Ryan pun mulai mengambil langkah sambil mengangkat jempol kanannya ke atas lalu segera berjalan keluar kelas. Anna dan Fajar pun tersenyum kecil lalu mulai mengikuti Ryan dengan pelan.
Suara sentakan telapak kaki yang bergema di lorong sekolah. Cuaca yang mulai sore, wajah langit pun turun
menjadi oranye dan untuk beberapa jam ke depannya akan menjadi gelap seutuhnya.
Ryan, Anna dan juga Fajar kini telah sampai di depan gerbang sekolah mereka. Karena rumah Fajar berlawanan arah dengan mereka berdua. Akhirnya mereka berpisah ketika berjalan melewati persimpangan awal di sebelah kanan sekolah.
Angin senja mulai bertiup, sementara Ryan masih menguap. Tampaknya ia belum puas akan tidur panjangnya itu, apakah ia seperti mamalia? Dapat berhibernasi dengan nyaman walau dalam keadaan perut yang keroncongan.
“Hahahaha”
“Anna lagi-lagi kau menertawakanku dan tadi itu yang ke lima kalinya, apakah aku begitu lucu sehingga kau
menertawakanku?”
“Bukan seperti itu, Ryan. Hanya saja setiap kali kau tidur di kelas kau itu tampak seperti beruang grizzly sedang berteduh di bawah pohon”
“Hmmm ... perumpamaan yang cukup bagus juga, sebenarnya aku inginnya jadi koala sih”
“Hahahaha.”
Anna yang tidak bisa menahan lagi tawanya. Kini terpingkal-pingkal karena melihat kepolosan dan kejujuran dari
Ryan temannya itu. Walau Ryan terlihat seperti pemalas sejujurnya menurut pengamatan yang ia lakukan.
Ryan itu adalah tipikal orang serius memang jika ada niatnya atau memiliki kemamuan yang kuat. Jika saja ia
menemukan sesuatu yang membuatnya menarik, pasti ia akan menyelesaikannya hingga selesai. Begitulah Ryan dalam pikiran Anna sekarang.
Dan ia juga masih mengingat Ryan ketika pertama kali bertemu dengannya. Lelaki yang biasa-baisa saja, tukang tidur, dan apalagi ketika upacara penerimaan siswa baru. Ia hampir saja terjungkal karena melihat Ryan dapat tertidur dalam keadaan mempertahankan kedua matanya yang masih terbuka.
Anna berpikir bahwa Ryan terbangun, tapi tebakannya itu dijatuhkan ketika melihat jeli-jeli kenyal jatuh turun dari
mulutnya. Dan pada saat itulah ketertarikan Anna ingin berteman dengan Ryan muncul.
“Anna bicara tentang itu, apakah ada PR buat besok? Tadi aku tertidur jadi tidak memperhatikan pelajarannya, habis membosankan.”
Anna tersenyum kecil, ia menggenggam erat tas gantel biru pucatnya yang sama seperti Ryan. Sambil berjalan di sampingnya, itu mengingatkannya terhadap masa kecilnya yang pernah di bantu oleh seorang anak seusianya dulu.
Apakah lelaki yang kini menemaninya berjalan adalah anak yang sama ketika ia kecil dulu. Dengan menyipitkan kedua matanya kini Anna memperhatikan Ryan secara seksama.
“Hmmm... gak ada tuh”
“Ok... baiklah. Anna kenapa kau memperhatikan diriku layaknya seorang pencuri?”
“Pencuri? Hahahaha ... tidak, tidak, hanya saja kau mirip dengan seorang laki-laki yang menolongku dulu waktu kecil.”
Ryan menatap langit ketika Anna mengatakan itu. Sambil mengodok saku celananya ia seperti mencari sesuatu.
“Hmmm... jadi seperti itu. Huhhhh... aku tampaknya hanya mempunyai recehan sekarang”
“Tentang itu bagaimana jika kau makan malam di rumahku saja, Ryan?”
