Black Pearl
Langit siang mulai tampak abu-abu. Kencangnya angin membelai rambutku yang terurai. Aku sedang berjalan santai menuju sebuah indekos yang hanya berjarak beberapa meter lagi dari posisiku sekarang, sembari menikmati cuaca siang ini yang menurutku malah cerah. Tidak terlalu panas dan tidak pula turun hujan.
Langit mendung menurutku malah menciptakan cuaca yang romantis, tetapi aku juga suka hujan. Biasanya akan ada hal ajaib yang terjadi pada saat itu. Tangan kananku menenteng sekantong plastik berisi mie yang kubeli dari mini market terdekat. Biasa, anak kos sepertiku pasti akan mengirit kalau sudah tanggal tua ataupun kepepet duit.
Kamar kosku tidak terlalu luas tetapi juga tidak sempit. Harganya juga lumayan murah untuk bisa kubayar perbulan uang sewanya. Pas di sebelah kamarku, ada kamar teman gontok-gontokanku, namanya Yolanda. Di bab selanjutnya akan kuceritakan tentang si Yolanda.
Kuseduh sekotak mie rasa favoritku dalam sebuah wadah berbahan stainless. Setelahnya kuletakan mie tersebut di atas nakas. Pandanganku sekarang mengarah ke jendela kamar yang terbuka. Melihati rinai rintik hujan yang turun melesat dengan cepatnya. Entah mengapa, ada perasaan damai nan tentram bila melihat tetes demi tetes air yang turun dari langit.
Sambil menunggu air panas mematangkan mie yang kuseduh tadi, iseng, kuambil gawai yang sedari tadi tergeletak di atas tempat tidur. Terniat di dalam hati ingin menghubungi mama. Sudah lumayan lama aku tidak menghubungi beliau.
Ddrrtt... Ddrrtt... Ddrrtt...
Usai beberapa kali dering panggilan mengudara, barulah mama menjawab panggilan teleponku.
"Halo Mama," sapaku girang
"Andy Sayang, bagaimana kabarmu, Nak? Baik baik saja kan, Nak?"
Aku tersenyum mendengar celotehan mama yang begitu khawatir dari seberang.
"Iya Ma. Anak Mama sehat kok. Baik-baik saja."
"Mama khawatir karena kamu jauh, Nak. Apalagi tinggal sendirian di kota besar. Cuma ada Yolanda yang menemani kamu di sana. Oh ya, bagaimana kabar Yolanda?"
"Dia juga baik Ma. Kabar Tante Teresha bagaimana, Ma?"
"Tante Teresha baik, Andy. Sepupu kamu, Meera, dia juara satu lomba melukis di sekolahnya. Adiknya yang kecil Ricky, baru saja masuk sekolah dasar."
"Wah, hebat-hebat ya mereka! Titip salam buat Tante Teresha dan keluarga di sana ya, Ma."
"Ya Sayang, nanti Mama sampaikan. Kamu sudah makan, Nak?"
"Sudah Ma, barengan sama Yolanda tadi."
"Makan apa Sayang?"
"Makan ayam, Ma. Beli satu ekoran. Yolanda yang masak tadi. Mama sudah makan?"
Terpaksa aku berbohong supaya mama tidak khawatir.
"Mama senang kalau kondisi kamu terjaga di sana, Nak. Mama juga sudah makan. Tadi Tante Teresha masak bubur ayam."
"Hhmm, pasti enak bubur ayam buatan Tante Teresha."
"Kapan kamu ke sini? Kalau kamu ke sini, nanti Mama buatkan bubur ayam juga."
"Eum, belum tahu, Ma. soalnya aku baru seminggu bekerja magang. Mungkin belum bisa ambil izin libur."
"Ya sudah tidak apa-apa. Kamu fokus saja kerja magangnya. Jangan terlambat makan dan banyak minum air hangat, ya. Apalagi sekarang lagi musim hujan."
"Iya Ma. Mama juga jangan terlambat makan. Kalau ada yang Mama mau bilang saja. Jangan sungkan, aku usahakan buat kasih yang Mama mau."
"Sayang, Mama cuma mau kamu jaga diri baik-baik di sana. Kalau kamu sehat, bahagia. Itu sudah lebih dari cukup buat Mama."
"Terima kasih Mama, sudah jadi ibu yang paling baik sedunia. Love you Mama."
"Mama juga sayang kamu, Andy."
"Ma, sudahan dulu ya teleponnya. Aku mau istirahat."
