“Apanya yang Taman Kecil?”
Setelah itu ia tutup kembali panel itu. Hal yang pertama lihat mungkinlah sebuah awal perjalanan baginya. Sebuah rumah sederhana yang tidak besar. Atapnya terbuat dari rerumputan hijau muda dengan cerobong asap yang kini membumbungkan asap putihnya ke udara.
Terbuat dari bata merah yang sangat kokoh. Di depannya terdapat sebuah pintu depan yang terbuat dari kayu cokelat muda dengan dua buah jendela batu bata merah cerah yang mulai rapuh. Tanpa halangan sedikit pun.
Ryan cukup penasaran dengan rumah itu dan akhirnya ia pun berjalan ke sana. Langkah kakinya cukup ringan, angin kembali bertiup sedikit kencang kali ini. Awan-awan yang tampak nyata mengambang lambat di langit sana.
Setelah ia sampai tepat di depan rumah itu, Ryan pun mengetuk pintu dengan pelan. Samar tapi pasti sebuah langkah kaki terdengar dari dalam. Kemudian pintu itu terbuka dan menampakkan seorang lelaki setinggi dirinya.
Rambutnya cokelat pendek, dengan dua buah mata berpupil hitam. Ketika lengannya ia geser untuk membuka pintu lebih lebar. Kini ia dapat melihat sepenuhnya laki-laki itu. Menggunakan kaos putih lengan pendek dengan rompi kulit.
Bercelana panjang cokelat serta menggunakan sepatu cokelat. Tepat di atas kepalanya ada sebuah tanda tanya berwarna merah.
“Maaf, Anda siapa ya?”
Bukan hanya suaranya saja, ekspresi, gestur, hingga tingkah lakunya mirip seperti manusia asli. Walaupun sebenarnya dia adalah seorang NPC—Non Player Character.
“Tidak usah seformal itu, namaku Ryan aku seorang pengelana.”
Lalu NPC itu seperti terlihat senang ketika mendengar bahwa Ryan adalah seorang pengelana. Ia pun langsung membiarkan Ryan masuk ke dalam rumah. Dengan malu-malu Ryan pun masuk walaupun sedikit gugup.
Kelemahan Ryan yang pertama, gugup ketika bertemu dengan orang asing walaupun itu seorang NPC atau hologram sekali pun. Jadi ia sedikit waspada, tetapi kewaspadaannya itu mencair ketika ia di persilahkan duduk di kursi kayu.
NPC itu juga membawa beberapa kue kering dengan toping kismis di atasnya. Segelas air putih dan juga satu piring kayu berisikan permen yang tampaknya manis. Ia menaruhnya di atas meja kayu dekat perapian berada. NPC itu juga kini ikut duduk dan ia saling berhadapan dengan Ryan.
“A-apakah aku boleh memakannya?”
Tanya Ryan meragu, wajahnya sedikit berkeringat lantaran sudah lama sekali ia tidak pernah dibawakan makanan seperti ini. Walau di dunia virtual sekali pun.
“Ah... tentu saja, boleh kok. Saya adalah Lesta, seorang pembuat kue kering.”
Ryan pun mengambil kue kering itu lalu ia mengunyahnya dengan pelan. Tidak seperti ramuan yang tidak enak ataupun tanpa rasa, kue itu mempunyai rasa manis dan sedikit rasa kecut akibat buah kismisnya. Lalu ketika ia melihat ke arah NPC itu sebuah nama muncul di atas kepalanya, Lesta.
Tampaknya NPC yang belum di ketahui namanya akan memunculkan namanya sendiri apabila NPC itu sendiri yang memberitahukan namanya. Ryan pun mencatat itu di dalam kepalanya.
“Sebenarnya tidak lama ini beberapa gerombolan Wild Rabbit menyerang persediaan bahan makanan di dalam hutan, aku ingin meminta bantuanmu untuk menumpas mereka. Apakah kau mau membantuku, Ryan?”
Lalu sebuah panel kecil muncul di depan wajah Ryan yang tampaknya tidak bisa di lihat oleh Lesta. Di panel itu terdapat sebuah misi yang isinya ...
[Kill The Wild Rabbit, Accept This Quest—Yes or No?]
Lesta masih menunggu jawaban Ryan, ia berharap bahwa permintaannya itu di kabulkan walau pun tidak seberapa. Tetapi sebelum itu Ryan menyentuh tanda panah yang menghadap ke bawah pada bagian samping bawah panel itu. Lalu muncul beberapa syarat yang harus di penuhi dan imbalan yang akan di dapatkan.
[Requirement]: - Kill Wild Rabbit 0/5
[Reward] : - Steel Dagger x 01
- 200 Gill
Setelah melihat itu Ryan tersenyum kecil lalu mengetuk panel Yes. Ia pun mengangguk pelan ...
“Aku akan menerimanya”
“Ahh... terima kasih, kalau begitu semoga kau berhasil, Ryan.”
Lesta pun berdiri sambil tersenyum senang. Ia pun langsung menjabat tangan Ryan dengan cepat, naik-turun-naik-turun. Setelah itu Ryan mengambil beberapa permen yang di bungkus oleh daun hijau untuk di bawa.
Ia simpan permen itu ke dalam saku kemeja hitamnya. Lalu muncul sebuah notifikasi ...
[Obtain Small Candy x6]
Untuk memastikan bahwa permen itu telah tersimpan dengan baik. Ryan mengodok sakunya kembali kemudian mengambil satu buah permen, ia buka bungkus daunnya lalu mengunyahnya pelan. Rasa yang ditimbulkan dari permen itu manis-masam seperti anggur.
Lesta yang melihat wajah Ryan tersenyum senang, kini ia juga ikut tersenyum kecil. Ryan pun berbalik lalu segera berjalan keluar rumah. Lesta pun melambaikan tangannya.
Setelah berada di luar rumah Lesta. Hal yang pertama kali ia lakukan adalah menampilkan Map Area, Ryan pun langsung menyentuh gulungan yang terbuka pada bagian ujung atas kanan. Suara whuss terdengar kembali, lalu panel raksasa muncul di depan Ryan.
Tampilan Map kali ini berupa World, Area, Dungeon dan juga Pillar. Terletak pada bagian atasnya, kini ia melihat World Map gelap seutuhnya. Hanya menyisakan sepetak kecil cahaya di samping kanannya. Lingkaran berbentuk kompas berada di bagian samping kanan atas Map itu.
Kemudian ia menggeser layar itu hingga akhirnya sampai pada Area Map, di lihatnya dengan seksama. Ternyata sekarang ia berada di Wind Hill, West Green Plain. Ternyata eh ternyata berada di bagian barat sebuah padang rumput.
Tetapi misinya kali ini harus membasmi sekumpulan Wild Rabbit di dalam hutan. Lalu pada bagian panel Quest, Ryan melihat sebuah misi dengan nama [Release The Food’s Stock]
“Release The Food’s Stock?”
Ryan cukup bingung misi apa itu? Apakah itu misi yang ia terima dari Lesta. Ketika ia menekannya, ada beberapa penjelasan yang tampaknya memang benar bahwa itu adalah misi dari Lesta. Tanpa ia sadari ada sebuah anak panah pada Area Mapnya.
Anak panah itu berwarna merah, menunjukkan sebuah tempat yang mungkin saja di sanalah misi pertamanya akan berlangsung. Selain anak panah ia juga melihat wajah Avatarnya berada tidak jauh dari tempat itu.
Ryan pun segera berlari sambil membuka Mapnya, menelusuri belakang rumah Lesta dan menempuh hutan rindang. Pepohonan dengan batangnya yang keras berwarna cokelat menjulang ke atas. Ada yang kecil ada pula yang besar, bercabang dan di penghujung akhirnya terdapat dedaunan yang seperti rambut afro.
Pada bagian atasnya karena menyatu dengan pepohonan lainnya sehingga sulit ia deskripsikan. Yang pasti seperti lautan daun, semak-semak pun ia temui dengan berbagai binatang seperti burung kecil, ulat, laba-laba.
Sinar matahari yang mencoba menerobos pertahanan lautan daun di langit-langit hutan seperti kelap-kelip cahaya bintang di malam hari. Cahaya itu berhasil menerobos walaupun hanya sedikit. Membuat pencahayaan hutan tidak terlalu buruk.
Ryan mendengar sebuah suara gemersik dari arah tempatnya berlari, tepat di depan sana. Ia pun segera bergegas menuju asal suara itu dan ketika ia sampai. Sebuah sambutan yang mengejutkan menyambar wajahnya dan berhasil menggores pipi kirinya.
Begitu cepat dan membuatnya langsung terduduk jatuh. Ada bekas luka berwarna merah, bukan darah melainkan seperti kerusakan pada sebuah sistem.
“E-eh!? ... sial HP-ku berkurang.”
Ryan pun menyadari bahwa warna bar HP-nya yang terlihat di atas sebelah kiri berkurang, mengubahnya menjadi hijau muda yang semula berwarna hijau tua. Ryan pun bangkit dan meraba-raba bagian belakangnya.
“Ehhhh!?... jangan katakan bahwa aku tidak diberikan senjata, permainan yang menyebalkan.”
Ryan pun dengan gesit segera menyentuh panel tersembunyi di depannya. Panel itu pun muncul, ia pun langsung menggeser bagian Equipment. Lalu melihat apa saja yang ia gunakan. Semua lengkap dari mulai Armor, Acc, Shoes hingga Pants. Tetapi hanya pada bagian Weapon saja yang tidak terisi.
“Gawat ... berarti aku harus menggunakan kepalan tangan dan tendangan kaki untuk melawan mereka.”
Ia telah sadar bahwa peralatannya lengkap, tapi hanya senjata saja yang belum ia miliki. Beberapa detik berselang dan sebuah sambaran mulai kembali menyerang Ryan dari depan. Ia pun berguling ke samping kiri untuk menghindarinya.
Setelah itu segera melompat keluar semak-semak, kini ia melihat tiga buah kelinci putih bertanduk kecil seperti Unicorn. Tanduknya berwarna kuning oranye. Kedua matanya yang kecil merah sedangkan mereka mempunyai dua buah taring yang keluar dari bagian bawah mulutnya hingga menjulang ke atas.
Dengan seksama Ryan pun melihat tiga ekor kelinci itu dengan cermat. Di atas tubuh mereka tertera-[Wild Rabbit]- dengan tanda level 1 dan ada bar HP berwarna hijau tua. Berhadapan dengan tiga buah Wild Rabbit yang sedang menghancurkan persediaan bahan makanan milik Lesta.
Dua ekor Wild Rabbit langsung melompat sambil mengarahkan giginya yang tajam ke arah Ryan. Ia pun ikut berlari sambil melesatkan dua buah pukulan lariat yang keras. Kedua Wild Rabbit itu berhasil menggigit kedua lengannya akan tetapi setelah itu terhempas jauh hingga membentur pohon yang sama.
“Ahkk... rupanya rasa sakitnya pun terasa nyata, sepertinya HP-ku berkurang lagi.”
Ryan mulai mengambil ancang-ancang sedangkan Wild Rabbit yang masih belum bergerak kini langsung melompat-melompat ke arah Ryan. Ryan mulai mengambil satu langkah mundur ketika Wild Rabiit yang melompat-lompat ke arahnya mulai menerjangnya dengan mengarahkan tanduk tajamnya ke arah Ryan.
Langkah mundur itu ia ganti dengan sebuah tendangan menyamping yang kuat sekali. Tendangan samping itu berhasil menyentak bagian samping kanan Wild Rabbit. Sehingga mereka terhempas dan terpental hingga menghantam kawanannya.
Bar Hp mereka pun perlahan langsung memudar dan akhirnya kosong. Tubuh para Wild Rabbit itu terpecah-pecah menjadi beberapa pixel dan akhirnya melebur menjadi data-data virtual yang memudar.
Sebuah notifikasi tiba-tiba muncul di depan Ryan....
—[Obtain Raw Meat x1]
—[Obtain Wooden Shield x1]
Setelah itu Ryan tersenyum kecil. Misi pertamanya telah membuahkan hasil yang cukup memuaskan bagi dirinya. Namun satu panel muncul kembali setelah notifikasi itu muncul ...
[Would You To Use The Wooden Shield ... Yes/No?]
Ryan pun sekarang menimbang-nimbang, jika ia tidak mempunyai senjata maka pilihan untuk memakai perisai kayu ini cukup menguntungkan baginya. Akhirnya ia pun mengetuk pilihan... Yes.
Cahaya kebiruan muncul di punggung tangan kirinya. Cahaya itu kemudian membentuk sebuah perisai kayu berbentuk persegi lima dengan ujung yang menghadap ke bawah. Di sepanjang pinggirnya terdapat metal biru tua dengan mur yang sudah tampak karatan berwarna kuning gelap.
Perisai kayu itu tampaknya tidak dalam kondisi primanya. Ryan pun menyentuh panel tersembunyi kemudian memilih opsi Equipment dan benar saja fitur yang belum ia dapatkan adalah ketahanan barang/senjata yaitu durabillity.
Memancarkan cahaya keperakan dengan tanda new yang kecil pada bagian samping kiri atasnya. Lalu ketika menyentuh bagian tangan kiri atau yang biasa di sebut left muncul ikon berbentuk perisai kecil.
Ryan pun mengetuknya lagi dengan pelan, lalu muncul panel dengan gambar perisai kayu tersebut. Terdapat penjelasan mengenai perisai kayu itu, ia bisa membacanya karena mempelajari B. Inggris dengan cukup lancar.
Lalu pada bagian bawahnya terdapat status tambahan, status inilah yang menambahkan Psy Def.
Sedangkan warna nama dari perisai ini berwarna abu. Berarti level perisai ini berada di level 1, yaitu Inferiority. Tidak ada Ability tambahan dari perisai itu, hanya menambah beberapa status dengan angka yang tidak terlalu signifikan.
Setelah itu Ryan kembali menyentuh panel itu sehingga panel itu kembali menghilang.
“Ahh... sepertinya misi pertamaku berhasil, saat kembali ke rumah Lesta—“
Tetapi entah dari mana sebuah serangan menghantam perutnya hingga ia terhempas cukup jauh. Lagi-lagi bar HP-nya berkurang dan kini berwarna kuning terang. Untungnya belum sampai merah, jika merah artinya bar HP milik Ryan telah berada di ambang kematian.
"Ughhh... sepertinya misiku belum berhasil. Aku lupa bahwa aku harus mengalahkan sekitar lima ekor Wild Rabbit, tapi bukankah yang tadi aku kalahkan baru tiga?”
Setelah pandangannya kembali normal, ia pun bangkit sambil bersiaga dengan menggunakan lengan kirinya yang telah terpasang oleh perisai kayu.
Dua ekor Wild Rabbit telah bersiap menyerang Ryan kembali, tapi ada yang aneh. Mereka seperti menggeram dan saling mengelus-ngelus tubuh mereka sendiri. Hingga pada akhirnya tubuh mereka menyatu dan tampak lebih besar.
Ryan pun kaget lalu ia memindai monster baru itu dengan cermat...
“Big Rabbit Lv.5?!... hahaha. Monster kali ini bukan main, sepertinya levelnya pun berbeda jauh dengan levelku yang berada di level 1.”
Monster itu lebih besar tiga kali lipat dengan matanya yang merah terang. Sebuah tanduk yang tadi Ryan lihat kecil sekarang tampak berubah menjadi sebuah mata pisau yang ukurannya kira-kira sepanjang 30cm.
Kaki monster itu juga bertambah besar dan panjang, kini ia melihat Ryan yang tengah bersiap untuk menyerang. Kedua lengan itu direbahkan lalu uap keluar dari mulutnya. Awalnya Ryan tampak gugup bahkan luar biasa kaget.
Bagaimana tidak? Dua monster bersatu itu sangat jarang sekali terjadi pada sebuah gim MMORPG. Apalagi bertipe fantasi seperti ini. Jika menyangkut salah satu ras langka mungkin saja bisa terjadi. Semisalnya pada ras Dragon.
Namun, pada Monster kali ini yaitu dengan ras Beast, sangat... sangat jarang sekali menemukan pemandangan seperti ini.
“Jadi dunia seperti ini yang ingin kau tunjukan kepadaku, Elesis.”
Ryan mulai tertarik, tapi ia masih tidak menyangkal untuk membenci gim bertipe MMORPG seperti ini. Monster itu mulai mengentakkan kaki kanannya sambil berkoar dengan kencang.
WHROARRR !!!!!!
Lalu ia pun melompat dengan cepat ke arah Ryan yang sedang dalam posisi bertahan menggunakan perisai kayunya. Satu hantaman tak bisa ia hindari karena terlalu cepat, akhirnya Ryan pun terhempas cukup jauh dan membentur sebuah pohon.
Walaupun ini adalah sebuah gim, gim ... gim, tetapi rasa ini benar-benar nyata sekali. Tidak hanya rasa sakitnya saja bahkan sensasi, penglihatan, rasa dan juga sentuhan. Semua benar-benar Ryan rasakan.
Bar HP-nya kini telah berkurang cukup drastis hingga menjadi memerah. Di dalam situasi seperti itu yang ia butuhkan adalah ramuan penyembuh yang disebut Healing Potion. Namun apakah ia mempunyainya?
“Ah! Permen buatan Lesta.”
Ryan pun langsung merogoh saku sebelah kiri kemeja hitam miliknya. Dengan cepat ia langsung mengambil dua buah permen itu lalu membuka bungkusnya kemudian memakannya dengan cepat.
Lalu ada cahaya hijau muncul dari bawah hingga ke atas. Seperti menyelimuti tubuhnya, ketika ia melihat bar HP miliknya lagi, ia cukup bersyukur karena sekarang bar Hp miliknya telah menjadi kuning terang.
Walaupun hanya memberikan sedikit Hp, tetapi itu lebih dari cukup jika akan melawan Big Rabbit. Big Rabbit kembali mengambil ancang-ancang untuk menyerang, kedua kakinya sedang menggesek-gesek tanah.
Debu-debu cokelat beterbangan saat monster itu menggesek-gesekan kakinya ke tanah. Lalu ia pun melompat dengan mengarahkan tanduk berbentuk mata pisau itu ke arah Ryan dengan cepat. Meskipun hanya beberapa detik, tapi Ryan mampu untuk menghindarinya dengan berguling ke samping.
Lalu dengan sendirinya tubuh Ryan bergerak. Sebuah tendangan keras menghantam kaki Big Rabbit itu, alhasil ia pun mengerang kesakitan lalu terjatuh ambruk.
“Whoaa... jadi ini fungsinya kemampuan pasif Counter Attack itu.”
Ryan yang tak menduga bahwa tubuhnya bergerak sendiri dan langsung menyerang Big Rabbit itu masih bengong. Tetapi, ia segera mengenyahkannya. Ia pun langsung berlari ke arah Big Rabbit itu, karena kondisinya kini dalam keadaan terlentang.
Ryan pun memanfaatkan kesempatan ini dengan memberikan serangan cepat yang mungkin akan menguras HP-nya.
“Hmm... sepertinya patut di coba walau aku belum pernah mencobanya. Waktunya bergulat,” ujarnya sambil memasang raut usil.
Sebuah sikut melayang dari atas dan langsung menghantam perut besar Big Rabbit yang sedang terlentang. Big Rabbit itu kembali mengerang kesakitan, entah bagaimana Ryan seperti mengalami sebuah keajaiban ketika menyerangnya.
Tubuhnya kembali terapung ke atas karena perut elastis milik Big Rabbit. Berkat perut elastisnya kini Ryan mengapung di udara. Ia berpikir untuk melakukan sebuah serangan dari udara pada saat itu.
Ia pun langsung menjatuhkan tubuhnya sendiri dengan kuat lalu melesatkan sebuah tendangan tumit yang sangat keras tepat ke wajah Big Rabbit. Monster itu kembali kesakitan dengan luka merah seperti goresan virtual di wajahnya, tepat sekali mengenai hidungnya dan sekaligus mematahkan tanduk mata pisau miliknya ke tanah.
Bar HP milik Big Rabbit kini menjadi kuning kehitaman. Beberapa serangan cepat lagi atau serangan yang tersusun akan membuatnya ambruk lalu hancur menjadi data-data virtual. Tetapi, sebuah aura merah yang sepertinya bukan berita baik kini mengalir di seluruh tubuh Big Rabbit itu.
Ia pun bangkit lalu melentangkan kedua tangan empuknya dengan cepat. Tiga buah cakar langsung keluar dari tangan kanan dan kirinya. Sangat panjang dan sepertinya tajam jika di lihat dari ujungnya yang sangat kecil.
Ryan meneguk ludahnya sendiri, kini pertarungannya dengan Big Rabbit seperti pertarungan melawan sebuah Boss kecil. Big Rabbit meraung seperti harimau, suaranya yang mirip seperti teriakan tadi kini menjadi lebih bertenaga dan mengeluarkan daya kejut yang hampir mementalkan tubuh Ryan ke belakang.
Tapi untungnya Ryan dapat bertahan dari daya kejut itu walaupun dalam keadaan terpejam. Ketika ia membuka kedua matanya, Big Rabbit itu telah menghilang. Kini Ryan mencari keberadaan monster itu dengan rasa cemas yang berlebihan.
Tapi ketika mendengar sebuah suara udara yang cukup hebat di langit. Kini penglihatan Ryan perlahan langsung memfokuskan titik tempuhnya ke langit. Entah apa itu tapi ia bisa melihat sebuah makhluk terjun bebas sambil melentangkan tangannya yang putih.
“Y-yang benar saja?! Monster itu bisa melompat setinggi itu?!”
Dan rupanya makhluk itu adalah Big Rabbit yang meluncur tepat ke arah Ryan. Cepat sekali bahkan permukaan di depan tubuhnya tersulut hamparan api yang cukup panas, hampir mirip seperti bintang jatuh atau bahkan mungkin meteor?
Jika Ryan terkena daya ledaknya ataupun hantaman dari serangan berkekuatan besar itu. Sudah di pastikan HP-nya akan langsung habis dan ia akan mati. Jika ia mati, ia tidak tahu di mana tubuhnya itu akan kembali di respawn.
Dalam kurun waktu beberapa detik lagi ia harus memikirkan bagaimana caranya lolos dari serangan seperti itu di dalam kepanikan yang ia buat sendiri.
“Ayo, ayo, wahai otakku. Kau harus segera berpikir sebelum tubuh ini ***** dari serangan edan seperti itu.”
Tidak lama kemudian Ryan berhasil menemukan cara agar ia selamat dari serangan itu walau kemungkinannya tipis. Namun, ia harus bergantung pada ide yang tiba-tiba muncul di saat-saat terdesak. Ia pun langsung berlari menjauhi tempat yang mungkin akan meledak.
Berlari dan berlari hingga jarak yang di tentukan sudah berhasil ia capai. 3 ... 2 ...1 dan banggggg!!!
Sebuah ledakan muncul di tengah-tengah pelarian Ryan. Ledakan itu cukup dahsyat hingga bisa meluluh lantahkan pepohonan yang berada di dalam jarak ledakannya. Satu persatu pepohonan di sekitarnya tumbang, meninggalkan suara krekrekkkk seperti suara biskuit renyah yang dipatahkan secara perlahan-lahan.
Tidak di sangka-sangka daya ledakan itu berhasil menghempaskan tubuh Ryan yang sedang berlari. Tubuhnya terlempar cukup jauh, kini bar HP-nya berwarna merah dan tampak berkedip-kedip seperti akan habis.
Mungkin dengan sebuah sentuhan lembut dari telapak tangan Big Rabbit itu, Ryan akan langsung mati. Walaupun kematian di artikan dengan arti yang berbeda di dunia ini, dunia virtual sekaligus gim yang di buat dengan tujuan tertentu ataupun sebuah percobaan yang mungkin akan mengubah sejarah manusia seutuhnya.
Akan tetapi...
“Ahkkk ... AAAAaAaa. B-b-b-benar-benar kekuatan yang luar biasa, meskipun masih level 5, tetapi kekuatannya seperti lebih dari itu. Sial! HP-ku tinggal sedikit lagi.”
Kini kondisi Ryan dalam keadaan yang kritis, ia berusaha bangkit dari bawah batang pohon yang sudah roboh sepenuhnya. Tubuhnya bersandar pada batang itu benar-benar mengalami luka yang berat. Dapat di lihat dari sekujur tubuhnya yang banyak luka merah menyala.
Ia mencobanya, tapi gagal, dan kembali mencobanya lagi... gagal juga. Ia baru tersadar bahwa status endurance-nya tersebut benar-benar berpengaruh. Ia pun akhirnya menggunakan sebuah batang kayu yang telah roboh untuk membantunya dapat berdiri.
Batang kayu itu tidak terlalu besar melainkan pas sekali ke dalam pelukan kedua lengan milik Ryan. Ujungnya cukup runcing dan terlihat banyak sekali kulit-kulitnya yang terkelupas. Dengan bantuan dari batang kayu itu akhirnya Ryan dapat berdiri.
Namun, tiba-tiba saja ada sebuah ide yang melintas di pikirannya.
“Hmmm ... sepertinya aku sedang beruntung.”
Monster Big Rabbit itu sedang berdiri di tengah-tengah kekacauan yang ia buat sendiri. Kini bulunya berubah menjadi merah yang semula berwarna putih. Ryan mengamati sekilas Big Rabbit itu dari jauh, lalu ada yang aneh dengannya.
“Buff!?... dan terlebih lagi Rage, gawat gawat.”
Awalnya Ryan tidak terlalu panik dengan situasi yang terjadi, tetapi sepertinya status tambahan yang kini di miliki oleh Big Rabbit sudah di luar batas. Terutama pada bagian Atk, Str, Spd, dan juga Int.
Namun, ada satu kelemahan dari Buff-nya itu. Yaitu ketika seseorang ataupun seekor maupun sebuah makhluk yang terkena Buff Rage ini, ia mungkin akan di berikan kekuatan yang sangat luar biasa dahsyat.
Dan kelemahannya itu adalah pertahanannya... ia sangat rentan sekali terkena serangan yang lebih besar dengan daya serang yang berlipat ganda. Tapi, ia juga mendapatkan hal yang sama. Jadi kali ini Ryan hanya perlu menemukan sebuah celah atau kesempatan untuk memberikan serangan yang sangat menentukan apakah ia masih dapat bertahan atau ia lebih memilih untuk mati dan di respawn di tempat yang belum ia ketahui.
Big Rabbit itu kini menatap Ryan dengan penuh amarah. Uap mengepul di sekujur tubuhnya, bulu-bulu merahnya seperti terangkat oleh daya gravitasi yang berubah menjadi nol. Ia pun menghampiri Ryan yang sedang berdiri tegak walaupun kedua lutut kakinya sedang bergetar.
Benar-benar sangat nyata sekali, efek yang di timbulkan dari kedua lutut yang bergetar sekilas memburamkan pandangan Ryan. Kini di dalam penglihatannya seperti lampu yang berkedip-kedip.
“Huh hahhh huh hahhh ... G-Game yang merepotkan.”
Suara sentakan terdengar dari arah Big Rabbit. Rupanya ia sedang dalam keadaan rush... tubuhnya terbang dan melayang cepat ke arah Ryan. Tampaknya ide dan kondisi tubuhnya tidak berjalan dengan sesuai kehendak dari perintah otaknya.
Namun, ketika Ryan melihat sekilas perisai kayunya itu, ia tersenyum licik.
Wroaghhhhhh !!!!!
Ryan pun dengan gesit langsung melemparkan perisai kayu itu ke arah wajah—tepatnya ke arah mata Big Rabbit. Perisai itu pun pecah menjadi beberapa bagian lalu menghilang tertelan sistem gim. Tampaknya Durabillity dari perisai kayu itu telah habis.
Kini Big Rabbit yang sedang melesat ke arah Ryan kehilangan kedua penglihatannya. Tubuhnya yang sedang dalam keadaan tidak stabil karena tidak bisa menghentikannya sendiri, harus terpaksa terus melesat ke arah Ryan berada.
Walau dalam pandangannya gelap, ia masih bisa merasakan keberadaan Ryan dengan pendengarannya. Rupa wujud Ryan sangat terlihat jelas, tanpa ragu lagi kedua tangannya yang telah mengeluarkan cakar-cakar tajam mulai terayun ke arah Ryan berada—
“Checkmate... selamat tinggal kelinciku yang besar.”
Ryan pun langsung mengangkat batang kayu yang berada di pinggirnya. Ia angkat menggunakan kedua tangannya. Dengan bagian runcing—tajam pada bagian depannya, memungkinkan Ryan menggunakan kemampuan seperti senjata Spear.
Dan benar saja karena tubuh Big Rabbit yang tidak bisa di kendalikan lagi, kini tubuhnya harus merasakan sebuah tusukan tajam yang amat memilukan. Menembus perut besarnya dan membuat sebuah lubang yang cukup dalam.
Wajah Big Rabbit itu kini menjadi pucat, raut wajahnya tidak percaya. Ia pun mengangkat tangan kanannya untuk melancarkan sebuah serangan terakhir walaupun dengan kondisi perutnya yang sedang tertusuk oleh batang kayu yang tajam.
Saat lengan Big Rabbit hampir mencapai wajah Ryan dan mungkin saja memberikan sebuah luka. Namun, kini wajah Ryan tersenyum akan sebuah kemenangan mutlak. Luka-luka yang ia dapatkan memang belum sembuh karena belum memakan permen bungkus buatan Lesta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments