Chapter 3 - Taman Kecil

“Bisa jelaskan peraturan permainan yang akan kumainkan ini? Elesis?”

“Tentu saja, itu lah mengapa aku berada disini sebgai sistem Guide.”

Elesis tersenyum sembari memutarkan kursi rodanya itu. Sehingga tubuhnya berputar-putar seperti dalam kincir ria.

“Baiklah kalau begitu ... pertama gendermu akan sama seperti tubuhmu sendiri, jadi gak ada yang beda Gender seperti seorang Player dengan gender laki-laki tetapi memilih gender perempuan untuk Avatarnya ... hal seperti itu akan di kenakan pinalti dari aku sendiri”

“Hmm... itu bagus.”

Elesis tersenyum kembali dan ia menjelaskan peraturan selanjutnya.

“Kedua, Player yang telah sengaja ataupun tidak sengaja ikut serta dalam game ini tidak akan bisa kembali ke tubuh mereka. Itu berarti kalian akan hidup di dalam game ini untuk selamanya.”

Dengan raut wajahnya yang tiba-tiba berubah menjadi dingin, Ryan sedikit kaget dengan peraturan yang kali ini Elesis jelaskan.

“Jangan bercanda, Elesis! Atau kau ingin ada benjolan lagi di kepalamu?”

Ryan telah bersiap untuk kembali menjitak kepala Elesis. Itu terlihat di kepalan tangan kanannya yang sudah terkepal kuat dan mengeluarkan urat. Sedangkan wajahnya memejam dengan bibirnya yang bergemertak.

“Tu-tunggu dulu sebentar, Ryan. Tentu saja kau bisa keluar jika kau menyelesaikan tugasmu sebagai Player di Taman Flaghar ini”

“Maksudmu?”

“Nanti akan kujelaskan jika kau sudah berada di tempat awal”

“Baiklah, kalau begitu lanjutkan”

“Ehmmm ... yang ke tiga, pada dasarnya sistem permainan kali ini sama seperti game MMORPG. Kau pasti telah pahamkan Ryan?”

Ryan mengangguk pelan. Ia mengerti betul tentang sistem game MMORPG.

“Tetapi bukan sekedar MMORPG melainkan DOMMORPG. Dirrect Open Massively Multiplayer Online Role Playing Game. Akan ada beberapa setting pengaturan tambahan jika kau sudah memenuhi salah satu syaratnya. Salah satunya ketika kau sudah menikah atau masuk ke dalam sebuah party”

“Me-menikah!?”

Ryan tersentak dengan penjelasan yang begitu mnegejutkan itu.

“Tentu saja kau akan mengetahuinya setelah kau melakukan sumpah kesetiaan. Lagi pula bukan hanya kesadaranmulah yang terbawa ke dalam dunia ini melainkan tubuh aslimu juga ikut terbawa ke dunia ini juga. Kau tau kan artinya, jika kau menikah di dunia ini artinya kau juga menikahi orang di dunia nyata dan jika kau mempunyai seorang anak maka anak itu pun akan ikut keluar dari dunia ini ketika permainan ini selesai”

“Gulp ....”

Kini Ryan harus ekstra hati-hati dengan semua itu. Karena peraturan serta penjelasan dari Game ini sungguh ekstrim sekali, menikah? Anak? Brrrr ... Ryan langsung menggigil ketika memikirkan hal itu semua, lagi pula ia masih berumur 16 tahun dan tidak lebih.

“Yang ke empat adalah di dunia ini kekerasan benar-benar di larang jika berada di dalam safe zone, kota, dan juga save point. Namun PK atau Player Killer di perbolehkan di dalam permainan ini”

“APA!? Elesis kali ini aku tidak suka jika kau sekarang sedang bercanda!”

“Maafkan aku Ryan, tapi para Developer yang mengoperasikan gim ini memang menyertakan peraturan itu di dalam gim ini”

“Sial!... kalau aku tahu siapa mereka, kau tak segan-segan akan memberikan bogem ini kepada mereka.”

Ryan pun mengepalkan kembali tangan kanannya.

“Lalu selanjutnya? Tunggu sebentar ada yang paling ingin kau jelaskan untukku”

“Apa itu, Ryan? Apapun selain statusku di perbolehkan, jika kau ingin melamarku boleh kok ... hihihi”

“Ha... ha... ha... ha.”

Ryan pun tertawa dalam nada yang dipaksakan dan diputus-putus seperti suara knalpot yang macet.

“Ayolah, Ryan. Tadi itu aku hanya bercanda”

“Baiklah lupakan tentang hal itu, jika aku mati di dunia ini apakah tubuh asliku juga akan ikut mati di dunia nyata?”

“Nggak, tubuh aslimu membeku ke dalam sistem dunia ini. Jika kau mati kau akan kembali di hidupkan jika satu hari telah terlewati, tapi jika kau sering mati, maka salah satu atau mungkin seluruh anggota tubuhmu akan mati rasa, dan skenario terburuknya adalah hancur”

“Inilah yang selama ini kukhawatirkan dan tampaknya sangat berbahaya sekali”

“Sisanya sama seperti pada kebanyakan sistem gim MMORPG lainnya, tetapi di dunia ini semua indra sama pada dunia nyata. Hmmm ... udah dulu ya, kalau begitu sekali lagi aku menyambutmu ke dalam dunia yang kubuat –

“Tunggu dulu sebentar.”

Potong Ryan dan masih ada yang mengganjal di dalam pikirannya.

“Dunia yang kau buat? Bukannya para Developer itu yang membuatnya, ya?”

“Yap... itu benar sekali, tapi para Developer itu juga hanya mengembangkan dan bukan membuat. Dunia ini terbuat dari keinginanku untuk membuat sebuah dunia Fantasi menjadi nyata dan tentu saja semua orang bisa merasakannya jika mereka setuju masuk ke dalam “dunia” ini”

“Benar-benar merepotkan, kalau begitu....”

Ryan pun meraih tangan Elesis yang tadi ia ulurkan kepadanya.

“Aku tak sabar melihat dunia seperti apa yang kau ciptakan, Elesis. Meski sebenarnya aku benci mengakuinya jika hal seperti ini adalah sesuatu yang selalu ingin aku hindari.”

Elesis kaget mendengar penuturan dari Ryan yang begitu tiba-tiba. Segurat senyum lebar terhias di wajahnya yang cantik dan sejuk. Secara perlahan sebuah cahaya mulai menerangi pandangan Ryan.

“Tentang itu, apapun yang kukatakan tadi tolong di rahasiakan ya? Soalnya tadi itu aku kelebihan dan melanggar peraturan... tehee”

“Eh ... bukan tehee ndasmu. Huhhhhh... baiklah jika itu permintaan pertama dan terakhirmu”

“Ehhh... jahat, itu bukan permintaan terakhirku. Mungkin kita akan bertemu lagi, Ryan. Tapi, tentunya di tempat yang berbeda ... mungkin kau bosan tapi aku akan mengatakannya sekali lagi.”

Elesis pun menarik  dalam-dalam lalu ia keluarkan dengan tenang.

“Selamat datang di Nameless Crown, dunia yang mencari seorang raja tanpa mahkota, tanpa arti dan tanpa identitas. Semoga kamu senang di Taman Kecil yang kubuat ini.”

Elesis kembali tersenyum dan Ryan pun hanya memejamkan mata untuk membalasnya. Pada saat itulah sebuah cahaya menelan mereka berdua.

Cahaya yang menyilaukan menelan mereka berdua dan begitu Ryan tersadar ia mendapati Elesis sedang terduduk santai sambil menyandarkan punggungnya pada sebuah batang pohon yang besar.

Ryan pun akhirnya bangun. Ketika ia sudah sadar sepenuhnya, ia pun menyadari bahwa dirinya berada di sebuah daerah pegunungan yang tidak terlalu tinggi. Mungkin akan lebih tepat jika disebut kaki bukit.

Dengan hembusan angin yang cukup stagnan, mengambang di udara dan menjadi sebuah instrumen bagi para rerumputan rindang untuk menari. Bergoyang ke sana-kemari di mana angin akan membelai mereka.

Cuaca yang cukup cerah dengan awan-awan yang tidak terlalu banyak di langit. Lautan biru seluas samudera, bergelombang membentang di angkasa. Pemandangan yang cukup biasa bagi Ryan yang selalu melihatnya di kampung halaman.

Sewaktu kecil ia sering menghabiskan waktunya bermain di pegunungan bersama teman-teman masa kecilnya yang entah di mana sekarang. Ryan pun menengok ke arah Elesis, tampaknya ia masih ingin merasakan angin yang melewati leher serta belakang telinganya.

Rambutnya terkibas ke belakang, begitu lembut, dan kini Ryan dapat melihat Elesis sepenuhnya dengan jelas. Rambutnya berwarna putih kelabu dengan dua buah mata yang cukup lebar berwarna ungu kebiruan,  menyatu dengan hitam kelam.

Tangan kanannya sedang menyisir rambut miliknya, helai demi helai begitu pelan terlewati oleh kelima jarinya. Begitu sadar Elesis pun langsung turun dari bawah rindang pohon itu lalu meluncur mendekati Ryan yang berada di bawahnya.

Tidak jauh hanya saja jarak mereka berbeda. Elesis seperti berada di puncak gunung sedangkan Ryan yang berada di tengah-tengah gunung. Ia pun akhirnya sampai di samping Ryan yang ini telah memandangi langit serta daerah sekitar.

“Bagaimana indah bukan?”

Ryan pun langsung terhenti ketika mendengar suara halus milik Elesis. Dan kepalanya kini berputar untuk memandangi paras wajah seorang gadis cantik yang menyebut dirinya sendiri Elesis.

“Mungkin, ini hampir tidak jauh berbeda dengan tempat tinggalku dulu. Ketika sewaktu kecil aku selalu melihat pemandangan seperti ini, bahkan mungkin lebih menenangkan.”

Elesis tersenyum ketika mendengar tanggapan Ryan.

“Sekarang kita berada di sebuah pegunungan sebelah barat di lantai pertama. Oh... apakah kau masih penasaran dengan sistem permainan ini? Jika masih ada, dengan senang hati aku akan menjawabnya.”

Ryan kembali mengambil posisi tertidur, ia tidur di lereng gunung dengan kemiringan 40 derajat. Tangan kirinya ia gunakan sebagai payung peneduh dari sinar matahari yang samar sedangkan tangan kanannya ia letakan di atas perutnya.

“Tentang Skill dan juga ada berapa lantai agar aku dapat menyelesaikan "dunia" ini?”

“Tentang itu, setiap Player memiliki sebuah keahlian uniknya masing-masing. Keahlian itu mereka dapatkan dengan cara yang mudah”

“Mudah?”

“Unn ... keahlian itu didapatkan berdasarkan kondisi psikologis serta sifat yang mereka tunjukan sehari-hari. Bisa berupa semangat, kemalasan, tidak peduli atau lain-lain. keahlian itu juga dapat digunakan jika telah menyelesaikan beberapa syarat yang Player itu berikan untuk dirinya sendiri”

“Maksudnya?”

“Hmm... contohnya jika aku dalam keadaan normal aku pasti akan makan, tapi syarat itu dibalikkan sehingga jika aku lapar aku harus menahannya untuk beberapa hari hingga batas syarat itu ditentukan sendiri”

“Wew... rupanya mengerikan juga, bersifat terbalik rupanya.”

Elesis mengangguk pelan.

“Mungkin ada sekitar dua syarat yang dibutuhkan dan kamu, Ryan. Kamu sudah menyelesaikan salah satu persyaratannya”

“Cepat sekali”

“Karena syarat yang pertama adalah kamu masuk ke dalam ‘dunia’ ini”

“Haaaa ... pantas saja.”

Ryan pun bangun dan menyejajarkan tubuhnya dengan Elesis. Elesis sedikit terkejut karena itu tiba-tiba sekali. Kini Ryan menundukkan kepalanya kemudian mengangkatnya kembali. Lengan kanannya ia angkat ke atas sembari membuka telapak tangannya.

Setelah itu ia meremasnya seakan akan telah berhasil menggenggam sesuatu yang paling berharga.

“Sepertinya ini tidak semudah yang kubayangkan, lalu untuk lantai?”

“Terdiri dari 55 lantai, untuk mencapai lantai selanjutnya kau harus mengalahkan bos terlebih dahulu”

“Hmmm... sama seperti yang kuperkirakan”

“Eitt... tunggu dulu, dalam satu lantai terdapat satu bos dan dua pilar yang harus terlebih dahulu di hancurkan atau di kalahkan, jika semua itu telah berhasil kamu lakukan, Ryan. Maka dengan otomatis lantai selanjutnya akan terbuka”

“Ughh ... benar-benar merepotkan, lalu untuk Dungeonnya?”

Elesis menyentuhkan jari telunjuk tangan kanannya ke dekat bibir lalu bergumam sendiri. Ia seperti merahasiakannya tapi sayangnya gagal untuk menutupinya di depan Ryan. Ia sudah mengetahui bahwa Elesis tidak ingin memberitahukan letak-letak dungeon tersebut.

Namun Ryan menggelitiki bagian samping perut Elesis hingga membuatnya tertawa karena geli.

“Hahahahaha ... R-Ryan .... hahaha, tolong hen-hentikan. Geli tahu”

“Tidak akan pernah sebelum kau mengeluarkan isi dari otakmu itu, Elesis.”

Elesis berusaha untuk menahannya sekuat tenaga namun sayangnya ia tidak bisa menahannya lebih lama lagi.

“Baiklah baiklah, aku menyerah... hahahaha, jadi tolong hentikan”

“Terima kasih atas pengertiannya, Ele-sis.”

Wajah Ryan tampak puas sekali karena berhasil membuat Elesis menyerah. Tetapi Elesis sedikit kesal akan hal itu, wajahnya kini tampak seperti seorang anak kecil yang marah. Tetapi ketika melihat wajah Ryan yang sedang menatap langit sambil tersenyum.

Hatinya pun tersentuh dan ia tidak menyadari meskipun waktu yang ia habiskan bersama Ryan sebentar, tetapi itu membuatnya dapat merasakan sebuah perasaan hangat. Kedua tangannya ia kepalkan lalu dekatkan dengan dadanya.

Ia dapat merasakan detak jantungnya meskipun kini berada di dalam dunia virtual. Entah mengapa ia begitu nyaman berada di dekat Ryan. Dengan nekat ia pun memutuskan akan memberitahukan semua informasi yang ia ketahui tentang gim ini kepadanya.

“Baiklah aku akan menjelaskan semua yang aku tahu dengan satu syarat”

“Apa itu?”

“Tolong hiduplah.”

Awalnya Ryan tidak percaya dengan perkataan Elesis. Namun ketika ia melihat wajahnya yang tampak sangat serius, ia pun dapat melihat sebuah rasa gundah di dalam kedua bola mata Elesis yang indah.

Ryan menguatkan tekadnya dalam hati, ia pun mengangguk. Lalu sebuah senyuman lebar terlihat dari wajah Elesis yang tampak tenang dan juga membuat hatinya menjadi tak tahan.

“Tentu saja.”

Elesis ikut merasa bahagia ketika mendengar jawaban Ryan yang begitu tulus.

“Kalau begitu tadi tentang Dungeon, ya?”

“Iya, jadi?”

“Untuk Dungeon sendiri, letak tempat itu berada di area-area khusus. Misalnya seperti di gunung berapi, lembah-lembah yang mematikan, rawa-rawa misterius ataupun di danau pelangi yang benar-benar tidak dapat di jangkau hanya dengan seorang diri. Di dalam Dungeon terdapat satu harta berharga yang di dasarkan pada tiga tingkatan level.”

Dengan begitu antusiasnya Elesis menjelaskan tentang dungeon sementara Ryan memperhatikannya dengan tatapan serius dan terkadang membuat Elesis gugup, tetapi ia meneruskan penjelasannya sebelum waktu perpisahan datang.

“Yang pertama adalah Rare dalam level ini semua status akan berada di tingkat yang berbeda. Yang ke dua adalah Unique gabungan antara Normal dan juga Rare. Dan terakhir adalah Ancient di level ini semua status akan di tingkatkan dengan drastis dan mendapatkan setidaknya tiga hingga empat abillity tambahan”

“Hmmm... sepertinya lumayan juga, apakah masih ada lagi?”

“Dua senjata dengan level terendah bisa di dapatkan dengan cara mengalahkan bos lantai. Sedangkan untuk dua paling terakhir yaitu Legend dan Phantasm di dapatkan dari Secret Dungeon”

“Apakah harta itu selalu senjata?”

“Hmmm... sebenernya sih tergantung tingkat keberuntungan, bisa saja Equipment ataupun Costume.”

Namun masih ada satu pertanyaan yang sangat mengganjal pikiran Ryan. Apakah rumahnya akan aman? Ia juga khawatir mungkin saja si Samurai mencakari sofa dan kasurnya jika kelaparan.

“Tentang rumahku apakah aman? Bagaimana dengan hewan peliharaanku?”

“Tentang itu mereka semua telah di urus oleh perusahaan ‘kami’”

“Perasaanku sepertinya tidak enak”

“Aku jamin 100% deh”

“Tapi kalau ada yang lecet aku minta pertanggung jawabannya, ya.”

Ryan cekikikan sendiri sementara wajah Elesis menjadi kaku dan sedikit kaget. Saat melihat wajahnya yang sedang tertawa sendiri membuat sang gadis berpikir bahwa itu hanya sebuah lelucon.

“Dasar, leluconmu itu tidak menyenangkan tahu.”

Elesis menyilangkan kedua tangannya sambil menghindari tatapan Ryan.

“Ayolah kehidupan itu sudah kejam apalagi karena keterpaksaan yang mengharuskan diriku berada di ‘dunia’ ini, jika aku masih berada di dunia nyata mungkin aku akan lebih gila dari pada ini ... hahaha”

“Hmmm ... lain kali jangan seperti itu lagi ya, Ryan,” ujar Elesis sambil mendekatkan wajah manisnya ke depan wajah Ryan.

Ia melihat kepolosan yang tampak di wajah Ryan dan lama-kelamaan ia pun malu sendiri sehingga ia menjauh sambil menutupi wajahnya itu.

“Elesis?”

“Apa?”

“Apakah hanya aku satu-satunya yang mendapatkan informasi seperti ini? Maksudnya penjelasan langsung darimu”

“Sebenarnya aku itu hanya sebuah hologram yang di kirim kepada setiap Player, seluruh Player yang mengikuti ini berasal dari seluruh dunia. Jika aku mengakumulasikan seluruh Player yang mengikuti gim ini, mungkin sekitar 20 juta Player yang sedang berada di "dunia" ini, Ryan”

“HEHHH!?... aku tidak menduganya akan sebanyak ini, tapi jika kau adalah sebuah hologram mengapa tadi aku bisa menyentuhmu dan tubuh aslimu berada di mana?”

“Sudah kukatakan tadi ada beberapa pengaruran tambahan dan inilah salah satunya. Kamu bisa menyentuh hologram tetapi tidak bisa membunuh atau memusnahkannya”

“Canggih amet”

“Hehehehe ... tentu saja.”

Tubuh Elesis pun mulai memudar seperti sekumpulan semut yang sedang masuk ke dalam sarangnya. Serta mengeluarkan suara bisik yang mirip seperti gemerisik dedaunan.

“Tampaknya aku harus pergi dulu—“

“Tentang nama, tadi waktu pengaturan Avatar aku tidak melihat bar nama? Jadi nama Avatar ini apa?” potong Ryan cepat.

“Sama seperti nama aslimu, tetapi hanya nama pertama saja... kalau begitu semoga kita bertemu kembali, Ryan”

“Ehh...”

Elesis pun langsung menghilang dan tubuhnya yang terbuat dari hologram itu kandas tertelan angin.

“Lalu sekarang apa yang harus aku lakukan? Ah ... aku harus melihat statusku terlebih dahulu, tapi bagaimana?”

Ryan mulai mencari-cari cara seperti memfokuskan dirinya agar memunculkan panel keterangan. Tetapi ternyata tidak berhasil, ia pun mencoba berbagai cara hingga akhirnya terpikirkan untuk menyentuh angin.

Dengan sentuhan jari telunjuk serta jari tengahnya dengan jantan. Sebuah panel tiba-tiba muncul, panel itu sepertinya transparan dan hanya dapat di lihat oleh dirinya sendiri.

Berwarna putih dengan  garis-garis pinggirnya berwarna biru cyan. Ada beberapa opsi, yaitu opsi pertama status, ke dua adalah Equipment, ke tiga adalah Quest, ke empat adalah Map dan ke lima sekaligus terakhir adalah log out.

Ryan mencoba menyentuh opsi Log Out namun sebuah tanda silang merah serta gembok kunci tiba-tiba muncul. Tampaknya memang tidak bisa sama sekali lalu ia pun langsung men-drag map pada bagian kanan pandangannya.

Sebuah gulungan yang terbuka kini di tampilkan pada sudut pandang sebelah kanan Ryan. Tepat di ujung atasnya. Lalu ia pun menyentuh opsi status dengan pelan ... whuss.

“Hmmm...”

Name  : Ryan Angga Baskara

Race    : Human

Job      : None Lv1

Vitality: 100

Str       : 5         Psy Atk           : 6

Agi       : 6         Psy Def          : 4

Int       : 4         Mag Atk         : 3

Luck    : 1         Mag Def         : 3

【Skill】=>

【Active】

None

【Pasive】

Counter Attack

【Tittle】

None

【Unique Skill】

Unknown

"Lumayan juga."

Setelah melihat status miliknya sendiri, tiba-tiba sebuah cahaya muncul pada layar pandangannya berkedip-kedip tepat di pojok bawah kanannya. Berbentuk seperti kotak pos, Ryan pun menyentuhnya sekali dengan pelan. Ada sebuah gelembung  muncul lalu sebuah pesan muncul di depan Ryan.

Dalam bentuk panel dengan subjek yang sama yaitu None, pesan itu adalah ...

[Selamat datang di Taman Kecil, kalian—para Player bebas untuk menjelajahi Taman Kecil ini sepuasnya. Namun ingat waktu yang kalian habiskan di sini hanyalah Fana, karena tubuh kalian telah di bekukan ke dalam sistem gim ini, kalau begitu salam perdamaian]

Ryan hanya dapat mendesah pasrah ketika membaca pesan itu.

“Apanya yang Taman Kecil?”

Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1 - Antara Martabak Keju dan Mie Instan
3 Chapter 2 - Menuju Dunia Baru
4 Chapter 3 - Taman Kecil
5 Chapter 4 - Misi Pertama
6 Chapter 5 - Skill dan Job
7 Chapter 6 - Player Spesial
8 Chapter 7 - Windy si Pandai Besi
9 Chapter 8 - Ilusi Kegelapan
10 Chapter 9 - Golem
11 Chapter 10 - Pertarungan Sengit
12 Chapter 11 - Kastil Monochrome
13 Chapter 12 - Oz, Sang Pemburu Iblis
14 Chapter 13 - Persiapan Dalam Keterasingan
15 Chapter 14 - Darah dengan Darah
16 Chapter 15 - Janji Terakhir
17 Chapter 16 - Kontrak Darah
18 Chapter 17 - Peninggalan Vlad
19 Chapter 18 - Pangeran Kuno
20 Chapter 19 - Sigil Evolusi
21 Chapter 20 - Pengakuan Atas Kebenaran
22 Chapter 21 - Obrolan Santai
23 Chapter 22 - Peninggalan Kerabat I
24 Chapter 23 - Peninggalan Kerabat II
25 Chapter 24 - Sepenggal Pedang Berkarat
26 Chapter 25 - Kenampakan Tak Kasat Mata I
27 Chapter 26 - Kenampakan Tak Kasat Mata II
28 Chapter 27 - Dungeon Break I
29 Chapter 28 - Dungeon Break II
30 Chapter 29 - Dungeon Break III
31 Chapter 30 - Dungeon Break IV
32 Chapter 31 - Ia, Sang Pembawa Kunci Alignma I
33 Chapter 32 - Ia, Sang Pembawa Kunci Alignma II
34 Chapter 33 - Ia, Sang Pembawa Kunci Alignma III
35 Chapter 34 - Permainan Endymion I
36 Chapter 35 - Permainan Endymion II
37 Chapter 36 - Permainan Endymion III
38 Chapter 37 - Tirai Kedua
39 Chapter 38 - Valhala Palsu I
40 Chapter 39 - Valhala Palsu II
41 Chapter 40 - Kelahiran Sang Penguasa
42 Chapter 41 - Gemini Vs. Astralis I
43 Chapter 42 - Gemini Vs. Astralis II
44 Chapter 43 - Gemini Vs. Astralis III
45 Chapter 44 - Gemini Vs. Astralis IV
Episodes

Updated 45 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1 - Antara Martabak Keju dan Mie Instan
3
Chapter 2 - Menuju Dunia Baru
4
Chapter 3 - Taman Kecil
5
Chapter 4 - Misi Pertama
6
Chapter 5 - Skill dan Job
7
Chapter 6 - Player Spesial
8
Chapter 7 - Windy si Pandai Besi
9
Chapter 8 - Ilusi Kegelapan
10
Chapter 9 - Golem
11
Chapter 10 - Pertarungan Sengit
12
Chapter 11 - Kastil Monochrome
13
Chapter 12 - Oz, Sang Pemburu Iblis
14
Chapter 13 - Persiapan Dalam Keterasingan
15
Chapter 14 - Darah dengan Darah
16
Chapter 15 - Janji Terakhir
17
Chapter 16 - Kontrak Darah
18
Chapter 17 - Peninggalan Vlad
19
Chapter 18 - Pangeran Kuno
20
Chapter 19 - Sigil Evolusi
21
Chapter 20 - Pengakuan Atas Kebenaran
22
Chapter 21 - Obrolan Santai
23
Chapter 22 - Peninggalan Kerabat I
24
Chapter 23 - Peninggalan Kerabat II
25
Chapter 24 - Sepenggal Pedang Berkarat
26
Chapter 25 - Kenampakan Tak Kasat Mata I
27
Chapter 26 - Kenampakan Tak Kasat Mata II
28
Chapter 27 - Dungeon Break I
29
Chapter 28 - Dungeon Break II
30
Chapter 29 - Dungeon Break III
31
Chapter 30 - Dungeon Break IV
32
Chapter 31 - Ia, Sang Pembawa Kunci Alignma I
33
Chapter 32 - Ia, Sang Pembawa Kunci Alignma II
34
Chapter 33 - Ia, Sang Pembawa Kunci Alignma III
35
Chapter 34 - Permainan Endymion I
36
Chapter 35 - Permainan Endymion II
37
Chapter 36 - Permainan Endymion III
38
Chapter 37 - Tirai Kedua
39
Chapter 38 - Valhala Palsu I
40
Chapter 39 - Valhala Palsu II
41
Chapter 40 - Kelahiran Sang Penguasa
42
Chapter 41 - Gemini Vs. Astralis I
43
Chapter 42 - Gemini Vs. Astralis II
44
Chapter 43 - Gemini Vs. Astralis III
45
Chapter 44 - Gemini Vs. Astralis IV

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!