"Ya Sayang, istirahatlah. Mama juga mau menjahit baju, ada pesanan dari keluarga Pak Bobby. Mereka mau jahit baju seragaman."
"Baik deh, Ma. Dah Mama...."
"Dah Andy."
Tut! Tut! Tut!
Obrolan antara aku dan mama pun usai. Kutengok lagi cuaca di luar dari jendela yang sama. Hujan masih sama derasnya. Sesekali gemuruh juga menyapa. Ah, sungguh suasana yang kontras untuk rebahan dan tidur siang.
Kricuk... Kricuk... Kricuk...
Tanpa sadar suara perutku berbunyi. Mungkin cacing di dalamnya sudah kelaparan minta diberi makan. Lantas kulihat mie yang sudah kuseduh sedari tadi.
Whoaa! Astagaaa!
Betapa terkejutnya aku. Ternyata besarnya sudah mirip ular piton. Ini pasti karena aku terlalu lama mengobrol dengan mama. Mieku sudah mengembang, melar kiri dan melar kanan. Segera kumasukan garpu ke dalam kumpulan mie yang berbelit-belit itu, memutar garpunya dan melahap mienya.
"Ah, enak sekali!" gumamku lalu melanjutkan makan siang.
**
Keesokan harinya di kala senja.
Kubuka dompetku yang berwarna merah muda lalu menghitung uang yang ada di dalamnya. Yang tersisa cuma ada empat lembar uang kertas berwarna merah juga tiga lembar yang berwarna biru. Sedangkan lainnya hanya tinggal pecahan kecil saja.
"Cukup tidak ya sampai menunggu gaji pertama bekerja magang?" tanyaku dengan wajah murung.
Nasib! Nasib! Ah, miskinnya aku. Bahkan kuntilanak saja levelnya lebih kaya sampai bisa extension rambut jadi panjang. Lah aku, masuk kategori fakir miskin dan rakyat jelata. Rautku cemberut sedih, meratapi hidup yang serba kekurangan, tetapi aku berusaha semaksimal mungkin untuk bisa mencukupi hidupku dan juga membantu mama.
Tak sengaja mataku menoleh foto yang ada di slot dompet. Foto Andy Frederica. M. Gadis dengan wajah berbentuk oval, sepasang mata bundar dan bibir merah muda yang mungil. Aku beritahu, huruf M di akhir namaku adalah singkatan dari Maldyvi. Namaku yang asli adalah Andy Frederica Maldyvi.
Bicara tentang Maldyvi, kata itu diambil dari awalan nama mama yaitu Maldy. Dan Vi adalah awalan nama papa yaitu, Victor. Bila digabungkan jadilah kata Maldyvi. Mamaku, adalah wanita kuat yang mengasuhku dari kecil sebagai orang tua tunggal. Dari pekerjaan mama yang berprofesi sebagai penjahit-lah, Mama bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari kami.
Tidak banyak yang kuketahui tentang papa. Kenapa hanya ada aku dan mama? Di mana keberadaan papa? Mama hanya bilang kalau nama papa adalah Victor. Ia sudah lama pergi meninggalkan kami dan tidak pernah kembali lagi.
Sesekali di dalam hati, ingin rasanya aku bertanya pada mama, alasan apa yang membuat mereka terpisah antara satu sama lain. Namun, kuurungkan niatku itu. Lantaran aku tidak takut melukai mama. Memaksanya kembali mengingat luka lama yang sudah berhasil ia singkirkan demi bisa membesarkan dan membahagiakanku.
Berlanjut ke cerita tentangku. Aku seorang mahasiswi di sebuah universitas swasta dan rencanaku sore ini adalah, ingin memberikan hadiah pada adik sepupuku-Meera karena dia baru memenangkan perlombaan melukis.
Untuk hadiah kemenangannya, aku ingin memberinya poster BTS (Grup penyanyi pria dari Korea Selatan) yang sangat besar. Sampai poster itu bisa dengan jelas memperlihatkan wajah bahkan lubang hidung dari semua anggota penyanyi itu. Agar Meera puas melihatnya.
**
Hari sudah sangat gelap ketika aku berjalan pulang menuju indekos. Hadiah yang kucari untuk Meera juga sudah kudapatkan. Udara malam ini cukup dingin lantaran beberapa hari terakhir sering hujan deras. Apalagi sekarang bulan November. Itu sebabnya aku selalu membawa sebuah payung lipat di dalam tas untuk berjaga-jaga kalau mendadak turun hujan.
