menghela nafas dalam-dalam mengingat semua percintaan ku selalu kandas. Sedangkan sahabatku itu yang belum pernah pacaran sama sekali malahan sebentar lagi akan di lamar oleh lelaki yang belum ia kenal sebelum nya.

Di mini market ini berharap aku akan juga mendapat kan jodoh seperti karyawan-karyawan lainnya. Anak pemilik mini market pun juga menemukan jodohnya juga dari seorang pelanggan.

Mbak Siwi anak sulung dari tiga bersaudara itu mendapatkan jodoh dari seorang pembeli dan pada akhirnya 3 bulan mengenal langsung menikah. Pak Juratmanto dan bu Asminah pemilik mini market ini merelakan anak sulung nya yang sholehah itu pada seorang lelaki muda. Dokter Rizwan yang sedang tugas di rumah sakit dekat dengan mini market ini hingga terpesona dengan ke shalehah nya.

Pak Jurat masih memiliki dua anak lagi Yaitu zidan yang berumur 10 tahun dan Nadine umur 5 tahun jarak anak pak Jurat memang jauh-jauh karena itu sengaja di program oleh bu Asminah.

Di mini market ini semua orang yang ada di dalam nya akan merasakan bahagia karena di sinilah mereka mendapat kan cinta, membina cinta dan merawat cinta mereka. Mantan karyawan-karyawan terdahulu pun juga masih sering berkunjung ke rumah pak Jurat karena saking baiknya beliau dan istrinya.

Mini market harapan. Yang selalu membawa harapan indah bagi penghuninya. Semoga harapan indah itu berkunjung pula ke kehidupan ku.Aamiin....

"Permisi apa di sini jual bolpoin hai-tax?" seorang bapak-bapak berumur 40 tahunan. Dengan kaca mata hitam,baju kemeja pendek, celana bahan warna hitam dan tas ransel di punggung nya.

"Eh, iya pak bentar ya? " aku segera mencarikan apa yang bapak itu mau karena kebetulan hanya ada aku dan Risa yang menjaga, karyawan yang lainnya sedang istirahat makan siang.

Risa men display barang-barang di sudut hingga kadang ia bolak-balik dari gudang. Sedangkan aku menjaga kasir karena mumpung sepi aku mengantar mencarikannya.

Aku mencari setiap bolpoin yang ada, tapi tak satupun merek itu ku temukan.

"Kayaknya nggak ada deh pak" ku menoleh dan membawa satu kotak bolpoin dengan model yang sama tapi beda merek. Tapi aku tersentak di belakang ku sudah ada dua bapak-bapak tak hanya yang berkaca mata tadi tapi ada seorang bapak-bapak pula yang lebih rapi menggunakan kemeja lengan panjang yang di lipat se lengan baju itu di masukkan ke dalam celana bahan itu dan memakai ikat pinggang warna hitam.Tak lupa tas ransel di gendong di punggung nya. Sepertinya bapak-bapak ini lebih muda dari yang tadi. Bolpoin yang ku bawa terjatuh dan tercecer.

"Maaf mbak, kaget yah? "

"Hehehehe... iya gak apa pak " bapak tadi membantuku mengambil setiap bolpoin yang jatuh dan di masukkan ke dalam kotak lagi.

Dan bapak berkaca mata masih sibuk dengan ponsel nya.

"Ada mbak? " ucapnya yang masih fokus dengan ponsel.

Sedangkan kan aku masih memandang dengan lekat wajah bapak-bapak yang ada di depanku ini. Dia tersenyum tersipu malu.

"Ini mbak? " dia memberi kan bolpoin terakhir yang terjatuh tadi padaku.

Dia berdiri dan dia mengulurkan tangannya padaku untuk membantuku berdiri aku pun yang masih tidak fokus menerima uluran itu.

"Terima kasih ya pak? " ucapku dengan senyuman harapan.

"Ada mbak? " tanya bapak yang berkaca mata.

