A Story Of LIA

A Story Of LIA

SATU

...“Ada Pepatah Yang Mengatakan Bahwa Semua Hubungan Dimulai Dari Sebuah Interaksi Sederhana Yang Mungkin Tidak Bisa Diprediksi Oleh Akal Pikiran”...

Mungkin, tidak ada yang aneh dari kepulangannya ke tanah air hari ini, kecuali sebuah panggilan telfon dari seseorang yang mengizinkan mahasiswa asing asal Indonesia sepertinya untuk bertempat tinggal dirumahnya dan membantunya beradaptasi secara gratis di negeri orang, hanya dengan sebuah alasan 'Kamu mengingatkanku pada seseorang'.

Selama dua tahun hidup dan tinggal bersamanya, Ia merasa bahwa pria paruh baya ini seperti orangtuanya sendiri, dan seolah tau bahwa jika diundang ke tempat ini, ada hal berat yang akan dibicarakan olehnya.

Selama dua tahun di New York, ini kali kedua Ia mengundangnya ke sebuah cafe estetik yang berada di pinggir kota yang menghadap langsung ke arah laut. Sebuah cafe yang bukan kelas mahasiswa seperti dirinya.

Ia dan pria paruh baya itu bukan berarti jarang keluar ngobrol bersama, kadang di weekend dia sering mengajak pemuda itu ke taman atau cafe lain di tengah kota, hanya saja untuk tempat kali ini, pemuda itu merasa, cafe ini mungkin memiliki nilai kenangan tersendiri buat pria paruh baya ini dan terasa begitu mahal untuk pemuda itu. (hanya mereka yang mempunyai kartu member yang diperbolehkan masuk)

Setibanya disana, seperti biasa ada pemeriksaan oleh staff yang ditugaskan, dan ternyata memang ketika pemuda itu menyebutkan bahwa dia diundang oleh pria paruh baya itu, langsung saja staff memberitahu bahwa pria itu sedang ada di area outdoor dan pemuda itu segera menuju area tersebut.

Kini pemuda asal indonesia itu melihat seorang pria paruh baya yang saat ini duduk menatap jauh ke arah lautan, dengan angin yang terkadang mengenai rambutnya, tubuh tegapnya seakan membuat pemuda itu tak menyangka bahwa pria ini sudah berumur hampir menginjak angka lima puluh tahun.

Pemuda itu terhenti sejenak, ketika melihat pria paruh baya itu menoleh kearahnya dan menggerakkan tangannya dengan isyarat memanggil pemuda itu kearahnya.

Tak banyak orang yang berada disekeliling mereka berdua, mengingat betapa eksklusifnya cafe ini. Namun, suasana cafe yang berada dipinggir pantai, Angin laut dan musik bernada melow, membawa kesyahduan dan kenyamanan yang begitu apik.

Belum lagi di dukung interior yang luar biasa membuat mata merasa termanjakan akibat perpaduan keindahan alam dan keindahan tangan manusia.

Entahlah, sudah hampir sepuluh menit pemuda itu tiba dan kini duduk bersamanya, namun pria tersebut hanya diam, lalu meneguk kopinya sambil terus menatap jauh kearah lautan.

tatapannya seolah-olah siapapun bisa menafsirkan tatapan kerinduan yang terpancar dari sorot matanya yang kini mulai menunjukkan lingkaran dibawah matanya dan kerutan yang tak bisa membohongi bahwa dirinya kini termakan usia. Pesanan pemuda tersebut pun sudah berada ditangannya, secangkir Americano.

“What are you looking sir ? I feell, you’re miss something,?” ucap pemuda itu memecah keheningan diantara mereka berdua.

Pria itu menoleh kearahnya dengan sedikit senyum menatap pemuda itu selama beberapa detik lalu kembali meminum sedikit kopi yang ada ditangannya saat ini.

“Aku rindu Indonesia” ucapannya sontak membuat pemuda asal Indonesia tersebut, terkejut melihat pria itu menggunakan bahasa indonesia.

“Bapak bisa bahasa indonesia ?”ucap pemuda itu.

“Tentu, aku menghabiskan masa mudaku disana, dan ibuku berasal dari Indonesia juga,” jawabnya.

“Jadi selama dua tahun ini,? Pemuda itu bertanya heran sambil meregangkan tangannya.

“Aku mencari moment yang tepat, dan aku merasa inilah waktu yang pas untuk kamu membantuku” ucapnya yang membuat pemuda itu semakin heran.

“Aku berteman baik dengan profesor Watson, dan begitu Ia bilang ada mahasiswa asal Indonesia yang saat ini membutuhkan tempat tinggal dan kemudian mengirimkan Motivation Lettermu kepadaku, aku langsung menerima tawarannya untuk membantumu selama disini,”

"Mengingat awal pertemuan kita , prof Watson mengatakan bahwa bahasamu masih terlalu kaku dan sedikit terbata-bata dan aku tak menyangka memang separah itu, hal itulah yang membuatku tidak pernah menggunakan bahasa Indonesia denganmu,"

“Dan.....” Ia merogoh saku jaketnya, kemudian mengeluarkan sebuah buku dengan tampilan klasik ala buku diary tempo dulu. Namun dari motifnya, pemuda itu meyakini bahwa itu pasti milik seseorang, dan ya, seorang wanita

.

Pria paruh baya itu membuka diary tersebut lalu mengambil sebuah foto yang tampak mulai menguning, sekilas dari jauh aku melihat 3 wanita dan 4 pria didalam sebuah foto tersebut. Pria itu mengarahkan foto itu kepada pemuda itu dan tentu saja membuat pemuda tersebut leluasa untuk melihat jelas foto itu.

“Seven Pilar” ucapnya, yang membuat pemuda itu menoleh ke pria paruh baya itu.

“Aku ingin kau membantuku mencari ke 6 orang yang ada difoto ini, terutama wanita ini,” sambil mengarahkan tangannya, menunjuk kearah seorang wanita yang berada tepat disampingnya.

Seorang wanita berwajah manis, bertubuh sedang, memiliki lesung pipi disenyumnya.

“Namanya Lia, Aprillia Navilia” sambungnya.

“Aku ingin kau menemukannya, usianya mungkin sudah sama sepertiku kami angkatan tahun 89 di SMA Angkasa, aku juga nelihat itu juga sekolahmu dulu.” Pemuda itu langsung terkejut, ternyata pria ini satu almamater dengannya, membuat teka teki dan rasa penasaran pemuda itu langsung terjawab, 'Mengapa pria ini mau membantunya selama disini'.

Pertemuan sore tadi, memang membuat pemuda tadi cukup terbebani pikiriannya, padahal dia baru saja menyelesaikan pendidikannya di US, tepatnya di New York University. Kini Ia, membawa sebuah tugas dari orang yang membantunya selama hidup di negeri orang. Banyak alasan yang membuat pemuda tersebut sulit untuk menolak permintaan dari pria paruh baya tersebut.

Kini Ia mulai berjalan menuju pesawat setelah sebelumnya telah melakukan check in tiket dan administrasi lainnya. Sambil melihat boarding pass yg berada di tangan kanannya, Ia bergerak menuju baris dan kursi yang sesuai dengan nomor yang tertera di boarding pass yang Ia miliki.

Pemuda itu telah menemukan kursinya, Ia merebahkan badannya di kursi empuk yg disediakan pihak maskapai. Perjalanan akan memakan waktu hampir satu harian penuh, dan harus transit terlebih dahulu di Abu Dhabi.

Lima belas menit pasca take off, tak banyak yg bisa dilihat keluar jendela pesawat, hanya sebuah pemandangan gelap dan beberapa cahaya lampu pesawat, membuat pemuda itu merilekskan badannya dan merebahkan tempat duduknya.

Ia kembali mengingat suasana pertemuan itu dan teringat kembali dengan perkataan pria paruh baya itu.

"Aku telah berusaha mencarinya, namun tidak ada jejak yang bisa aku temukan. Perpisahan kami, dan kisah persahabatan kami sebagian besar ada di buku diary ini. Aku ingin kau membacanya sebagai referensi untuk menemukannya. Kau mengingatkanku pada sahabatku ketika di Indonesia dan aku yakin, kau memang mirip sepertinya dan bisa menemukan gadis ini. Kutitipkan kisah masa mudaku padamu, dan ini kartu eksklusif cafe ini. Aku ingin kau memilikinya sebagai hadiah buatmu. Jika tak ada kesempatan untuk kembali ke kesini, jadikan kartu ini pengingat bahwa kau pernah tinggal bersama pria paruh baya sepertiku. Maaf aku tak bisa mengantarmu kebandara, aku ada janji lain bersama prof Watson, senang bertemu denganmu, kabari aku setelah kau menemukannya." Sambil Ia memeluk pemuda itu cukup lama.

Terpopuler

Comments

R. Yani aja

R. Yani aja

pesannya disuruh like part 44/45... tapi beneran enggak nyambung baca dari sana jadi aku mulai baca dari awal deh... 🤗

2021-07-27

1

Hiat

Hiat

first

2021-07-25

1

Hiatus bentar🧸

Hiatus bentar🧸

semangat kak 🔥🔥

2021-07-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!