Namun, dari kejauhan tepatnya di pinggir jalan yang sepi. Kulihat sesuatu yang aneh terjadi. Terlihat ada tiga orang yang terlibat, tetapi satu di antara mereka nampak begitu lemah, lunglai seperti orang yang sedang mabuk. Dua orang lainnya berdiri tegak merapatkan tubuh mereka pada seseorang yang terlihat lemah tadi.
Lalu apa yang terjadi?
Dua orang itu memukul pria yang lemah hingga pria itu jatuh tersungkur ke tanah.
"Astaga naga, apa yang kulihat ini!"
Seketika aku panik. Selang beberapa detik setelahnya terdengar seseorang berteriak copet.
"Copet! Copet! Copet!"
Akan tetapi, yang membuatku lebih panik adalah karena dua orang yang memukul pria lemah tadi belari ke arahku.
"Ya ampun! Bagaimana ini?" Aku bingung setengah mati. Kakiku sampai gemetaran.
Dan, Braak!
"Akh!"
Dua orang yang berlari tadi ternyata keduanya adalah pria. Mereka menabrakku karena terburu-buru ingin kabur. Membuatku jatuh tersungkur ke tanah.
"Copet! Copet!" teriak seseorang yang tertinggal di belakang.
orang itu berlari sempoyongan mengejar dua pria yang kabur tadi. Namun nahas, ia malah jatuh lagi terjerembab ke tanah. Jarak kami cukup dekat hingga aku yakin dia ternyata seorang pria juga.
Ketika melihatnya tak berdaya, tetapi tetap berusaha mengejar para pencopet tadi membuat hasrat keberanianku muncul.
Jreng! Jreng! Jreng!
Aku pun berubah menjadi pahlawan kemalaman. Sekonyong-konyong bangkit hendak mengejar para pencopet tadi.
"Tolong! Copet! Copet! Ada Copet di sana," teriakku sambil berlari dan menunjuk ke arah para pencopet tadi.
Dua pencopet tadi mau menyebrang jalan tetapi terjebak oleh mobil dan kendaraan roda dua yang padat memenuhi jalan karena lampu merah sedang menyala. Sementara aku masih meneriaki mereka dari belakang.
Orang-orang pun mulai memperhatikan aku karena mendengar suaraku yang kencang. Mereka akhirnya mulai ikut mengejar dua pencopet tadi. Keadaan kini menjadi semakin riuh dan ramai. Bernasib tak mujur, aksi dua pencopet tadi berhasil dipatahkan.
Aku berlari menuju kerumunan tersebut dan seseorang menyerahkan dompet yang tadi dibawa kabur oleh para pencopet tadi padaku. Sempat kulihat wajah para pencopet itu jadi babak belur karena dihajar massa. Untung saja mobil patroli cepat datang. Polisi pun memborgol mereka kemudian membawa keduanya pergi dari kerumunan.
"Ini dompet laki-laki yang sempoyongan tadi," kataku tatkala melihat benda segiempat yang ada dalam genggamanku.
Aku ingat pria itu jatuh tersungkur ke tanah. Bergegas aku pergi menuju lokasi pertama kali aku melihatnya. Namun, apa yang terjadi selanjutnya?
Hilang, pria itu hilang entah ke mana. Sudah tidak ada lagi di tempat kejadian perkara. Aku berkeliling, berputar-putar mencari di sekitar lokasi pria itu jatuh, tetapi tetap tidak kutemukan. Jejaknya pun tidak membekas. Seperti hilang ditelan bumi, digondol demit atau dibawa kabur oleh alien. Hanya ada sebuah dompet ditanganku yang masih tersisa.
***
Bagaimana kelanjutan kisah Andy? Berhasilkah Andy mengembalikan dompet itu? Dan siapakah pemiliknya?
Halo Reades, salam kenal sayang dari Author, penulis cerita ini. Ini cerita pertama yang Author konsep sejak tahun 2015. Tapi baru sekarang Author niat untuk nyelesaiin cerita ini. Mohon maaf kalau tulisannya belum bagus dan kosa katanya ada yang salah.
Terima kasih untuk yang support dan kasi saran. Semoga awal bab ini menarik daya baca kalian untuk menunggu dan membaca kelanjutan ceritanya lagi. Happy reading!
Sehat selalu ♡
Mayu Assanna
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Win_dha88
udah pernah baca...
tapi baca ulang lagi,,akh ..
2022-02-10
1
Neny Putri Julirinni
nyimak
2021-08-19
1
Azam Naya
AQ suka novel kaya gini,,, ada alurnya trus kata" nya jg bagus ko ,,, semangattt ya
2020-12-27
1