Setiap malam aku selalu memuaskan otakku, agar bisa sedikit relax dan enjoy.
Yah tepat pukul 00-00 malam, aku selalu terbangun dan bersiap memuaskan otakku dengan buku-buku tebal dengan judul yang berat, dan ditemani secangkir teh jahe merah kesukaanku.
Disaat otakku sudah mencapai titi puncak, segala sesuatu menjadi muda. Itulah mengapa pentingnya untuk memuaskan otakku terlebih dahulu.
*****
Aku mengganti bajuku, dan mengambil beberapa pasang pakaian favorit ku.
Aku bersiap menuju ke salah satu tempat, di mana tempat itu menjadi tempat rahasiaku untuk beberapa hari ke depan.
Dan yah, tak lupa teh jahe merah kesukaanku tidak boleh ketinggalan.
Aku mengendarai mobil Berwarna hitam peninggalan ibuku. Meski modelnya sedikit jadul, tapi yah lumayan lah untuk bisa berwara wiri.
*****
Sesampai di tujuan, hal yang paling utama ku buat adalah teh jahe merah kesukaanku.
Sambil menikmati teh jahe merah ku ini, dan untuk mendukung suasana, aku memutar musik klasik itali favorit ibuku sebagai cara lain untuk memuaskan otakku.
Dan....
"Hei, apakah aku terlihat seperti gadis dengan segudang rencana? hahahaha tentu tidak, aku hanya gadis biasa yang mungkin kebetulan saja memiliki hobi yang tak biasa kawan."
Ujar ku.
"Berkat hobi memuaskan otak, dapat membantuku bisa berfikir jernih, jadi kamu tak usah takut kawan."
Ujar ku lagi
"Apakah kamu ingin mencoba nya kawan?" Tanyaku.
"Tidak, tidak, tidak, hanya aku yang bisa menikmati nya."
Kataku dengan rasa yakin.
"Hei kawan, mengapa kamu menatap ku seperti itu? apakah kamu ragu denganku? jika iya, coba katakan apa yang menjadi keraguanmu itu kawan?"
Tanyaku lagi.
"Ya Tuhan... kamu hanya menatapku terus, ayolah kawan, keluarkan suara merdu yang masih bersembunyi di balik pita suaramu itu."
Kataku membujuk.
"Apa? kau katakan apa? aku tidak mendengarnya kawan, jangan membuatku sedikit penasaran dengan suara merdu yang sangat betah kau sembunyikan di balik pita suaramu kawan."
Ujar ku.
"Kawan, ayolah... jangan menatapku seperti itu. aku tau, kalau tatapan itu sebenarnya penuh dengan kekosongan."
Ujar ku lagi.
"Kau tau kawan, ketika kamu berusaha menakuti ku dengan tatapan mu itu, sebenarnya aku semakin penasaran. Ini ibarat kau memberiku teka-teki yang sebenarnya kau pun sendiri sulit memecahkan nya!"
Kataku, sambil aku mengambil kursi untuk duduk di depan orang tersebut.
"kawan, kau tau bahwa kau salah menilai ku! Aku tak seperti yang kau bayangkan. Aku hanya ingin membantumu untuk berbicara, itu saja kawan."
Kataku.
"Hahahahahaha.... sepertinya wajahmu mulai memucat kawan."
"Ayolah berbicara lah kawan, mengapa tiba-tiba raut wajahmu memucat?"
Kataku.
"Apakah kau sungguh ingin bermain teka teki denganku kawan?"
Tanyaku.
"Dengar baik-baik kawan, sebenarnya kau sangat mengenalku. Bahkan kau tau apa yang aku benci."
Kataku.
"Kawan, apakah kau ingin bercermin? agar kau dapat melihat wajahmu saat pucat seperti itu. Kira-kira kau mirip siapa, ketika aliran darah di wajahmu tersumbat seperti itu! kau mau tau kawan?"
Kataku lagi.
"Ayolah kawan, berbicara lah. Kenapa kau sangat betah menyembunyikan suara itu? Kau membuatku seperti berbicara dengan tembok."
Kataku dengan berusaha meyakinkan.
"Kawan cobalah untuk tidak memancing emosiku." Kataku lagi dengan sedikit tatapan tajam.
"Tapi tenang saja kawan aku tidak akan memakai emosiku padamu, Karena aku sangat mengenalmu."
Kataku sambil merapikan rambutku.
"Heiiii.... kawan, mengapa tiba-tiba kau mengeluarkan air mata?"
Tanyaku.
"Aku tidak mengerti mengapa kau sesedih itu!"
Tanyaku lagi.
"Sebenarnya aku benci air mata, tapi aku juga penasaran mengapa kau mengeluarkan air mata palsu itu!"
Kataku sedikit heran.
"Apa yang menjadi ketakutan mu kawan? Aku tidak menyakiti mu tapi mengapa kau mengeluarkan air mata palsu mu itu kawan?"
Tanyaku.
"Kawan, kau tau mengapa kau disini?"
Tanyaku sambil kumainkan ponselku.
"Heiii, jawablah aku sedang bertanya padamu, mengapa wajahmu begitu pucat dan di hiasi dengan air mata palsu?"
Tanyaku dengan nada mengejek.
"Apa kau takut padaku? Apa yang kau takutkan? aku tidak seseram yang kau bayangkan. Kita sama-sama wanita yang hanya mempunyai sedikit perbedaan."
Kataku sedikit menjelaskan dengan ekspresi mengejek.
"Kau tau kawan, aku berusaha membuatmu relax. Tapi mengapa kau tak bisa relax juga?"
Tanyaku sambil sedikit menggaruk kepalaku karena gatal.
"Cobalah sedikit hargai usahaku ini kawan."
Kataku lagi.
"Oohhh... tidak.... jangan deras kan air mata palsu itu, aku sungguh sangat membenci air mata."
Kataku sambil menggelengkan kepalaku.
"Aku tau sekarang, mungkin kau mau berbicara denganku dengan sedikit sensasi? Tenang saja kawan, aku akan membuat sensasi yang sedikit membuatmu bisa relax."
Kataku sambil berdiri mengarah ke cermin.
*****
Akupun beranjak dari ruangan itu, untuk mengambil benda tumpul sebagai alat untuk menciptakan sensasi.
Di tengah aku mencari benda tumpul itu, pendengaran ku sedikit terganggu dengan suara- suara aneh yang sepertinya berasal dari balik ruangan penyimpanan benda rahasia ku ini.
Pelan demi pelan aku melangkah untuk mencari tau suara itu, tapi awwwww shit... aku tersandung dengan sebuah tali yang terletak di lantai.
"Tali apa ini? Sepertinya aku tidak memiliki tali seperti ini! Jangan- jangan ada yang masuk ke tempat ini tanpa seizin ku."
Tanyaku dalam hati sambil menggulung tali yang membuatku tersandung barusan.
"Aku berusaha mengecek Cctv dari ponselku, tapi rasanya ada yang aneh." Sepertinya seseorang telah mengetahui rencana ku ini, dan orang itu menyelidiki ku sehingga bisa mengetahui tempat ini. Aku harus benar-benar waspada."
Kataku dalam hati dengan sedikit mengintai.
"Aku harus menjalankan Rencana "B". Aku harus memutar balikan semuanya agar orang itu terkecoh dengan kecurigaannya padaku."
Kataku sambil berfikir.
"Sekarang aku harus berpenampilan seperti yang orang-orang kenal, seorang gadis kutubuku yang mustahil melakukan hal di luar logika orang kebanyakan."
Kataku dalam hati.
"Pertama, aku mengubah ruangan tempat di mana orang pucat yang penuh dengan kebohongan itu menjadi ruangan menyerupai perpustakaan mini. Dan ruangan penyimpanan benda rahasiaku, akan aku ubah menjadi ruangan barang antik peninggalan ibuku."
Kataku sambil menatap sekeliling sudut rumah yang akan ku ubah.
"Dan orang pucat yang penuh kebohongan itu, akan ku ungsikan di dalam ruang bawah tanah yang berada tepat didalam kamar mandi."
Kataku dengan rasa sedikit aman.
"Aku harus memastikan situasi sekitar aman. Tapi terlebih dahulu aku harus bersikap dan berpenampilan seperti gadis kutubuku yang lugu."
Kataku sambil menuju ruang ganti.
"Setelah aku memastikan situasi sekitar sepertinya sedikit tidak aman, tapi walaupun demikian aku harus bergerak secara perlahan namun pasti."
Kataku dengan rasa percaya diri.
*****
"Kring... kring... kring..." ( Ponselku berdering)
Terlihat nomor tak dikenal memanggil di dalam ponselku. Aku mencoba mengangkat nya namun aku tak mengeluarkan suara sedikitpun.
"Hi Rey, kamu dimana? kamu sudah mendengar kasus salah satu teman kita belum?"
Kata orang dibalik telpon itu.
Ternyata yang menelpon ku adalah Salsa, salah satu teman dekatku di sekolah. Walaupun aku dekat tapi rahasia tetap menjadi rahasia.
Aku berlagak tidak mengetahui apa-apa.
"Heiii Salsa ... aku dirumah, memang ada kasus apa Salsa?"
Tanyaku yang pura-pura tidak mengetahui apa-apa.
"Tuuttt ... tuuttt... ( Tiba-tiba telpon Salsa putus)."
"Apa-apaan ini, sepertinya ada sesuatu yang mencurigakan."
Tanyaku dalam hati
Ini seperti teka-teki baru atau bisa juga dikatakan seperti sebuah permainan baru.
Ok kalo situasi berusaha mempermainkan ku, maka aku juga akan mempermainkan situasi ini beserta orang-orang yang terlibat didalamnya.
Semuanya baru saja dimulai, dan aku memilih untuk menjadi dalang dalam situasi ini.
*****
"Hei kawan, kali ini mungkin percakapan kita tidak panjang lebar, kau bisa beristirahat di kursi itu sambil menikmati kesunyian ini. Yah kau pun harus membiasakan dirimu berteman dengan kesunyian ini, karena kesunyian ini baik untukmu sambil kau merenungkan kapan kau berani untuk mengeluarkan suara merdu mu itu dari balik pita suara mu.
"Kawan mungkin lakban tebal ini baik untuk mulutmu, dan mungkin bisa mendukung keinginanmu diam sejenak."
Kataku sambil membungkam mulut orang itu.
"Dan apakah tali di badanmu membuat mu sedikit sesak? tapi kurasa tali itu bisa membuat mu nyaman kawan."
Kataku sambil mengejek.
Aku beranjak darinya, dan beralih untuk sedikit menyegarkan otakku dengan secangkir teh jahe merah.
Angin malam yang menerpa wajahku, menambah sedikit kesegaran dan yah lumayan... aku bisa menikmati nya sambil menyusun langkah berikutnya.
Meskipun mungkin sedikit ada hambatan, tapi aku yakin aku bisa melakukannya demi IBUKU.
Air mataku seketika keluar dan memberi tanda bahwa tekat ku bulat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Lily Cantika
belum mengerti alurnya
2021-06-10
1
anggita
salam kenal., kawan.,🤗
2021-05-10
2
Cordius Satya
Hmm sek dia bicara ama dirinya sendiri di cermin kan? Atau kasus temen kelasnya yg hilang itu dia culik ke suatu tempat?
2021-04-30
2