"Sore, Mbak Kia," sapa Vina, seorang pegawai Keisha yang bagian menjaga store di lantai 1, saat melihat Adzkia masuk ke butik milik Keisha.
"Sore. Keisha ada?"
"Ada Mbak, naik aja."
Adzkia langsung naik ke lantai 2, tempat kantor Keisha berada, dan juga tempat penjualan online shop-nya. Dia memang sering datang ke butik Keisha, entah belanja atau hanya sekedar mengunjungi Keisha. Kedua pegawai Keisha sudah mengenalnya.
"Hai, Kei. Tumben hari Minggu kamu di sini."
"Lagi banyak sekali kerjaan nih, Alisa juga sedang ambil cuti hari ini." Alisa adalah asisten Keisha, biasanya dia yang mengurus penjualan butik ini secara online, yang penjualannya bahkan lebih banyak daripada penjualannya di butik.
"Aku mau traktir kamu makan sekarang bisa?"
"Ada acara apa? Kok pakai traktir segala." Keisha tidak memalingkan matanya dari laptop dihadapannya.
"Kamu kemarin kan tidak bisa menikmati apapun di acara ulang tahunku. Aku jadi merasa bersalah nih. Makanya pengen traktir kamu makan."
"Oh jadi kamu ngerasa juga, ya."
"Apaan sih kamu, malah ngeledek. Mau atau tidak?"
"Satu jam lagi boleh? Aku selesaikan dulu pekerjaanku."
"Oke, aku tunggu. Sekalian aku mau lihat koleksi kamu. Ada barang baru?"
"Ada yang baru datang, tapi masih di gudang lantai 3, belum sempat dibongkar."
"Aku lihat duluan ya."
"Go ahead, awas kalau kamu tidak beli ya," ancam Keisha yang tidak dihiraukan Adzkia karena dia sudah naik tangga ke lantai 3.
Sekitar 75 menit kemudian baru mereka meninggalkan butik menggunakan mobil Mercedez Benz SLK putih milik Adzkia. Adzkia membeli sebuah clucth dan piyama lucu dari butik Keisha.
30 menit kemudian mereka sudah sampai di salah satu cafe langganan Adzkia. Para model sering datang ke cafe tersebut karena tempatnya berada di pusat kota dan pemilik cafe tersebut juga rekan seprofesi mereka yang sudah pensiun setelah menikah.
Keisha dan Adzkia baru saja memesan makanan ketika BERSERK datang. "Eh kamu di sini juga, Sayang?" sapa Bhisma yang langsung disambut dengan senyum manis Adzkia.
"Boleh gabung?" tanya Zafri sambil langsung duduk di samping Keisha.
"Emangnya kamu bakal pergi kalau aku bilang tidak boleh?" jawab Adzkia yang tak dihiraukan Zafri.
"Keisha ya?" Zafri menyodorkan tangannya dan langsung disambut Keisha.
"Kok tahu?"
"Aku tahu nama setiap perempuan cantik di muka bumi ini."
"Dia kakaknya Zio. Kamu sudah kenal Zio kan?"
"Zio?" Keisha berusaha mengingat-ingat.
"Gila kamu ya, tidak tahu Zio. Padahal dia sering muncul di TV dan jadi idola banyak perempuan lho. Apa selama ini kamu tinggal di gua? Kamu juga pernah pinjam ponselnya waktu di acara ulang tahunku." Adzkia berusaha membuat Keisha ingat.
"Aku tahu kalian pasti teman-temannya Bhisma di BERSERK kan? Tapi aku tidak tahu nama-nama kalian, selain Bhisma tentunya."
"Jadi waktu itu kamu pinjam ponsel Zio tanpa tahu dia itu siapa?"
Keisha hanya meringis, merasa malu dengan perbuatannya saat itu. Keisha memang tidak terlalu mengikuti dunia entertainmemt selama ini. Dia mengenal Adzkia karena memang sudah berteman sejak kecil, dia mengenal Bhisma karena merupakan tunangan Adzkia, dia mendengar nama BERSERK dari Bhisma juga, selebihnya dia tidak terlalu tahu.
"Sebelah aku ada Rendra, sebelah kamu itu Zafri dan sebelahnya lagi Zio, adiknya Zafri." Bhisma memperkenalkan temannya satu persatu.
"Eh, kamu kan yang malam itu, jadi nama kamu Zio? Jaketmu masih aku simpan, besok aku kembalikan ya." Keisha baru menyadari nama laki-laki yang pernah menolongnya itu. Malam itu memang mereka tidak sempat berkenalan karena Keisha terlalu bingung dengan kondisinya saat itu.
"Santai aja," jawab Zio sambil tersenyum.
Mereka makan sambil bicara dengan santai, kadang-kadang bercanda dan tertawa ringan. Sampai kemudian kedatangan seseorang merusak acara mereka.
"Babe, kamu kemana aja, sih? Aku mencarimu selama ini." Ratu tiba-tiba datang dan memeluk Zio dari belakang. Sedangkan laki-laki yang dipeluknya itu hanya diam saja tak bergerak dengan raut wajah yang dingin. Semua mata langsung mengarah kepada mereka.
"Kamu apa-apaan sih? Datang main peluk aja. Tidak punya sopan santun ya." Adzkia akhirnya punya kesempatan untuk meluapkan kekesalannya terhadap Ratu, setelah sekian lama dia menahannya.
"Dia kan pacarku ..." Ratu menghentikan ucapannya saat melihat sebuah kalung yang diinginkannya melingkar dengan sempurna di leher Adzkia. "Kalung itu, kamu dapat dari mana?"
"Bukan urusanmu."
Mengacuhkan Adzkia, Ratu menghadap ke Zio, "Babe, kalung itu kan.."
Zio tiba-tiba melepaskan diri dari pelukan Ratu dan berdiri, "aku pergi duluan."
Tanpa menunggu jawaban teman-temannya, Zio meninggalkan meja mereka, diikuti dengan Ratu yang tampak berusaha mengejar langkah Zio.
"Tunggu, Babe, pelan-pelan dong."
Sampai di depan mobilnya, Zio baru berhenti dan menghadapi Ratu.
"Ada apa mencariku?"
"Maksud kamu apa? Emangnya salah kalau aku mencari pacarku sendiri?"
"Aku malam itu datang ke apartemanmu, aku melihat dan mendengar semuanya. Meski aku tidak tahu siapa laki-laki yang saat itu memuaskanmu, tapi aku juga tidak ingin tahu. Kunci aparteman sudah aku kembalikan. Aku tidak punya hutang apa-apa lagi sama kamu, kan? Jadi buat apa kamu masih mencariku?" Zio mengatakan semuanya dengan dingin.
"Eh, kamu salah paham. Aku masih mencintaimu, dan hanya mencintaimu seorang. Zio, tolong dengarkan aku, jangan tinggalkan aku."
"Cukup, aku tidak mau mendengar apa-apa lagi dari mulutmu yang berbisa itu. Aku tidak bisa memuaskanmu dan aku juga pelit, tidak bisa memberikan semua barang yang kamu inginkan. Terserah kamu mau atau tidak, tapi aku sudah menganggap kita putus sejak malam itu. Kamu jangan pernah mencariku lagi."
Zio masuk ke dalam mobilnya dan langsung menekan tombol lock. Tanpa dia hiraukan Ratu yang bicara entah apa sambil memukul-mukul kaca jendela mobilnya, Zio menjalankan mobilnya dan meninggalkan Ratu yang frustasi karena merasa diputuskan sepihak olehnya.
Sebenarnya saat Ratu menemukan kunci apartemannya yang dibawakannya ke Zio ada di lubang kunci pintu apartemannya, dia sudah berpikir kalau Zio datang dan melihat saat dia sedang bersama dengan gebetannya saat itu. Tapi selama ini dia pura-pura tidak tahu dan ingin mendengarnya dari mulut Zio sendiri. Sekarang setelah Zio benar-benar mengatakannya, Ratu segera memutar otaknya untuk mencari siapa korban berikutnya yang bisa menggantikan Zio.
"Siapa dia?" tanya Keisha setelah Zio dan Ratu pergi.
"Mantan Zio. Perempuan gila, model amatir, main jual tubuh dan numpang popularitas Zio. Dia tuh cuma manfaatin Zio aja." Adzkia tak akan berhenti bicara kalau tidak disenggol Bhisma.
"Sudahlah jangan emosi, bikin cepat tua nanti, Sayang." Bhisma menenangkan Adzkia.
Zafri menggunakan kesempatan ini untuk mulai mendekati Keisha. Semakin diperhatikan, semakin Zafri menyukai Keisha, perempuan itu terlihat berkelas, berbeda dengan perempuan manapun yang pernah dikencani Zafri sebelumnya.
"Kamu naik apa tadi ke sini?" tanya Zafri.
"Bareng Kia," jawab Keisha singkat.
"Nanti pulangnya aku antar aja ya."
Keisha hanya mengerutkan dahinya dan menatap Zafri dan Adzkia bergantian.
"Kalau kamu tidak keberatan, Zafri akan mengantarkanmu pulang. Aku mau pergi sama Bhisma." Adzkia menjawab tatapan mata Keisha.
Keisha yang merasa tidak nyaman tapi juga tidak mau mengganggu Adzkia dan Bhisma akhirnya menyetujui ajakan Zafri.
Dalam perjalanan pulang, Zafri menanyakan banyak hal tentang Keisha, begitu pula sebaliknya. Keisha merasa aman dengan Zafri, laki-laki itu terlihat dewasa seperti Kellan, kakak kandungnya. Keisha menduga dia memang seumuran dengan kakaknya. Tinggi badannya hampir sama, kemungkinan sekitar 190an. Sama-sama berkulit putih, sama-sama ramah terhadap orang.
"Kamu berbanding terbalik dengan Zio ya."
"Masa? Apanya?"
"Kamu lebih ramah, Zio dingin."
"Kamu pikir es, dingin," canda Zafri yang membuat Keisha tertawa dan membuat Zafri semakin jatuh cinta.
"Kamu hanya belum mengenalnya lebih dekat saja. Sebenarnya dia laki-laki yang baik, jauh lebih baik dariku. Hanya saja dia terlalu cuek sehingga terkesan dingin."
"Wah, kamu membelanya. Sepertinya kamu sangat menyayanginya."
"Tentu saja aku menyayanginya, dia adik kandungku satu-satunya dan yang selalu berada di sisiku kapanpun aku membutuhkannya."
Keisha manggut-manggut, dia paham dengan perasaan seperti itu, karena seperti itu jugalah perasaannya terhadap adiknya, Kedric.
"Minggu depan jalan, yuk? Ada film hollywood baru mau tayang, sepertinya bagus," kata Zafri saat sudah berhenti di depan rumah Keisha.
"Aku lihat jadwal dulu ya. Seingatku minggu depan ada yang cuti, jadi aku harus menjaga butik."
"Oke. Minta nomer ponselmu."
Akhirnya Zafri dan Keisha bertukar nomer ponsel mereka.
Setelah melihat Keisha masuk ke dalam rumahnya, Zafri baru pergi meninggalkan rumah Keisha sambil tersenyum penuh kemenangan. Dia merasa yakin akan bisa mendapatkan hati Keisha. Zafri tak mengindahkan larangan Adzkia untuk tidak mendekati Keisha karena takut temannya itu menjadi salah satu korban Zafri yang seorang playboy.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments