Bab 3 : Traktir Teman

"Yolandaa!"

Aku berteriak saat masuk ke dalam kamar kos teman gontok-gontokanku.

"Ada apa, sih? Happy sekali!" sahut yolanda tanpa menoleh lantaran sedang sibuk memakai bedak di depan meja riasnya. Lagipula bayanganku sudah terpantul di cermin itu.

"Beli bakso, yuk!" ajakku bersemangat. Aku pun duduk di tepi tempat tidur Yolanda lalu mengambil sebuah bantal. Kuletakan bantal itu di atas pangkuanku dan mendaratkan kedua tanganku di sana dengan posisi nyaman.

"Bakso?" Yolanda mengerutkan alis tak percaya.

"Iya. Aku yang traktir, deh!" Raut wajahku masih percaya diri.

"Wah! Kayaknya lagi banyak duit, nih. Habis ngepet di mana?" canda Yolanda seenak jidat.

"Dasar cebong! Enak saja habis ngepet!" Kujulurkan lidah mengejek.

"Memangnya kamu dapat duit dari mana? Sekarang kan masih tanggal tua. Biasanya juga makan nasi sama telur dadar atau ikan asin doang."

"Nih, dengar ya! Kemarin malam aku nolongin orang yang dompetnya dicopet. Pas aku balikin dompet itu sama pemiliknya, orang itu kasih aku uang."

Yolanda langsung memutar posisi badannya jadi menghadapku. "Nolongin orang yang kecopetan?"

Aku mengangguk beberapa kali dengan polosnya.

"Kamu lihat isi dompetnya, tidak?"

"Aku lihat karena mau cari kartu nama pemiliknya."

"Isinya banyak, tidak?" Binar mata Yolanda berapi-api menginterogasiku.

"Idih, dengar duit langsung semangat kayak karyawan mau gajian!"

Kuledek Yolanda dan serta-merta ia pun tertawa.

"Hahaha! Kenapa kamu balikin semuanya?" tanyanya lagi.

"Kok kamu tahu, aku balikin semua uangnya?" timpalku penasaran.

"Iyalah!" sergah Yolanda sangar. "Tampang polos otak dodol!"

"Jelas dong aku balikin semuanya, Yol! Itukan uangnya orang. Bukan uangku."

"Harusnya kamu ambil selembar, dua lembar, gitu."

"Lah, orangnya malah kasih aku lebih. Bukan cuma selembar, dua lembar."

"Benar kamu?" Yolanda mendekatiku. Hidungnya yang lumayan mancung mencium aroma uang di sekitarku. "Memangnya kamu dikasih berapa, Ndy?"

"Lumayanlah. Bisa buat beli buku kuliah sama traktir kamu makan lima mangkuk bakso."

"Cih! Itu sih kurang banyak!" cibirnya jutek.

"Yang penting kan lebih dari selembar, dua lembar kayak yang kamu bilang, Wek!" Kujulurkan lidah lagi mencandainya.

"Tapi sebentar lagi aku mau berangkat kerja, nih!"

"Ya sudah, kita cari warung bakso yang dekat saja!"

"Oke! Pas sekali aku memang belum makan. Tahu saja kamu, ini jam cacing ngamen. Main gitar dalam perut."

"Pssh ... Hahaha! Aku kan cacingnya. Yuk gerak! Kita makan bakso."

"Ayo!"

Yolanda dan aku pun beranjak pergi dengan berjalan kaki. Lima menit kemudian kami tiba di warung bakso favorit kami. Nama warung bakso tersebut adalah "Janda Beranak Lima".

Alasan warung bakso itu bisa menjadi warung favoritku dan Yolanda karena rasa baksonya yang memang enak. Ditambah harga semangkuk baksonya juga bersahabat. Pas di kantong anak kos yang suka mengirit pengeluaran seperti kami berdua.

Lokasinya juga tidak jauh dari indekos. Istilah kekiniannya yaitu "Terpeleset sampai", Hihihi. Jadi rate bintang dariku dan Yolanda untuk warung bakso ini adalah lima, sempurna.

Meski namanya sangar, tetapi tempat itu cukup menyenangkan. Lantaran si pemilik warung memang seorang janda yang mempunyai lima orang anak, Mpok Julaeha. Kata Mpok Julaeha banyak anak banyak rezeki. Sebab itu dia menamai warungnya Janda Beranak Lima. Supaya rezekinya banyak seperti anaknya.

Aku memesan semangkuk bakso pedas ditambah mie dan pangsit goreng. Serta teh manis dingin, sebab sedang ingin yang sederhana saja. Sedangkan Yolanda memesan seporsi nasi goreng spesial pakai telur bebek, semangkuk bakso beranak lengkap dengan anak-anaknya. Juga seporsi sate rendang jengkol dan segelas soda gembira.

Tidak menunggu lama, dua orang pelayan wanita datang ke meja kami. Mereka meletakan makanan yang telah kami pesan dengan hati-hati. Saking banyaknya pesanan Yolanda, mataku sampai terbelalak melihat ke atas meja sekarang.

"Benar-benar aji mumpung nih, Anak Kelelawar!"

"Hahaha!"

Bukannya malu, Yolanda malah terbahak-bahak.

"Ya iya lah! Sekali-kali dapat berkah dari langit."

"Yakin kamu sanggup ngabisin semua makanan ini, Yol?"

"Sadis sekali sih! Cacing di perutku yang ngamen cuma satu tapi mangkuk uang sumbangannya ada lima. Ditambah dua porsi sate jengkol lagi pun, aku masih sanggup."

Yolanda menarik kedua ujung kerah kemejanya, berlagak percaya diri.

"Ya sudah. Nanti kalau kamu masih lapar, pesan saja lagi," balasku seraya mengambil satu tusuk sate rendang jengkol milik yolanda.

Kulahap sate tersebut penuh nikmat. Melihatku makan jengkol membuat yolanda tergoda. Ia langsung mengambil satu tusuk sate juga, lantas segera memakannya.

"Ah, kenikmatan surga tiada tara!" ungkapnya puas. Yolanda benar-benar menikmati setiap gigitannya.

"Memangnya di surga ada jengkol?" tanyaku lugu.

"Tidak tahu. Aku belum pernah ke sana." Gadis berambut lurus berwarna hitam itu mengedikan kedua bahu.

"Lah, jadi yang kamu bilang surga yang mana?"

Satu sudut bibir Yolanda terangkat. "Surga dunia dong, Sayang!"

Aku mencebik manja. Kemudian kutusukan garpu ke dalam bakso pedasku. Menggigitnya sedikit lalu mengunyahnya. Seketika kelezatan langsung lumer di atas lidahku.

"Wah, benar-benar enak baksonya, Yol!"

"Coba! Coba! Aku mau coba!" pinta yolanda antusias.

Aku pun memberikan garpu berisi bakso padanya. Ia menggigit dan pada hitungan detik berikutnya merasakan hal yang sama.

"Iya, enak!" ungkap Yolanda, jujur.

"Pintar ya Mpok Julaeha buat baksonya," kataku memuji si empunya warung.

"Dia kan janda, sudah pengalaman kali."

Lagi-lagi Yolanda bercanda sembari cengar-cengir tidak jelas.

"Hush! Gosip saja. Nanti kalau Mpok Julaeha dengar, bisa dijambak kita berdua. Dia lagi berdiri di belakang meja kasir, tuh!" omelku dengan gerakan kepala menunjuk ke belakang.

"Hehe ... Ya sudah. Yuk, makan yuk!"

"Hhmm...."

Aku berdeham lalu melahap bakso pedasku lagi.

**

Tiga hari setelahnya.

Rinai hujan yang turun di pagi hari, akhir bulan November begitu syahdu. Kupeluk diriku sendiri guna menghangatkan tubuh yang kedinginan. Lantas kukenakan sandal jepit dari indekos menuju kantor tempatku bekerja magang. Rencananya akan kuganti sandal jepit itu dengan flat shoes di dalam toilet khusus pekerja wanita setibanya aku nanti.

Gedung perusahaan G. F Company.

"Hhmmm ... Basah! Basah! Basah!" celotehku selagi mengeringkan rambut dengan handuk kecil. Usai turun dari angkutan umum, aku memang terkena tetesan air hujan saat berlari dari pinggir jalan menuju lobi utama gedung perusahaan G.F Company.

Aku seorang pekerja magang di perusahaan multinasional tersebut. Karena aku kuliah di jurusan manajemen pemasaran, jadi perusahaan tempatku bekerja magang menempatkan aku di bagian pemasaran pula.

Beberapa waktu berlalu, hujan akhirnya reda. Matahari pun mulai menghangatkan udara dan cuaca. Selesai makan siang di kantin perusahaan, aku melanjutkan tugasku, mengetik laporan perencanaan pemasaran produk terbaru untuk tiga bulan ke depan.

Mbak Sheryn, sekretaris direktur pemasaran yang memberikan tugas itu padaku. Selain cantik dan masih muda, Mbak Sheryn juga seorang yang baik hati. Dari sejak pertama kali aku masuk bekerja, wanita itu sudah bersikap ramah. Tak sungkan membantuku mengatasi pekerjaan yang sulit kulakukan.

Perut yang kenyang membuatku jadi lebih berkonsentrasi. Mataku fokus menatap layar komputer. Jari-jariku sedang lincah mengetik papan keyboard ketika tiba-tiba Mbak Sheryn memanggil.

"Andy!"

Ia berjalan gemulai di atas high heels seraya menghampiri meja kerjaku.

"Iya, Mbak. Ada apa?" sahutku pelan.

"Tolong bawa dokumen ini ke ruang rapat di lantai 11 ya. Kasih sama Pak Rudy. Tadi Pak Rudy lupa bawa ke ruang rapat."

Mbak Sheryn menyerahkan sebuah dokumen yang cukup tebal padaku untuk diberikan pada Pak Rudy. Pak Rudy sendiri adalah direktur pemasaran di perusahaan ini.

"Iya Mbak."

Aku mengangguk singkat. Kuambil dokumen yang disodorkan Mbak Sheryn tadi.

"Sekarang ya, Ndy. Rapatnya sebentar lagi dimulai."

"Baik Mbak."

Segera aku bangkit dari kursi. Bergegas pergi menuju ruang rapat di lantai 11.

Pintu lift merapat setelah aku masuk ke dalam. Jari telunjukku menekan tombol angka 11 yang terletak di dekat pintu. Ketika lift sudah naik dua lantai, tiba-tiba lift itu berdenting dan kembali terbuka. Ada seseorang yang menekan tombol dari luar.

"Eh...."

Sekonyong-konyong aku menggerutu pelan.

Dag! Dig! Dug! Serrrr!

Seperti mengetahui sinyal yang diberikan oleh mataku. Refleks hatiku jadi berdebar. Kenapa bisa berdebar?

***

BERSAMBUNG...

Terpopuler

Comments

Frau Zasky

Frau Zasky

smangatt aku nya😁😁

2020-04-25

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Diary Andy
2 Bab 2 : Tuan Asland Garland
3 Bab 3 : Traktir Teman
4 Bab 4 : Pria Misterius Itu Adalah?
5 Bab 5 : Yolanda
6 Bab 6 : Kabar Dari Tante Teresha
7 Bab 7 : Hari Yang Kelabu
8 Bab 8 : Banyak Jalan menuju Roma
9 Bab 9 : Seorang Pengemis
10 Bab 10 : Pahlawan
11 Bab 11 : Surat Perjanjian
12 Bab 12 : Pulang
13 Bab 13 : Bertemu Lagi
14 Bab 14 : Upik Abu Dan Cinderella
15 Bab 15 : Lowongan Kerja Jadi Pelakor
16 Bab 16 : Menunggu
17 Bab 17 : Lamaran Perbudakan
18 Bab 18 : Karet Pengaman
19 Bab19 : Nyonya Maria Constancygelux
20 Bab 20 : Jaga Jarak 10 Meter
21 Bab 21 : Kain Segiempat Pengaman
22 Bab 22 : Gadis Ca-bul
23 Bab 23 : Ikan Asin Sambal
24 Bab 24 : Itik Buruk Rupa
25 Bab 25 : Pangeran Bulan
26 Bab 26 : Genggaman Tangan
27 Bab 27 : Kesepian
28 Bab 28 : Seorang Pimpinan Kejam
29 Bab 29 : Sosok Baru
30 Bab 30 : Penata Rias Pribadi
31 Bab 31 : Pesta Ulang Tahun Yolanda
32 Bab 32 : Si Dermawan
33 Bab 33 : Tuan Otoriter
34 Bab 34 : Obat Tolak Cinta
35 Bab 35 : Kecupan Pertama
36 Bab 36 : Sate Jengkol
37 Bab 37 : Sakit Perut
38 Bab 38 : Sunflower Cafe
39 Bab 39 : Michael Patrickson
40 Bab 40 : Casanova
41 Bab 41 : Harapan Di Udara
42 Bab 42 : Mau Jadi Pacarku?
43 Bab 43 : Rindu
44 Bab 44 : Dia Kembali
45 Bab 45 : Buah Tangan Dari Tokyo
46 Bab 46 : Isi Kotak Warna Hitam
47 Bab 47 : Pelecehan
48 Bab 48 : Ciuman Resmi
49 Bab 49 : Tarian Dalam Gerimis
50 Bab 50 : Dilarang Jatuh Cinta
51 Bab 51 : Pembantu Durhaka
52 Bab 52 : Melarikan Diri
53 Bab 53 : Curahan Hati
54 Bab 54 : Fly Me To The Moon
55 Bab 55 : Uang Tebusan
56 Bab 56 : Semua Terserah Padamu
57 Bab 57 : Terciduk
58 Bab 58 : Tragedi Jus Jeruk
59 Bab 59 : Cinta Dan Benci
60 Bab 60 : Tipe Pencemburu
61 Bab 61 : Aku Mencintaimu, Tuan Asland
62 Bab 62 : Istri Tuan Asland
63 Bab 63 : Sandiwara
64 Bab 64 : Juru Masak Dadakan
65 Bab 65 : Ba-bi Dan Monyet
66 Bab 66 : Pasangan Di Musim Semi
67 Bab 67 : Hasrat Bercumbu
68 Bab 68 : Hubungan Tanpa Status
69 Bab 69 : Hadiah Menjadi Karyawan Tetap
70 Bab 70 : Kejutan Yang Gagal
71 Bab 71 : Patah Hati
72 Bab 72 : Hubungan Merenggang
73 Bab 73 : Kecupan Mickey
74 Bab 74 : L.O.V.E
75 Bab 75 : Rahasia Mickey
76 Bab 76 : Semua Misteri Terbongkar
77 Bab 77 : Black Pearl
78 Bab 78 : Dilabrak Istri Tuan Asland
79 Bab 79 : Meninggalkan Blue Tower Building
80 Bab 80 : Kembali Ke Indekos
81 Bab 81 : Masihkah Kau Mencintaiku?
82 Bab 82 : Meminta Rujuk
83 Bab 83 : Pekerjaan Baru
84 Bab 84 : Babak Belur
85 Bab 85 : Malangnya Nasibku
86 Bab 86 : Perceraian
87 Bab 87 : Tentang Rumah Tangga Mereka
88 Bab 88 : Penjaga Toko Buku
89 Bab 89 : Pertemuan Tak Terduga
90 Bab 90 : Musim Gugur Di Hatiku
91 Bab 91 : Menjemput Impian
92 Bab 92 : Lamaran Pernikahan
93 Bab 93 : Foto Profil Baru
94 Bab 94 : Membuat Gaun Pengantin
95 Bab 95 : Tentang Tuan Asland
96 Bab 96 : Cinta Tak Direstui
97 Bab 97 : Dia Seperti Pelangi
98 Bab 98 : Backstreet
99 Bab 99 : Dicampakkan
100 Bab 100 : Testpack
101 Bab 101 : Harapan Terakhir Mama
102 Bab 102 : Babak Baru
103 Bab 103 : Pernikahan Itu Tiba
104 Bab 104 : Malam Pengantin
105 Bab 105 : Sarapan Ala Pengantin Baru
106 Bab 106 : Sebuah Mansion
107 Bab 107 : Gelora Cinta
108 Bab 108 : Tipu Muslihat Mickey
109 Bab 109 : 100 Peraturan Istri
110 Bab 110 : Salah Pegang
111 Bab 111 : Guru Privat
112 Bab 112 : Karma Nyonya Maria
113 Bab 113 : Keguguran
114 Bab 114 : Istri Kesepian
115 Bab 115 : Belajar Menerima Takdir
116 Bab 116 : Membalas Nyonya Maria
117 Bab 117 : Meminta Rujuk
118 Bab 118 : Pembuktian Cinta
119 Bab 119 : Membangun Kepercayaan
120 Bab 120 : Lembur
121 Bab 121 : Bulan Madu
122 Bab 122 : Sebuah Rahasia Terkuak
123 Bab 123 : Nyonya Sussanne Morganoe
124 Bab 124 : Akhir Kisah Diary Andy
Episodes

Updated 124 Episodes

1
Bab 1 : Diary Andy
2
Bab 2 : Tuan Asland Garland
3
Bab 3 : Traktir Teman
4
Bab 4 : Pria Misterius Itu Adalah?
5
Bab 5 : Yolanda
6
Bab 6 : Kabar Dari Tante Teresha
7
Bab 7 : Hari Yang Kelabu
8
Bab 8 : Banyak Jalan menuju Roma
9
Bab 9 : Seorang Pengemis
10
Bab 10 : Pahlawan
11
Bab 11 : Surat Perjanjian
12
Bab 12 : Pulang
13
Bab 13 : Bertemu Lagi
14
Bab 14 : Upik Abu Dan Cinderella
15
Bab 15 : Lowongan Kerja Jadi Pelakor
16
Bab 16 : Menunggu
17
Bab 17 : Lamaran Perbudakan
18
Bab 18 : Karet Pengaman
19
Bab19 : Nyonya Maria Constancygelux
20
Bab 20 : Jaga Jarak 10 Meter
21
Bab 21 : Kain Segiempat Pengaman
22
Bab 22 : Gadis Ca-bul
23
Bab 23 : Ikan Asin Sambal
24
Bab 24 : Itik Buruk Rupa
25
Bab 25 : Pangeran Bulan
26
Bab 26 : Genggaman Tangan
27
Bab 27 : Kesepian
28
Bab 28 : Seorang Pimpinan Kejam
29
Bab 29 : Sosok Baru
30
Bab 30 : Penata Rias Pribadi
31
Bab 31 : Pesta Ulang Tahun Yolanda
32
Bab 32 : Si Dermawan
33
Bab 33 : Tuan Otoriter
34
Bab 34 : Obat Tolak Cinta
35
Bab 35 : Kecupan Pertama
36
Bab 36 : Sate Jengkol
37
Bab 37 : Sakit Perut
38
Bab 38 : Sunflower Cafe
39
Bab 39 : Michael Patrickson
40
Bab 40 : Casanova
41
Bab 41 : Harapan Di Udara
42
Bab 42 : Mau Jadi Pacarku?
43
Bab 43 : Rindu
44
Bab 44 : Dia Kembali
45
Bab 45 : Buah Tangan Dari Tokyo
46
Bab 46 : Isi Kotak Warna Hitam
47
Bab 47 : Pelecehan
48
Bab 48 : Ciuman Resmi
49
Bab 49 : Tarian Dalam Gerimis
50
Bab 50 : Dilarang Jatuh Cinta
51
Bab 51 : Pembantu Durhaka
52
Bab 52 : Melarikan Diri
53
Bab 53 : Curahan Hati
54
Bab 54 : Fly Me To The Moon
55
Bab 55 : Uang Tebusan
56
Bab 56 : Semua Terserah Padamu
57
Bab 57 : Terciduk
58
Bab 58 : Tragedi Jus Jeruk
59
Bab 59 : Cinta Dan Benci
60
Bab 60 : Tipe Pencemburu
61
Bab 61 : Aku Mencintaimu, Tuan Asland
62
Bab 62 : Istri Tuan Asland
63
Bab 63 : Sandiwara
64
Bab 64 : Juru Masak Dadakan
65
Bab 65 : Ba-bi Dan Monyet
66
Bab 66 : Pasangan Di Musim Semi
67
Bab 67 : Hasrat Bercumbu
68
Bab 68 : Hubungan Tanpa Status
69
Bab 69 : Hadiah Menjadi Karyawan Tetap
70
Bab 70 : Kejutan Yang Gagal
71
Bab 71 : Patah Hati
72
Bab 72 : Hubungan Merenggang
73
Bab 73 : Kecupan Mickey
74
Bab 74 : L.O.V.E
75
Bab 75 : Rahasia Mickey
76
Bab 76 : Semua Misteri Terbongkar
77
Bab 77 : Black Pearl
78
Bab 78 : Dilabrak Istri Tuan Asland
79
Bab 79 : Meninggalkan Blue Tower Building
80
Bab 80 : Kembali Ke Indekos
81
Bab 81 : Masihkah Kau Mencintaiku?
82
Bab 82 : Meminta Rujuk
83
Bab 83 : Pekerjaan Baru
84
Bab 84 : Babak Belur
85
Bab 85 : Malangnya Nasibku
86
Bab 86 : Perceraian
87
Bab 87 : Tentang Rumah Tangga Mereka
88
Bab 88 : Penjaga Toko Buku
89
Bab 89 : Pertemuan Tak Terduga
90
Bab 90 : Musim Gugur Di Hatiku
91
Bab 91 : Menjemput Impian
92
Bab 92 : Lamaran Pernikahan
93
Bab 93 : Foto Profil Baru
94
Bab 94 : Membuat Gaun Pengantin
95
Bab 95 : Tentang Tuan Asland
96
Bab 96 : Cinta Tak Direstui
97
Bab 97 : Dia Seperti Pelangi
98
Bab 98 : Backstreet
99
Bab 99 : Dicampakkan
100
Bab 100 : Testpack
101
Bab 101 : Harapan Terakhir Mama
102
Bab 102 : Babak Baru
103
Bab 103 : Pernikahan Itu Tiba
104
Bab 104 : Malam Pengantin
105
Bab 105 : Sarapan Ala Pengantin Baru
106
Bab 106 : Sebuah Mansion
107
Bab 107 : Gelora Cinta
108
Bab 108 : Tipu Muslihat Mickey
109
Bab 109 : 100 Peraturan Istri
110
Bab 110 : Salah Pegang
111
Bab 111 : Guru Privat
112
Bab 112 : Karma Nyonya Maria
113
Bab 113 : Keguguran
114
Bab 114 : Istri Kesepian
115
Bab 115 : Belajar Menerima Takdir
116
Bab 116 : Membalas Nyonya Maria
117
Bab 117 : Meminta Rujuk
118
Bab 118 : Pembuktian Cinta
119
Bab 119 : Membangun Kepercayaan
120
Bab 120 : Lembur
121
Bab 121 : Bulan Madu
122
Bab 122 : Sebuah Rahasia Terkuak
123
Bab 123 : Nyonya Sussanne Morganoe
124
Bab 124 : Akhir Kisah Diary Andy

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!