"Ada tapi merek lain pak? " jawabku kembali fokus.

"Nggak apalah, satu ya mbak? lo juga gak bro? " tanya nya pada bapak yang menolong ku tadi.

"Iya satu juga" jawab nya yang sok sibuk memilih-milih minuman yang ada di rak depannya.

Ternyata bapak tadi temannya bapak ini. Batinku.

"Mari pak? " aku mengajak bapak berkacamata ke meja kasir.

"Bolpoin ini sama rokok satu bungkus ya mbak? lo mau gue bayarin sekalian apa bayar sendiri? " tanya bapak kacamata.

"Bayar sendiri ini sekalian mau beli minuman" jawab bapak berkacamata.

Aku tahu bapak tadi curi-curi pandang di balik botol-botol minuman yang ia pilih, aku sengaja aja berpura-pura tak tahu.

"Kerja di mana pak kok baru lihat saya? " tanyaku yang penasaran. Karena meski mini market ini dekat dengan rumah sakit, bank, dan perusahaan swasta. Semuanya hampir hafal aku dengan wajah-wajah mereka.

"Saya bekerja di proyek pembangunan hotel di sebrang mbak. Saya juga baru di kesini kemarin. Dan hari ini hari pertama bekerja"

"Oh pantesan... "

"Heheheh iya mbak, salam kenal ya mbak? nama saya Yusuf saya nantinya akan di sini selama enam bulan ke depan menggantikan teman saya meneruskan mendesain interior hotel.

" Owh ok pak"

pak Yusuf mengulurkan tangannya dan aku menerima, tangannya sedikit jahil dengan salah satu jarinya menggelitiki telapak tanganku. Aku segera menariknya. Dia masih tersenyum dan langsung pergi.

"Gue tunggu di warung makan depan ya bro..?! " teriak pak Yusuf sebelum keluar dari mini market ini.

"Iya...!!! " jawab bapak satunya.

Setelah beberapa menit bapak itu muncul dengan membawa dua botol minuman vitamin rasa jeruk dan lemon.

"Mbak kalau lagi banyak kerjaan itu bagus loh minum vitamin biar tetap segar badan ini" ucapnya tiba-tiba.

"Iya pak saya juga sering minum vitamin kok"

"Enak yang mana nih mbak? jeruk apa lemon? " tanyanya.

"Kalau saya lebih suka rasa jeruk pak"

"Ok deh dua minuman ini sama bolpoin tadi yah? "

"Iya pak... semuanya jadi 25.000 ribu" aku segera memasukkan belanjaan itu ke dalam kantong plastik.

"Nggak usah di kasih plastik mbak" larangnya.

"Oh iya pak"

"Ini... " aku mengambil uang itu.Dan bapak tadi memasukkan bolpoin dan botol minumannya yang rasa lemon. Dan dia membuka botol minuman rasa jeruk.

"Di minum yah? biar tetap fit " ucapnya sembari meninggalkan botol minuman rasa jeruk di tas meja kasir. Dia pergi dengan senyum manis nya.

Aku di buat baper seketika. Minuman jeruk itu segera ku teguk dengan membayangkan wajah atletis nya. Aroma wangi yang semerbak membuatku tersipu malu.

"Eh, kamu ngapain... minum kok sambil senyum-senyum" Risa menyenggol tanganku. Aku pun yang kaget tersedak.

"Uhuk... uhuk... "

"Maaf... maaf... " mengambil air mineral untukku.

"Kamu ngapain sih pakai ngagetin segala" ucapku.

"Kamu sih minum kok sambil senyum-senyum sendiri"

"Itu loh nonton ftv romantis dan lucu " dalih membohongi nya. Yang kebetulan mataku tertuju televisi yang menyiarkan ftv.

"Dasar korban ftv, yuk istirahat makan"

"Iya... " aku segera mengikuti Risa. Setelah aku melihat Diana, Putri dan Anis kembali dari istirahat makan siang.

Sungguh manis cinta pada pandangan pertama itu. Bahkan lebih manis dari coklat yang isi kacang mete itu. Manis dan gurih. Seperti cinta. Hahaha...

KENALAN

Malam ini setelah pulang dari mini market pukul delapan tadi aku langsung tepar di dalam kamar kost ku. Rasa lelah mulai terasa. Mataku terpejam meski sepenuhnya aku belum tertidur. Angan ku teringat senyum bapak-bapak tadi siang. Sayang sekali aku belum tahu namanya.

"Eh bukannya tadi siang Diana nemu kartu nama ya? " aku mencari-cari kartu nama yang di temukan Diana di bawah meja kasir saat aku dan Risa makan siang.

Aku sengaja meminta kartu itu dengan alasan itu kartu nama sales yang menawarkan barang tadi. Meski semua percaya tapi tidak dengan Risa dia sedikit curiga dengan ku. Sebelum masuk kamar tadi dia juga berpesan padaku agar tidak mudah percaya dan jatuh cinta. Mungkin ini salah satu bentuk perhatian dan sayang nya padaku. Dia gak rela kalau aku tersakiti terus.

Yanto Nur Faizal. Nama yang begitu indah bagiku. Aku segera menyimpan nomor itu. Dan terlihat jelas poto profilnya dia tersenyum manis memakai sarung hitam dan baju koko putih. Menggendong anak kecil yang begitu cantik dan menggemaskan.

Mungkin itu anaknya. Ingin rasanya aku segera chat pak Yanto tapi apalah daya aku tak ada keberanian untuk hal itu. Hingga aku hanya bisa memandangi foto itu. Membawanya ke dalam mimpiku agar bisa menemani di tidur malam ku ini.

"Good night pak Yanto... "

Keesokan harinya aku berangkat pagi pukul tujuh untuk ke mini market. Dan Risa hari ini tidak berangkat di karenakan dia libur bekerja dan pulang kampung untuk mengurus pernikahan nya dengan Rian calon suaminya.

Harapanku hari ini adalah bisa berjumpa dengan pak Yanto yang tampan itu. Setidaknya dia bisa lebih dulu menghubungi ku jadi aku tidak terlihat gampangan gitu. Sekitar 15 menit aku berjalan kaki dari kost ke tempat kerja.

"Assalamu'alaikum.... pagi mbak... " aku di kejutkan dengan suara yang tak begitu asing bagiku. Aku menoleh.

"Waalaikumsalam... eh bapak pagi juga" ternyata itu adalah pak Yanto . Orang yang aku pikirkan semalaman hadir di depan ku.

"Kok belum di chat juga " dahi ku mengkerut mendengar pertanyaan nya.

"Chat apa ya? " dalih ku berpura-pura tidak tahu.

"Bukannya kemarin sudah saya kasih kartu nama? "

"Nggak ada tuh pak" lagi-lagi aku berbohong.

"Ya udah ini di isi no kamu yah? " pak Yanto menyerah kan ponsel nya dan aku mengisi dengan nomer ponselku

"Ok makasih ya mbak".

" Iya pak sama-sama. Ya udah ya pak duluan "

"Iya mbak"

Aku segera meninggal kan pak Yanto di depan mini market. Karena teman-teman sudah banyak yang menatap ku dari dalam mini market.

"Pagi semua....!!! " sapa ku pada semua teman-teman.

"Pagi... "

"Siapa Rah? " tanya Putri.

"Temen kantor dulu waktu masih kerja di pabrik" jawabku asal untuk mengelabuhi semua teman-teman ku. Aku takut setelah mereka tahu kalau pak Yanto orang tak ku kenal bisa-bisa mereka memarahiku.

Setelah sarapan bergantian aku dan teman-teman mulai aktif dengan pekerjaan masing-masing. Pengunjung sangat ramai jadi tidak sempat pegang HP. Dan saat istirahat makan siang aku baru pegang HP.

