Zio Menghilang

Zafri, Bhisma, Rendra dan Adzkia sedang duduk bersama di salah satu meja di ENZ, setelah BERSERK selesai latihan mereka menjemput Adzkia di rumahnya dan pergi ke ENZ bersama.

"Kenapa sih Zio tidak mau bergabung dengan kita malam ini?" Bhisma terlihat agak kesal karena malam ini Zio tidak ikut dengan mereka.

"Mungkin dia sedang ada urusan pribadi, biarin aja lah." Zafri membela adiknya.

"Jangan-jangan dia lagi jalan sama Ratu," sungut Adzkia. "Beneran kan Zaf, Zio tidak jadian dengan Ratu?"

"Ya mana aku tahu, dia tidak cerita apa-apa kepadaku."

"Ya barangkali Zio pernah mengajak Ratu ke rumah."

"Zio tidak pernah membawa perempuan ke rumah. Semua perempuan yang pernah datang ke rumah pasti aku yang membawanya. Hehehe..." Zafri cengengesan.

"Absinthe, Jun."

Terdengar suara familiar laki-laki memesan minuman mahal dan memabukkan di meja bar yang berada tak jauh dari meja mereka.

"Tumben, Zi." Arjuna, bartender di ENZ segera mengambilkan pesanannya. Lelaki manis berkulit sawo matang dengan tinggi yang tidak seberapa itu sudah hafal dengan minuman yang biasa dipesan pelanggan-pelanggan VIP di ENZ.

"Teman-teman kamu ada di tempat biasa. Sepertinya mereka menunggumu." Arjuna menunjuk ke sebuah meja dengan empat pasang mata melihat ke arah Zio.

Zio membawa botol Absinthenya ke meja dan duduk bergabung dengan teman-temannya.

"Apaan sih kamu, beli Absinthe segala, ingin hangover?" tanya Zafri dengan sedikit nada menegur. Bagaimanapun juga dia adalah kakak Zio dan leader BERSERK.

Meskipun tempat nongkrong mereka di klub malam, tapi mereka tidak pernah sampai mabuk. Mereka suka nongkrong di ENZ karena memang tempatnya yang cozy dan private. Di ENZ sendiri hampir tidak pernah ada keributan karena ulah pemabuk, karena kebanyakan pengunjung datang ke sana dengan alasan yang sama dengan mereka, privacy. Meskipun begitu, sebenarnya ENZ menyediakan minuman-minuman berakohol tinggi.

"Iya, aku ingin hangover malam ini. Besok kita tidak ada jadwal kan?" Zio ganti bertanya.

"Memang tidak ada sih, sebulan ke depan kita free, disuruh istirahat dulu sama Leo."

"Oke, kalau begitu kita minum ini bersama ya?" Rendra, yang walaupun sudah menjadi anggota boyband terkenal, tapi sebenarnya berasal dari golongan menengah ke bawah. Dan penghasilan dari pekerjaannya yang sangat banyak diberikan sebagian untuk Ibunya yang tinggal di luar pulau dengan ketiga adiknya dan menyimpan sisanya untuk kehidupannya sendiri di ibukota. Ayah Rendra sudah meninggal saat dia duduk di bangku kuliah. Dia tidak mau melewatkan kesempatan untuk minum minuman mahal itu ketika ada di depan matanya.

"Pasti dong." Zio membuka tutup botolnya dan menuangkan ke masing-masing gelas teman-temannya, kecuali Adzkia yang memang hanya mau minum wine saja.

Tidak lama kemudian Zio sudah mulai sedikit mabuk karena dia tidak berhenti minum, padahal teman-temannya hanya minum segelas (hanya Rendra yang minum dua gelas) dan Zafri sudah meminta Zio untuk berhenti minum, kadar alkoholnya terlalu tinggi.

"Aku sudah jadian dengan Ratu delapan bulan lalu," Zio mulai bercerita.

"APA? DELAPAN BULAN?" Adzkia berteriak dengan keras tanpa sadar, sampai Bhisma menyenggolnya karena dia melihat beberapa orang melihat ke arah mereka.

"Tidak perlu kaget begitu, aku sudah meninggalkan dia malam ini." Zio menuangkan minuman lagi ke gelasnya. Tanpa dia sadari Zafri menatapnya tajam seolah ingin membuang saja botol minuman itu, tapi di sisi lain dia ingin mendengarkan dulu cerita adiknya, dan berpikir barangkali dia memang membutuhkannya.

"Ternyata kamu benar, Kia."

"Tentang apa?" Adzkia tak paham.

"Tentang semua yang kamu bilang tentang Ratu. Tentang alasan kamu tidak suka dengan Ratu. Tentang alasan kamu melarangku dekat dengannya. Omongan kamu benar semua." Zio menenggak minuman di gelasnya sampai habis.

"Cukup Zio, kamu mau merusak tubuhmu sendiri cuma gara-gara Ratu?" Bhisma menahan tangan Zio yang hendak menuangkan minuman lagi ke gelasnya.

Zio melepaskan tangan Bhisma perlahan dan tetap mengambil botol minumannya, tapi botol itu tak bergerak, ternyata kali ini Zafri yang menahan botolnya.

"Kamu tidak boleh minum lagi. Cuma delapan bulan kan jadian dengan Ratu? Tidak mungkin kamu sudah cinta mati dengannya dalam jangka waktu delapan bulan. Ratu juga bukan perempuan yang istimewa. Aku tidak mau kamu yang mati cuma gara-gara perempuan tidak penting macam dia."

Akhirnya Zio mengalah. Dia minta rokok kepada Zafri kemudian berjalan keluar. Semua mengira Zio hanya ingin merokok dan menghirup udara segar di luar. Zio sebelumnya tidak pernah merokok, karena tidak suka dengan asap rokok dan bau yang tertinggal di dirinya setelah merokok. Meskipun dunia tempat dia bekerja kebanyakan perokok, Zio tetap tidak menyukainya. Entah kenapa kali ini dia ingin merokok.

Zio berdiri merokok di luar, menikmati hembusan angin malam sambil mengingat kembali ucapan-ucapan yang keluar dari mulut Ratu yang selama ini dia nikmati kelembutannya.

*"*Zio ganteng sih, kaya raya pula. Tapi dia pelit. Masa waktu aku bilang suka kalung emas dengan liontin berlian kecil dia tidak mau membelikannya untukku, padahal cuma kecil sekali lho berliannya itu. Percuma kan jadi orang kaya tapi pelit seperti itu. Tapi lumayan juga, aku sudah mendapatkan beberapa tas dan sepatu branded, iPhone X, baju-baju dan banyak lainnya. Tapi aku tetap menginginkan kalung itu."

"Ah... Jangan menggodaku terus dong, aku masih capek nih. Kamu kuat sekali sih, aku sangat puas malam ini. Tidak seperti Zio yang cuma bisa bertahan satu ronde saja......"

Semua perkataan Ratu itu melukai egonya sebagai seorang laki-laki. Memang benar kata Zafri, kalau Zio belum cinta mati dengan Ratu, tapi dia percaya dengan Ratu yang selama ini selalu menemaninya. Zio bukannya merasa cemburu atau patah hati karena Ratu, dia lebih merasa sakit hati karena kepercayaannya dikhianati oleh perempuan yang selama hampir setahun ini menempel terus padanya.

Bahkan minuman keras pun tidak bisa membuat Zio melupakan semua itu. Zio jadi menyesal karena sudah minum terlalu banyak untuk minuman yang dia sadari bisa merusak tubuhnya tapi tetap tidak bisa membuat dia melupakan masalahnya. Zio membuang rokoknya yang masih tersisa separuh kemudian masuk ke dalam mobilnya dan meninggalkan ENZ.

Zafri merasa frustasi. Sudah seminggu ini dia tidak melihat Zio di rumahnya. Dia sudah mencarinya kemana-mana. Ponselnya juga dimatikan sehingga tidak ada seorangpun yang bisa menghubunginya. Bhisma, Rendra, Adzkia, bahkan Kevin yang kemudian mengetahui masalah Zio dari personil BERSERK lainnya ikut mencari Zio tapi tidak satupun menemukannya. Mereka tidak ada yang memberitahu Leo karena tidak ingin masalah ini menjadi besar. Lagipula Leo memang menyuruh mereka beristirahat dulu dari pekerjaan, jadi tidak akan ketahuan olehnya kalau saat ini ada satu anggota yang hilang.

Adzkia rasanya ingin mendatangi Ratu dan melabraknya, tapi Bhisma melarangnya karena hal itu hanya akan mempermalukan diri Adzkia sendiri. Untungnya dia hampir jarang bertemu Ratu, sehingga dia cukup bisa menahan diri dari kemarahannya terhadap perempuan itu.

Dua minggu.

Ratu pernah mendatangi ENZ dan bertanya kepada Arjuna tentang Zio, karena Ratu juga tidak bisa menemukannya. Tapi kata Arjuna, Zio dan teman-temannya terakhir datang ke sana Jum'at malam dua minggu lalu.

Ratu sebenarnya tidak pernah datang ke ENZ, karena tempat itu terlalu mahal untuk model menengah seperti dia. Zio juga tidak pernah mengajaknya karena dia merahasiakan hubungan mereka dari teman-temannya. Tapi Ratu cukup tahu bahwa Zio adalah pelanggan VIP di klub malam itu.

Tiga minggu.

Empat minggu.

Kevin sudah siap-siap untuk mengatakan tentang hilangnya Zio kepada Leo, jika sampai waktu istirahat BERSERK berakhir dia belum kembali.

Di tempat lain, Zio yang sudah cukup bosan dengan kesendiriannya menyalakan ponsel yang selama ini dinonaktifkannya.

Ratusan pesan langsung masuk, dan sebagian besar dari Ratu, Zafri, Bhisma, Rendra, Adzkia, dan Kevin.

"Zi, kamu dimana?"

"Babe, jalan yuk?"

"Zio, kamu baik-baik saja kan?"

"Babe, kamu dimana sih?"

"ZIIOOOOOOOOO!!!"

"Babe, kenapa ponselnya dimatiin? Aku mau ketemu sama kamu."

"Please, jangan lakukan hal bodoh." Zio mendengus, emang mereka pikir aku sebodoh itu?

"Zio, jangan lupa makan."

"Zi, balik dong, aku kangen sama kamu."

"Babe, aku ada salah apa sama kamu? Kok kamu tidak menghubungi aku sama sekali?"

"Babe...."

"Zio, sabtu malam besok aku merayakan ulang tahun di ENZ. Awas kalau kamu tidak datang."

Ah iya, Adzkia ulang tahun ya. Sepertinya aku memang sudah harus kembali.

Zio akhirnya meninggalkan villa tempat dia tinggal selama sebulan ini. Villa yang menjadi saksi bisu saat Zio berusaha menenangkan dirinya sendiri. Villa yang selalu dia datangi saat merasa ingin tenang dan sendirian.

Villa itu berada di puncak bukit, dengan pemandangan menghadap gunung yang tampak indah. Zio senang menghabiskan waktunya berenang di kolam renang outdoor di villa itu. Berenang dengan udara yang segar dan pemandangan yang indah, selalu bisa membuat dirinya merasa tenang. Di sana juga ada penjaga villa yang istrinya pandai memasak. Zio memintanya untuk membuatkan masakan vegetarian setiap hari untuknya, dan terbukti memakan masakan sehat sangat membantunya untuk meredakan emosinya.

Dan saat ini memang hatinya sudah jauh lebih tenang daripada saat dia datang ke villa tersebut satu bulan yang lalu. Zio tidak ingin menemui Ratu lagi, meskipun sekedar untuk menjelaskan alasan kenapa dia pergi meninggalkannya. Tapi kalaupun dia harus bertemu dengan Ratu, Zio merasa sudah siap.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!