“Maaf Anna, tetapi aku harus menjaga si bola bulu agar ia tidak mencakari sofa dan juga kasurku.”
Anna tersenyum kecil sambil menutup mulutnya sendiri yang akan beralih menjadi tawa kecil.
“Nggak usah minta maaf, aku tahu bagaimana kelakuan peliharaanmu itu, Ryan. Oh ya ... titipkan salamku padanya, ya”
“Maksudmu si Samurai?”
“Ya, ya, aku heran mengapa kau memberikan nama aneh seperti itu terhadap hewan peliharaanmu sendiri, Ryan”
“Kamu tidak mengerti Anna, ketika aku ingin makan mie instan saja ia selalu hampir menumpahkannya seperti bos. Apalagi ia memiliki tanda goresan di mata kirinya kayak Roronou Zora di One Pace... yang lebih parah ketika ia ingin membangunkanku selalu saja menghantam wajahku dengan bokongnya”
“Hahahaha... sepertinya inilah yang membuatku dan Fajar betah berada di sekelilingmu, Ryan”
“Apakah itu pujian?”
“Bukan ejekan”
“Ughhh....“
Anna kembali tertawa kecil sementara Ryan hanya tersenyum kecil melihat Anna yang tampak senang berada di
sekitarnya. Cuaca mulai menggelap dan perlahan tirai hitam muncul di langit. Setelah menemui persimpangan yang ke empat, mereka berdua berpisah karena letak rumah mereka yang berbeda walau hanya dua blok.
“Kalau begitu sampai jumpa besok, Ryan. Semoga aku dapat tertawa seperti tadi lagi”
“Huhhh... sepertinya aku memang cocok jadi kontestan Stand Up Comedy,” ujar Ryan sambil menggosok-gosok dagunya secara perlahan.
Anna kembali di buat ketawa olehnya dan tampaknya efek samping yang di timbulkan dari tawa yang berlebihan mulai terlihat pada diri Anna.
“Sebaiknya kau segera sampai di rumah sebelum perutmu jadi tambah sakit gara-gara terlalu banyak tertawa.”
Anna tersenyum menanggapi saran dari Ryan. Ia berusaha menahan tawanya kali ini, setelah itu Anna pun melambaikan tangannya. Ryan hanya menatapanya sedikit aneh kemudian mereka pun kembali berjalan menuju rumahnya masing-masing.
Ryan yang kini berjalan sendirian di tengah-tengah jalan merasa khawatir tentang si Samurai. Pasalnya yang ia
khawatirkan itu bukan hewan peliharannya tetapi perabotan rumah yang mungkin saja akan kembali di rusak olehnya.
Jadi ia pun berlari terburu-buru hingga akhirnya sampai tepat di depan rumahnya. Setelah itu ia langsung membuka pintu depan rumahnya dengan gegabah. Yang membuatnya kaget adalah ketika melihat si Samurai tengah ketakutan.
Ia menancabkan kuku-kukunya yang tumpul di atas sofa dengan keadaan bulu-bulu tubuhnya tegak seperti tiang. Hampir membawa katana versi mini di telapak kakinya yang mungil.
“Hehehehe... apakah aku mengagetkanmu, Samurai?”
“Meonggg....”
Ryan lega ternyata kucing peliharaanya itu tidak terlalu kejam hingga akan mencakar-cakari sofa terakhir yang ia
miliki di rumahnya. Setelah cukup tenang Samurai mulai duduk kembali dengan ekornya yang terkibas-kibas ke samping kiri dan kanan.
Ryan menghela kemudian ia pun melangkah masuk ke dalam rumahnya. Sebelumnya ia melepaskan sepatunya terlebih dahulu kemudian ia menaruhnya di rak sepatu, seragam sekolahnya yang berupa kemeja putih berlengan pendek, dasi hitam dan juga Blazer biru ia gantung di dekat tangga lantai dua.
Kini ia menggunakan kaos polos biru pucat dengan logo segi enam yang bertuliskan “Nicey”. Setelah itu ia segera
merebahkan dirinya di atas sofa, meletakan ponsel serta dompetnya di atas meja depan sofa, tapi tidak lama kemudian si Samurai ikut duduk di atas perutnya sambil mengeong.
Itu tandanya ia sedang kelaparan dan Ryan tahu akan hal itu. Akhirnya ia kembali bangun dan tiba-tiba saja ponselnya bergetar. Ia memindahkan si Samurai terlebih dahulu dari atas perutnya kemudian mengambil ponselnya yang bergetar tidak jauh dari tempatnya.
Lalu ia membuka ponselnya itu ....
Subject: None
To: Ryan Angga Baskara
....
Ryan cukup heran dengan pesan itu. Mengapa orang yang mengirim pesan untuknya tahu nama lengkap dirinya. Sedagnkan Ryan sendiri bingung sebenarnya siapa yang mengirim pesan itu untuknya, ia pun menghilangkan pemikiran itu untuk sejenak lalu kembali melihat isi pesan tersebut....
Selamat, anda telah terdaftar di Nameless Crown untuk menjadi seorang raja tak bermahkota. Silahkan menikmati dunia yang kami ciptakan, Taman Kecil.
Pesan itu begitu singkat. Ryan mulai bingung Nameless Crown? Taman Kecil? Raja Tak Bermahkota?
Sebuah pesan rahasiakah? Atau hanya seseorang yang memainkan kejahilan?
Setelah itu Ryan terus menekan tombol navigasi ke bawah untuk melihat kejelasan dari pesan itu.
Tekan Ok untuk mengaktivasikan akun Avatar Anda.
Avatar? Berarti ini adalah semacam game MMORPG. Permainan yang paling tidak di sukai oleh Ryan. Karena waktu lima detiknya terbuang sia-sia akhirnya ia meletakan ponsel itu di atas sofa yang rawan akan bahaya.
Terutama bagi si Samurai yang memang terkadang jahil.
Ryan pun pergi ke dapur untuk menyiapkan makanan bagi si Samurai. Setelah mengambil sekotak sereal
kesukaannya, ia pun membuka tutupnya lalu menuangkannya ke atas mangkuk khusus makanan hewan peliharaan.
Setelah itu kotak sereal tersebut ia simpan kembali ke dalam lemari. Ia pun segera menuju tempat Samurai berada,
dengan membawa semangkuk sereal kesukaannya. Ryan pun memanggil Samurai dengan pelan.
Entah mengapa ia seperti mendengar Tut yang pelan berasal dari sofanya. Samurai pun melompat dari balik sofa dan langsung menyambar makananl kesukaannya itu, sementara Ryan langsung menghampiri sofa dimana ponselnya berada.
Ketika ia sampai dan melihat layar ponselnya menyala terang. Keringat dingin langsung mengguyur tubuhnya. Ia berpikir bahwa si Samurai tidak sengaja menekan tombol Ok pada ponsel miliknya.
Perlahan ia ambil ponsel itu lalu melihat apa yang terjadi. Mungkin meskipun dugaannya adalah sebuah Game tapi bisa saja penipuan ataupun pemerasan terhadap pulsa yang ia miliki. Apalagi kantung tempat penyimpanan lembar pundi-pundinya sedang kosong.
Yang lebih ia takutkan adalah pesan yang nyasar atau salah kirim. Namun dugaannya itu salah ketika ia melihat
kembali sebuah kalimat yang sedikit mencurigakan.
Selamat akun anda telah aktif.
Lalu tiba-tiba saja lampu rumahnya padam, si Samurai langsung melompat kaget dan segera berlari ke arah majikannya yang sedang kebingungan. Ryan pun sama kagetnya, ia segera duduk di sofa sambil memegangi ponselnya.
Seketika itu si Samurai langsung melompat ke arah pangkuannya, tubuhnya bergetar ketakutan. Ryan heran
sebenarnya apa yang terjadi, terlebih lagi jika ini pemadaman lampu. Itu tidak lucu sama sekali dan jika memang seperti itu maka tidak mungkin tetangga sebelah sunyi.
Pasti ada yang aneh, ponsel yang kini di genggamnya berkedip-kedip dan mulai berubah warna. Dari yang asalnya
bercahaya putih kini menjadi gelap dengan menampilkan emotikon senyum kucing.
“Eh....”
Dan seketika itu dari dalam ponselnya muncul dua buah tangan yang putih. Kedua tangan itu langsung menyentuh pipi milik Ryan dengan lembut. Sementara si Samurai terus saja mendesis seperti ular dengan bulu-bulunya yang menegak.
Tak lama kemudian sebuah suara muncul... menggemakan seisi rumah milik Ryan.
“Selamat, ya, kamu sudah terpilih menjadi salah satu calon raja tak bermahkota di dunia yang kuciptakan.”
Ryan masih meragu, tetapi kedua tangan yang menyentuh pipinya tidak bisa ia lepaskan lantaran kakinya sedikit bergetar ketakutan. Berhubung Ryan memiliki Phobia pada fenomena-fenomena supernatural.
Ia pun hanya bisa mengatakan beberapa kata dengan logat robot, kaku dan juga dingin.
“S-s-siapa k-kau!?”
Sebuah tawa yang dikiranya mirip seperti suara tawa seorang perempuan mulai terdengar. Cukup halus dan juga
hangat. Tetapi bukannya merasa tenteram Ryan malah semakin bergidik ketakutan sembari memeluk si Samurai yang juga ikut ketakutan.
“Aku adalah Elesis.”
Dan seketika itu sebuah wajah muncul dari dalam ponsel yang kini tergeletak jatuh ke bawah karena Ryan yang kaget. Wajah itu muncul dan keluar dari dalam ponsel milik Ryan, perlahan lalu tubuh dan akhirnya kaki.
Lalu entah mengapa pemandangan sekitar Ryan berubah menjadi gelap total dan hanya sebuah cahaya terang yang muncul dari langit-langit. Cahaya itu satu-satunya penerangan yang di miliki oleh Ryan.
Samurai yang ia peluk tadi menghilang, sofa yang ia duduki tadi ikut lenyap, hanya kegelapan yang kini ia lihat. Dan terakhir adalah seorang gadis cantik berperawakan anggun yang juga sedang dilihat oleh Ryan.
Karena sinar cahaya yang meneranginya dari atas, ia tidak bisa melihat dengan jelas siapa gadis tersebut. Hanya saja dengan rambut putih di twintail, bibirnya merah muda tipis dan lembab. Kulitnya putih seperti salju.
Kedua pipinya merah merona. Ia juga menggunakan dua buah pita hitam atau dapat di kenal sebagai pita, dua buah pita hitam itu digunakannya sebagai ikat rambut yang menjadikannya twintail.
Selain itu ia menggunakan sebuah kemeja putih berlengan panjang serta sebuah rompi merah gelap. Rompi rajutan, hangat dan juga mengeluarkan wangi yang harum.
Gadis itu mengulurkan tangannya untuk Ryan yang kini tengah duduk di lantai yang gelap.
“Ada apa, jangan kaget seperti itu dong. Aku jadi sedikit kecewa, apakah aku hantu?”
Suaranya benar-benar halus seperti gadis berusia 16 tahun. Dengan aksen yang unik seperti gadis pedesaan. Ryan
yang masih memperhatikan gadis tidak di ketahui itu masih ragu untuk meraih tangan gadis tersebut.
“Apakah kamu manusia? Atau malaikat pencabut nyawa?”
“Ehhhh... kejam”
“Eittt... tunggu dulu aku belum selesai, atau kau adalah bidadari cantik yang ditakdirkan untukku?”
Entah mengapa gadis tak di ketahui itu langsung memerah. Wajahnya yang tadi tenang sekarang tampak gundah dan malu. Ia juga langsung menutupi wajahnya.
“Maaf, tadi hanya bercanda, aku tahu siapa kau.”
Gadis langsung mengembungkan kedua pipinya begitu tahu bahwa tadi hanyalah sebuah candaan.
“Dasar... kukira tadi sungguhan, lalu kau sudah tahu siapa diriku?”
“Yup, kau Elesis dan itu saja yang aku tahu. Tapi, sebelum itu kau hampir saja membuat jantungku berhenti dalam waktu satu detik. Kau tahu rasanya seperti waktu yang di matikan, terlebih lagi wajahku jadi beku gara-gara itu”
“Hahahaha... maaf, habisnya baru pertama kali aku melihat ekspresi seperti itu jadinya itu lucu”
“Lucu jidatmu... kau tahu setiap orang pasti kaget terlebih lagi ada seorang gadis yang tiba-tiba nongol dari dalam
ponsel, berasa nonton Ju-On versi lain tahu”
“Ju-On?”
“Lupakan saja, kau tidak akan mengetahuinya sama sekali. Lagi pula kau itu seperti hantu yang berwujud manusia”
“Hueee ... kau kejam”
“Aku hanya bercanda jadi tolong jangan menangis.”
Rupanya Ryan telah tertipu, gadis itu hanya berpura-pura menangis. Dan setelah ia mendongakan kembal wajahnya ia pun meledek Ryan dengan menjulurkan lidahnya.
“Dasar....”
Ryan yang sedikit kesal langsung menjitak kepala gadis itu hingga sebuah benjolan merah besar keluar menampakkan diri seperti bukit. Tetapi anehnya benjolan itu kembali turun dan menghilang menjadi sebuah data-data virtual yang tertelan kegelapan.
“Eh!?....”
Ryan langsung kebingungan, mengapa benjolan itu menghilang seperti tertelan oleh sesuatu?
“Pasti kamu heran ya?”
“Tentu saja, habis seorang gadis muncul dari dalam ponsel lalu sekarang lukamu itu menghilang seperti di dalam dunia virtual saja”
“Yup... kamu benar. Sekarang kita memang lagi di dunia virtual”
“Eh? Yang bener? Kok gelap sih?”
“Itu karena kamu belum mendesain Avatarmu, Ryan”
“Wohhh ... Avatar, ya?”
Di dalam hatinya Ryan ia mengutuk Samurai kucing peliharaanya itu, gara-gara dia ia jadi terjebak ke dalam situasi seperti ini.
“Baiklah kalau begitu... Command Activation.”
Suara gadis itu seperti sebuah elektronika robot dengan teknologi yang paling mutakhir. Menggema dengan suara
khas robot perempuan. Dan seketika itu sebuah panel muncul di depan Ryan. Panel itu sangat lebar dan juga tinggi, seukuran dengan tubuhnya Ryan.
“Kalau begitu silahkan mendesain sendiri Avatar yang kamu inginkan, Ryan”
“Wew... cepat amet kamu memanggil namaku”
“Kamu juga bisa panggil aku Elesis kok.”
Ia pun mencondongkan wajahnya ke arah Ryan. Dengan wajah yang tidak terlalu terlihat, membuat Ryan mengacuhkan Elesis seperti angin yang melintas begitu saja. Elesis menjadi kesal sendiri karena di acuhkan. Ia menyilangkan kedua tangannya sambil mengembungkan pipi meronanya.
“Baiklah kalau begitu, tidak ada kata mundur karena aku terpaksa masuk ke dalam dunia ini”
“Terpaksa?”
“Iya terpaksa... DAN ITU SEMUA GARA-GARA SI GUMPALAN BOLA BULU ITU!!!”
Wajah Ryan memerah panas dan uap-uap muncul di atas kepalanya, sebuah emosi meledak dan entah mengapa ada sebuah gambar gelas berisikan air yang tiba-tiba muncul di atas kepalanya. Gelas air itu lalu menuangkan air ke atas kepalanya dan anehnya lagi Ryan kembali tenang.
“Huh? Yang barusan tadi apa?”
“Akhirnya tenang juga, tadi itu adalah kemampuanku untuk menenangkan sesuatu. Bagaimana jika kau meneruskan hal yang kau hentikan tadi.”
Elesis tersenyum kecil lalu ia pun mengeluarkan sebuah kursi beroda yang dapat di putar-putar atasnya. Kursi itu keluar seiring dengan tangan kanannya yang terangkat ke atas.
“Hmmm... tak masalah.”
Setelah Ryan kembali tenang ia pun segera menyesuaikan Avatar yang akan ia gunakan. Di panel itu benar-benar lengkap, dari mulai tinggi tubuh, gender, berat tubuh, fisik, serta pakaian dan juga ada ras yang akan ia pilih.
Tetapi pada bagian gender sudah seperti di kunci dan tidak bisa di pilih. Ryan pun memutuskan untuk menyesuaikan Avatar yang akan ia pilih dengan tubuhnya sendiri. Tinggi 174cm, berat badan 67kg, rambut hitam sedikit acak-acakan.
Untuk bagian fisik ia sesuaikan dengan bentuk tubuhnya sendiri. Dari mulai warna kulit putih kecokelatan, alis yang
tidak terlalu tebal, mata hitam kecokelatan, dan bibir yang sedikit mengembang dan tipis.
Pakaian awal yang ia gunakan terbatas, sehingga ia memilih untuk menggunakan sebuah kemeja hitam berlengan pendek dengan Scraft yang melingkar di lehernya. Celana panjang putih dengan sepatu Sport putih.
Sisanya adalah perban yang meliliti lengan kirinya serta sebuah sarung tangan di lengan kanannya. sarung tangan
yang membiarkan jari-jemarinya keluar bebas menghirup udara bebas. Tidak terlalu tebal berwarna hitam bercampur putih. Dengan dua buah bulu burung yang menjadi sebuah gantungan pada bagian sisi kanannya.
Tepat di atas punggung sarung tangan itu terdapat sebuah lambang pedang minimalis yang di sesuaikan dengan warna dasar sarung tangan. Ryan cukup terkesan dengan Standar game yang akan ia jalani itu.
“Bicara tentang permainan yang akan kumainkan ini, Elesis... tampaknya semua pakaian seperti ini tidak seharusnya untuk para pemula termasuk diriku”
“Emangnya kenapa, Ryan? Kamu keberatan?”
“Nggak... hanya saja, seharusnya Item yang kugunakan seperti ini dikhususkan untuk level tertentu”
“Sebenarnya ini hanya seperti kulit luarnya saja, untuk statusmu tidak mempengaruhi. Bilang saja seperti bonus
dariku untuk seluruh Player yang ikut serta ke dalam game ini”
“Jadi kau bilang meskipun pakaianku seperti ini, efek yang kudapatkan sama halnya seperti Item dasar?”
“100 buatmu, Ryan. Walaupun luarnya begitu mewah seperti ini tetapi efek yang akan menambahkan statusmu tidak terlalu besar alias sangat kecil.”
Dengan cerianya Elesis memberi penjelasan seperti itu dengan bahasa yang ringan dan dapat di mengerti. Tapi
mungkin ini baru awal dari sebuah bencana ... mungkin?
Pada dasarnya setiap game dengan jenis MMORPG seperti ini akan mendapatkan Item dasar namun dalam kasus seperti Event ataupun Sayembara. Semua Player yang ikut berpartisipasi akan di berikan perlengkapan Item yang hebat sama halnya yang sedang di pakai oleh Ryan seperti sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Dina Nurina
next
2020-04-14
1
S.a.khair
aku udh mampir dan bom like + rate 5, ditunggu feedbackny ya :)
2020-04-12
0