Emak Aku Pengen Kawin
"Ma, harus banget kita berangkat? Sekali-sekali nggak usah berangkat kan nggak apa-apa." Karen menawar.
"Hush, pertemuan trah itu cuma setahun sekali. Nanti kita dilupain sama saudara-saudara jauh kalau nggak datang. Lagian, sepeninggal papamu, saudara-saudaranya jadi jarang ke sini. Jangan sampai kita kehilangan saudara."
Karenina adalah seorang wanita lajang berusia 26 tahun. Dia tinggal bersama ibu (Mama Puri) dan adik laki-lakinya yang bernama Kendrik. Mereka tinggal di sebuah kota bernama Koja. Semenjak ayah Karen meninggal, pertemuan trah dari pihak keluarga ayah menjadi prioritas utama Mama Puri.
Dia khawatir jika tidak datang, keluarga dari pihak ayah akan melupakan mereka. Pada tahun-tahun sebelumnya, agenda pertemuan trah ini membahagiakan untuk Karen. Tetapi sejak umurnya kian bertambah, pertemuan ini menjadi momok. Pertanyaan klasik kepada wanita lajang berusia matang mulai dialaminya.
Awas aja kalau nanti ada yang tanya kapan nikah, aku telen hidup-hidup. (Karen).
"Ken, udah siap belum?" Mama Puri belum melihat batang hidung anak laki-lakinya.
"Bentar, Ma. Lagi siap-siap."
"Nggak usah ganteng-ganteng! Di sana semua saudara, nggak ada yang bisa diincer." Mama Puri mulai tidak sabar menunggu.
"Justru harus maksimal, Ma. Tahu sendiri kadang saudara itu penuh nyinyiran." Karen membela Kendrik.
"Alah, Mama udah kebal sama begituan, Ren, Ren."
"Itu kan Mama. Mama juga udah lewat masa-masa nyinyiran. Kalau aku sama Ken baru mulai," jawab Karen.
"Jangan pikir Mama udah berhenti terima nyinyiran ya, sampai sekarang Mama masih terima nyinyiran tuh."
Nggak cuma terima nyinyiran, mungkin mama sendiri juga nyinyirin orang. (Karen).
Memang dalam hidup tidak bisa lepas dari mengomentari dan dikomentari. Tidak bisa dipungkiri, terkadang Mama Puri juga melontarkan komentar yang mungkin menyinggung orang lain.
~
Lokasi pertemuan trah
Sampai di sana, mereka memasuki ruangan yang sudah dipenuhi oleh para saudara.
"Puri, udah ditunggu dari tadi. Sini, sini, kita lagi bahas Jeng Rini yang mau mantu bulan depan."
Mama Puri langsung sibuk mengobrol bersama para senior di keluarga itu. Karen dan Kendrik bergabung dengan para sepupu yang seumuran. Meskipun berlabel 'keluarga', tidak semua berbaur dengan baik.
Karen bahkan memiliki musuh besar yang selalu menjadi rivalnya. Mila, sepupu jauh Karen dan Kendrik, seolah selalu memiliki dendam kesumat kepada Karen. Padahal, saat mereka masih kecil, mereka sangat akrab.
Ketika mereka sama-sama mengenyam pendidikan SMA, Karen menjadi ketua tim cheerleader sekaligus memiliki prestasi di bidang akademis. Itu merupakan pukulan telak bagi Mila dan membuatnya selalu diceramahi orang tuanya. Sejak itu, Mila menunjukkan ketidaksukaannya kepada Karen.
Terlebih saat ini, Karen yang adalah seorang penulis konten, berhasil mendirikan sebuah agensi kepenulisan sendiri dan sudah memiliki 10 karyawan.
"Apa kabar, Ren?" sapa Mila.
"Baik, Mil. Kamu gimana?"
"Aku capek akhir-akhir ini, repot banget ngurusin nikahanku bulan depan. Ibuku nggak mau pakai WO (Wedding Organizer), jadi aku yang kerepotan sendiri. Kuno ya orang tua, padahal WO kan membantu banget."
"Hehehem, iya." Karen hanya bisa melemparkan tawa canggungnya.
Humble brag ya? Pamer udah mau nikah? (Karen).
Dengan geram Karen menggigit kue yang dipegangnya dengan kasar.
"Kamu kapan nikah?" Akhirnya pertanyaan mematikan itu terlontar pertama kali dari Mila.
Dasar kecoak! (Karen).
Karen menghela napas dengan susah payah, dengan geram dia menjawab, "Bulan Desember."
"Oh ya ampun, ternyata kamu nikah akhir tahun ini ya. Kok Tante Puri nggak cerita-cerita?"
"Iya, bulannya Desember, tahunnya nggak tahu kapan," kata Karen sembari menggigit lagi kue di tangannya.
"Hahaha, bisa aja kamu Ren, kirain beneran."
Lhoh, emangnya kenapa kalau beneran? Apa kamu kira aku seburuk itu sampai mustahil buat nikah? Aku mantan cheerleader lhoh, cheerleader. (Karen).
"Aku masih belum kepikiran buat nikah sih, masih fokus ngurusin perusahaanku dulu. Sama ngurus pindah rumah juga."
"Pindah ke mana? Rumah yang sekarang mau dijual?"
"Enggak, aku beli rumah sendiri. Umur segini malu lah masih numpang sama orang tua. Apalagi aku bos perusahaan, bisa diolok-olok sama kolega kalau masih numpang."
Mila tersedak. Serasa ditampar di pipinya. Di umur yang sama-sama 26, Mila masih keenakan tinggal bersama orang tua. Kemudian sebentar lagi menikah dan ikut suami. Dia benar-benar tidak pernah merasakan tinggal mandiri di rumahnya sendiri.
Kena nggak kamu sekarang, hah! Makanya jangan main-main sama Karenina Damartya. (Karen).
Awas kamu, