Pelangi Setelah Hujan

Pelangi Setelah Hujan

Bagian 1

Awan hitam masih menyelimuti rumah Rania. Kemarin sore, Rania kehilangan kekasihnya. Orang yang sangat disayangi oleh Rania. Bahkan mereka sudah merencanakan pernikahan. Tapi karena kecelakaan Randi, menghembuskan nafas terakhirnya. Iya, Randi adalah pacar Rania yang meninggal kemaren. Setelah kepergian Randi, Rania nampak sedih dan selalu murung.

Dia selalu menyalahkan dirinya sendiri. Kalau saja dia tak menyuruh Randi untuk menjemputnya. Pasti dia masih ada disisinya sekarang. Tapi takdir berkata lain. Cinta mereka pupus ditengah jalan. Tapi tidak ada yang harus disalahkan. Yang ada harusnya di ikhlaskan. Karena semua sudah ada yang mengatur. Ibu Rania pun sudah sering mengatakan untuk mengikhlaskan Randi. Tapi sangat sulit bagi Rania, karena Randi adalah sosok orang yang membuatnya bangkit kembali.

Ketika ia kehilangan Ayahnya. Rania sudah kehilangan Ayahnya. Dan untuk menyambung hidup Rania bekerja disalah satu perusahaan besar dikotanya. Ia bekerja sebagai asisten dan sekertaris di perusahaan tersebut. Setelah beberapa hari tidak bekerja. Hari ini Rania kembali kerutinitasnya. Berusaha mengikhlaskan kepergian Randi. Dengan motor maticnya, ia berangkat kekantor. Sampai dikantor, Rania sudah disambut dengan celotehan Dara. Sahabatnya dari SMA, yang bekerja ditempat yang sama.

"Selamat pagi Bebeb Rania." sapa Dara.

"Selamat pagi Ra,.." balas Rania ogah-ogahan.

"Semangat Nia, hari esok masih banyak tantangan yang harus kita lalui. Bahkan lebih berat dari hari ini." Dara memberi semangat Rania.

Rania berlalu menuju tempatnya yang ada disebelah Dara. Dia mengecek jadwal bosnya hari ini. Beruntung hari ini tidak ada meeting diluar. Bahkan free, tinggal dia menyalin data-data dan jadwal penting selanjutnya. Dia pun tak tahu kalau hari ini bakal ada pergantian direktur utama. Dara yang tadinya mau memberi info malah diacuhkan Rania. Tapi Dara tahu, kalau sahabatnya ini masih sangat kehilangan.

Tak lama pukul 8 pagi, semua karyawan disuruh untuk berbaris. Menyambut direktur yang baru. Rania terlihat begitu bingung. Tapi Dara buru-buru memberi tahu Rania. Akhirnya Rania ikut dibarisan dan berdiri dibarisan serapi mungkin. Semua karyawan memberi hormat kepada sosok Laki-laki gagah. Bertubuh kekar dan atletis. Wajahnya yang tampan mampu menghipnotis semua karyawan perempuan. Tapi tidak untuk Rania yang baru saja kehilangan.

"Rania, ikut ke ruangan saya." perintah direktur baru itu.

Rania pun menurut, karena sekarang bosnya sudah ganti. Dengan sigap Rania mengambil buku jurnalnya dan melangkah mengikuti big bosnya. Didalam ruangan yang begitu luas dan sangat rapi. Rania berdiri dengan tegap dan menatap bosnya.

"Apa hari ini ada jadwal?" tanya bos Rania.

"Tidak pak, hari ini free." jawab Rania.

"Kalau gitu jadwalkan saya, sibuk hari ini. Terserah kemana, karena saya tidak mau diganggu." jelas bosnya.

"Tapi pak, kalau sewaktu-waktu ada meeting dadakan bagaimana?" tanya Rania.

"Rania !!" betak bosnya.

"Baiklah pak." jawab Rania singkat dan pergi begitu saja.

Rania keluar ruangan bosnya dengan wajah yang lesu. Dara yang melihat itu langsung mendorong kursinya. Mendekati Rania yang sudah duduk termenung.

"Kenapa?" tanya Dara.

"Entahlah, sepertinya aku belum siap bekerja lagi. oh iya Ra, bos baru siapa namanya?" tanya Rania begitu tak bersemangat.

"Bara Wicaksana Hutomo, pewaris tunggal Hutomo group." jelas Dara.

Rania menghembuskan nafasnya kasar dan langsung kembali bekerja. Seharian full banyak yang ingin bertemu dengan Bara sekedar untuk berkenalan atau membahas hal yang tidak penting. Tapi sesuai permintaan bos Bara, Rania menolak dengan alasan Bara sedang sibuk. Menyiapkan berkas untuk meeting besok. Alasan yang sangat tidak masuk akal menurut Rania. Tapi apa boleh buat, dia hanyalah karyawan. Yang harus patuh perintah bosnya.

Setelah seharian bekerja, akhirnya jam pulang datang juga. Rania ingin sekali buru-buru pulang. Karena ia sudah merasa sangat lelah. Tapi lagi-lagi, Bara membuat Rania kesal. Bara tak mengijinkan Rania pulang dengan alasan ada pekerjaan yang menumpuk. Dan harus selesai hari ini juga. Sebenarnya itu hanya alasan Bara saja. Karena Bara sedikit banyak tahu tetang kisa hidup Rania.

Bara adalah sahabat dari Randi pacar Rania. Dan sebelum Randi meninggal ia berpesan kepada Bara. Agar dia menjaga Rania setelah kepergiannya. Bahkan Randi berpesan untuk menjadikan Rania istrinya. Tapi itu sangat mustahil buat Bara, karena Bara sendiri sudah memiliki kekasih hati. Yaitu Bianka, gadis yang menurit Bara sangat cantik dan baik hati.

Padahal Bianka hanya memanfaatkan Bara. Dan hal itu pun sudah diketahui oleh Randi. Randi pun sebelum meninggal sudah memberi tahu Bara. Namun Bara tidak percaya dengan kata-kata Randi.

"Rania, keruangan ku sekarang." perintah Bara.

Rania pun melangkah keruangan bosnya dengan langkah gontai. Tanpa semangat ia menuruti permintaan bosnya. Sampai diruangan Bara, Rania langsung duduk dan menunggu perintah selanjutnya. Bara menyuruh Rania, menyalin data-data dari awal bulan sampai bulan ini. Dan itu membuat Rania terheran-heran. Karena menurutnya itu tidak penting. Data sebelumnya sudah dikroscek dan sudah benar. Bahkan pak Hutama ayah Bara, waktu itu mengapresiasi kinerja Rania.

"Tapi pak, inikan datanya sudah benar semua. Kenapa harus disalin lagi?" tanya Rania tanpa rasa takut sedikitpun.

"Kenapa?! suka - suka aku dong. Disini bosnya aku bukan kamu!" bentak Bara.

Rania pun dengan sigap mengerjakan pekerjaannya. Karena dia tak mau lama-lama dengan bos yang angkuh. Sombong, sok berkuasa banget. Rania tidak suka dengan orang yang sikapnya seperti itu. Semena-mena seperti semua miliknya. Padahal semua yang kita miliki hanya titipan. Seperti orang yang kita sayangi hanyalah titipan. Rania jadi kembali mengingat sosok Randi.

Hampir meneteskan air mata,tapi dengan sigap ia menghapus air matanya. Dan hal itu dilihat oleh Bara, yang tak sengaja menoleh ke arahnya. Sebenarnya Bara hanya ingin membuat Rania lupa akan lukanya. Luka yang masih baru, setelah kehilangan orang terkasih. Bara sebenarnya iba melihat Rania yang begitu terpuruk dan terpukul. Tapi hanya itu yang bisa Bara lakukan untuk menghilangkan sedikit kesedihan Rania.

"Pak sudah selesai, boleh saya langsung pulang?"tanya Rania.

"Benar saja data sebanyak itu sudah selesai. Jangan asal-asalan kamu." kata Bara keras.

"Ini bapak cek dengan teliti. Kalau masih ada yang salah saya benarkan kembali pak." jelas Rania dengan yakin.

Bara pun denga sigap meneliti pekerjaan Rania. Dan benar saja Rania bekerja sangat rapi dan teliti. Tidak ada sedikit pun data yang terlewat. Dan sangat rapi pengetikannya. Randi memang benar-benar tidak salah mencintai gadis seperti Rania. Gumam Bara dalam hati.

"Kamu boleh pulang, dengan syarat aku yang mengantar mu." kata Bara dengan tegas.

"Saya bawa motor sendiri pak, pak Bara ndak usah repot mengantar saya. Permisi pak." ucap Rania dengan jelas sembari pergi.

"Kalau gitu jangan keluar dari ruangan saya!" tegas Bara.

Rania pun tak bisa menolak permintaan Bara. Akhirnya Rania pasrah diantar oleh Bara. Sedangkan supir Bara membawa motor Rania. Didalam mobil Rania hanya diam tak mengucap sepatah kata pun. Sedangkan Bara asik menggunakan headset nya untuk menelpon Bianka. Rania sangat kesal sekali hari ini. Bahkan dia merasa tidak ingin bekerja lagi. Tapi dia mengingat tanggung jawabnya.

Yang harus menghidupi ibunya. Dan memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Tidak mungkin Rania berpangku tangan hanya menganggur dirumah saja.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!