Aku terkejut melihat ponselku penuh dengan chat darinya. Aku segera membalas. Belum aku sempat mengirim pesan itu pak Yanto sudah ada di samping ku.

"Sibuk amat mbak... "

"Eh pak Yanto maaf... " pak Yanto berani mendekati ku karena aku makan siang di tempat terpisah dengan teman-teman.

"Nama kamu siapa sih mbak"

"Aku Farah pak"

"Oh Farah, cantik ya? "

"Makasih pak, itu nama pemberian dari almarhum kakek ku pak"

"Iya orang nya juga tak kalah cantik" aku tersipu malu dan menjadi salah tingkah menata rambut poniku meski tidak berantakan.

"Bapak ini bisa aja gombalnya"

"Saya ma mana bisa gombal ini kenyataan kok" dalihnya.

Hingga makanan pun tiba kita ter hening dalam makanan masing-masing. Aku memesan bakso dan dia memesan mie ayam.

"Oh iya mbak Farah besuk sudah memasuki bulan Ramadhan ya? "

"Iya pak"

"Kamu mau nggak ikutan ngaji di masjid sebrang. Saya dan orang-orang kantor ngadain pengajian di setiap minggu pagi mbak" ajaknya.

"Belum tahu pak, soalnya kan saya kerja pak"

"Emang gak libur? "

"Gantian pak liburnya"

"Owh ok deh... "

Hingga perkenalkan itu berlangsung aku sampai lupa waktu. Ada banyak chat dari teman-teman ku yang menanyakan keberadaan ku. Mereka takut terjadi sesuatu padaku. Mengingat seminggu yang lalu aku hampir di tabrak mobil karena linglung. Frustasi di putuskan calon suamiku.

Aku segera mohon ijin pada pak Yanto untuk undur diri. Karena sudah masuk jam kerja. Pak Yanto mengiyakan. Dia tak hentinya menatap kepergian ku dengan senyum manisnya. Hatiku berdebar rasa sakit ku tentang percintaan kini mulai menghilang.

Mungkin aku terlalu bodoh dan mudah percaya dengan semua orang apalagi soal cinta aku terlalu mudah ya, mudah jatuh cinta hingga membuat ku sering tersakiti tentang cinta. Maka dari itu Risa dan teman-temanku selalu ketat mengawasi ku sekarang demi keselamatan dan kesehatan mental ku.

"Siang semua....!!! maaf yah? telat" ucapku pada semua teman-temanku yaang ternyata aku sudah telat 15 menit dari istirahat siang ku.

"Kamu nggak kenapa-kenapa kan Rah? " Diana mendekati ku.

"Nggak kok tenang aja aku aman" jawabku santai. Aku meninggal kan mereka yang masih butuh penjelasan dariku. Aku bersenandung riang sembari mendisplay barang-barang di rak.

Semua teman-temanku hanya bisa terheran dengan tingkahku. Mereka semakin takut jika nanti aku jatuh cinta pada orang yang salah lagi. Karena lelaki yang terakhir itu juga hanya lah lelaki matre.Terbukti saat Anis berpura-pura curhat kepada Taufik tentang keuangan keluargaku. Dia bercerita kalau ayahku lagi mengalami kebangkrutan dan sakit membutuhkan biaya banyak.

Dan seminggu kemudian setelah mendengar cerita itu dia tiba-tiba minta putus. Alasan nya sudah tidak cocok lagi. Selama ini aku terlalu buta akan cinta. Teman-teman ku yang baik itu menyadarkan ku akan cinta. Meski Anis hanya mengarang cerita sebenarnya itu benar apa adanya tapi itu dulu 7 tahun yang lalu toko bangunan ayah mengalami kebangkrutan dan ayah sakit keras akhirnya meninggal.

Sebenarnya aku masih sangat sayang pada Taufik lelaki tampan berkaca mata. Bagiku dia bekerja keras. Meski teman-teman tidak ada yang setuju tentang hal itu. Karena setahu mereka Taufik sering sekali meminjam uang padaku dan tak ada serupiah pun yang di kembali kan. Aku tak masalah karena akupun juga ikhlas. Mungkin ini yang di khawatir kan oleh teman-teman ku karena aku terlalu di bodohi oleh cinta.

Sudahlah itu hanya masa lalu semoga ke depan nya aku akan mendapatkan lelaki yang baik dan tulus padaku.

📩"Semangat cantik... " satu chat masuk dari pak Yanto. Membuat ku berbunga-bunga. Sepertinya aku tidak takut jatuh cinta lagi.

HIJRAH

Hingga minggu pagi aku datang di acara pengajian. Semua menyambut ku dengan senyum ramah. Padahal aku yang masih takut dan malu karena baru pertama kalinya ikut seperti itu. Apalagi tak ada yang aku kenal satupun dari mereka kecuali pak Yanto dan pak Yusuf yang berada di depan area khusus lelaki.

"Mbak Farah ya? " tanya seorang wanita kira-kira umur 30 an.

"Saya Vanny guru ngaji di sini. Nanti usai pengajian ada belajar membaca Al-Quran mbak"

"Oh iya mbak... "

Sengaja minggu pagi ini aku minta cuti sehari yang sebenarnya ini jatah cuti si Anis tapi untungnya dia memperbolehkan nya karena alasanku ingin ikut pengajian.

Karena besuk sudah memasuki bulan Ramadhan teman-teman sangat setuju dan antusias melihat aku bisa mengarah ke lebih positif. Tidak memikirkan cinta lagi. Padahal ada maksud tertentu. Astagfirullah... semoga Allah mengampuni.

"Panggil saya bu Vanny saja mbak"

"Oh iya bu, mau tanya apakah pak Yanto juga ada datang hari ini? " aku berpura-pura tanya memastikan bahwa aku tidak salah lihat.

"Iya dia datang, dia menitipkan mbak pada saya. Nanti habis dzuhur selesai acara beliau baru bisa menemui mbak"

"Sibuk amat, kayak presiden aja" celetuk ku.

"Iya mbak dia ketua di sini. Dia yang memimpin semua acara ini. Mengajak para pemuda agar lebih mencintai islam. Pemuda dan pemudi yang cerdas dan berakhlak. Semua di sini para perantau mbak, ingin belajar menjadi lebih baik. Lebih tepatnya orang berhijrah akan datang kesini. Pak Faizal itu seorang ustad yang bijak dan santun"

"Oh begitu ok deh"

Satu demi satu acara sudah terlewati dan acara belajar membaca Al-Quran pun sudah ku laksanakan. Tepat usai sholat Dzuhur ketika semua jamaah satu persatu pamit undur diri bahkan bu Vanny juga sudah pulang.

Aku duduk di depan masjid menunggu pak Yanto sesuai perintah bu Vanny.

"Assalamu'alaikum cantik" aku menoleh.

"Wa'alaikumussalam" jawabku sembari tersenyum malu.

Pak Yanto duduk di sampingku dan mengambil jarak agar tidak terlalu dekat.

"Kamu cantik sekali kalau berhijab mbak"

"Hehehe, jangan gitu ah pak jadi gede nanti kepala saya"

"Kamu itu bisa aja"

"Ini buat kamu, saya pamit dulu ya? " pak Yanto menyerahkan ku sebuah paper bag berwarna coklat.

"Hati-hati di jalan ya mbak, maaf nggak bisa nganterin. Assalamu'alaikum" pak Yanto menangkupkan kedua tangannya tanda maaf.

"Iya pak wa'alaikumsalam... " rasanya hatiku berbunga-bunga. Aku segera pulang ke kostan dengan memesan ojek online.

Sampai di kost aku segera membuka paper bag pemberian pak Yanto. Aku tercengang melihat isinya. Sebuah Al-Quran dan jilbab segi empat berwarna hijau muda. Ku raih secarik kertas di dalamnya.

"Assalamu'alaikum... mbak Farah yang cantik. Dan lebih cantik lagi kalau berhijab. Di pakai ya? jangan lupa selalu membaca Al-Quran agar hidup kita lebih tenang.Oh iya bolehkan panggil saya abang Faiz? saya masih muda kok umur saya baru 33.Dan aku juga ingin memanggilmu adek?.Kalau mbak setuju besuk habis subuh temui saya yah. Waalaikumsalam"

Setelah membaca surat itu ku letakkan kertas itu di dadaku. Dan hatiku merasakan gejolak yang tak beraturan.Berdebaran tak berkesudahan tapi di balik itu ada rasa ketenangan dan kebahagiaan.

Ya Allah apa dia jodoh yang engkau kirim ke hamba? jika benar maka mudahkanlah, jika tidak maka jangan engkau ijinkan hamba besuk untuk bertemu dengannya ya Allah. Aamiin.

Setelah aktivitas makan dan yang lain-lain aku mencoba jilbab itu. Ku kenakan dan bercermin.

"Cantik juga yah gue kalau pakai jilbab. Hahaha... "

"Tapi gue belum banyak jilbab kalau mau hijrah, masak cuci kering pakai? ya sudahlah niat aja dulu siapa tahu nanti ada yang ngasih... hahaha... dasar gue mah ngimpi... "

Setelah itu aku istirahat dan tidur siang.

.

.

.

.

.

Sengaja pagi ini mau sholat subuh di masjid dekat kost siapa tahu ketemu pak Yanto.

Ceklek.

Ku buka pintu kamarku.

"Mau kemana kamu Rah, pagi-pagi gini? "

"Eh, Astagfirullah.... Risa kamu ngagetin aja sih kayak hantu. Kapan kamu pulangnya sih? tiba-tiba nongol aja" jawabku sembari mengunci pintu kamar.

"Semalam, gue lihat lampu kamar lo udah mati gue ketok-ketok juga gak nyahut lo. Kayak kebo lo kalau tidur "

"Enak aja, gue capek tahu. Kemarin habis ikut pengajian di masjid kota"

"Tumben lo, ada angin apa nih? "

"Eh, temen mau taubat tu di dukung bukan malahan di curigai"

"Ya aneh ajalah nggak biasanya kamu kayak gini. Kamu ma aneh"

"Ini kan luar biasa. Hahaha... sudah lah gue mau ke masjid jamaah sholat subuh"

"Eh gue ikut"

"Iya cepetan"

Duh gimana ini ya? kalau nanti Risa tahu gimana? gagal dong. Ya sudahlah. Jika ini nanti aku bertemu pak Yanto berarti dia jodohku kalau nggak bertemu berarti dia bukan jodohku. Batinku.

Aku dan Risa berjalan sekitar lima menit. Dan sampailah di sana iqamah sudah di kumandangkan. Dan aku dengan Risa segera sholat subuh.

Usai sholat subuh hatiku benar-benar berdebar antara takut tidak bisa berjumpa dengan pak Yanto dan ketahuan Risa.

"Rah, yuk pulang? "

"Lo gak mau dengerin kuliah subuh dulu? "

"Emang ada? "

"Adalah... " jawabku asal. Ya semoga aja ada.

"Gue ngantuk, capek nanti pagi juga harus masuk kerja"

"Bentaran aja lah"

"Lo aja gih gue masih ngantuk"

"Ok deh, hati-hati pulangnya ya? "

"Lo juga hati-hati yah? "

"Sip" ku acung kan jempol ku.

Hatiku benar-benar lega. Setelah Risa pergi aku membereskan mukena ku kedalam tasku.

"Assalamu'alaikum.... wr. wb.. "

Belum beranjak dari duduk ku aku mencari asal salam itu. Ku lihat di mimbar ada sosok yang tak asing bagiku.

"Waalaikumsalam... wr. wb"

Eh beneran ada kuliah subuh. Hahaha... padahal cuma nyeplos tadi. Batinku.

"Bu, itu yang jadi penceramah siapa ya? " tanyaku pada ibu-ibu di samping ku. Siapa tahu kenal karena di dalam masjid masih banyak para jamaah. Para lelaki maupun perempuan.

"Itu pak Faizal mbak"

"Oh iya buk"

Aku duduk kembali mendengarkan kuliah subuh yang hanya sebentar saja. Ku amati wajahnya yang terlihat jelas di jamaah wanita.

Aku nggak salah lihat kan? itu beneran pak Yanto kan?. Deg.... iya beneran. MasyaAllah... beneran... batinku.

Usai kuliah subuh aku menunggu pak Yanto di depan masjid siapa tahu bisa ketemu. Aku duduk di serambi.

"Assalamu'alaikum... adek? "

"Waalaikumsalam... pak... eh bang Yanto eh bang Faiz" jawabku malu.

"Kamu sakit ya dek? "

"Nggak pak eh bang"

"Kok merah pipi kamu kayak tomat. Ehem... ya Humaira... "

Deg.... Sumpah jantungku berdebar tak berkesudahan. Baru kali ini gombalan lelaki dewasa membuatku tersipu malu dan salah tingkah.

"Hist, bang Faiz mah modus"

"Hahaha, sekarang sudah bisa lancar manggil abang nih? " goda nya membuatku semakin malu. Ingin rasanya bersembunyi di lubang semut saja.

"Ah abang Faiz bisa saja"

"Bisa ikut saya sebentar? "

"Iya pak eh bang"

Aku mengikutinya dan sembari ngobrol panjang lebar dan sampailah di sebuah rumah yang tak begitu besar.

"Saya ngontrak di sini bareng pak Yusuf, sekarang beliau lagi pulang kampung istrinya sakit" jelasnya.

"Silahkan duduk dek"

"Iya bang"

Pak Yanto eh bang Faiz masuk kedalam rumah itu dan aku duduk di teras. Suasana masih sedikit gelap karena masih pukul 05.00 pagi. Ku pandangi sekitar bangunan yang tak begitu mewah sederhana tapi cukup rapi dan bersih.

"Dek Farah? "

"Eh iya... " aku menoleh. Bang Faiz sudah membawa paper bag yang sangat besar sekali.

"Ini ada beberapa jilbab, tolong di pakai yah? ini dagangan istri saya"

"Wuah, kalau di suruh beli semuanya saya belum ada uang pak belum gajian. Satu aja deh pak gak apa" jawabku sedikit kecewa. Ternyata dia sudah beristri. Hatiku kecewa, aku terlalu banyak berharap.

"Eh, bukan dek... bukan. Ini semua jilbab buat kamu gratis kok. Abang kepingin kamu berhijrah " jelasnya.

"Tapi kan ini dagangan istri bapak"

"Kenapa manggil bapak lagi? "

"Eh iya abang, maaf" sedikit kecewa atas kenyataan yang seharusnya itu sudah jelas pasti.

"Kamu nggak usah khawatir. Saya tulus saya mengajak kamu untuk berhijrah. Saya tulus menyayangi kamu dek" bang Faiz mendekatkan wajahnya pada ku hingga tak ada jarak di antara kita.Sangat dekat sekali.

"Saya tulus menyayangi kamu. Kamu mau kan menjadi istri ke dua saya? "

"Hah? "

"Iya serius saya dek" jawab bang Faiz menjaga jarak lagi.

"Saya pikir-pikir lagi ya bang. Karena kita belum begitu saling mengenal"

"Iya nggak masalah dek"

Aku segera pamit karena sudah tidak gelap lagi suasana. Mungkin sekarang sudah setengah 05.30 WIB. Aku takut Risa mencari ku. Dan bang Faiz mengantarkan ku sampai depan gang kostan ku.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!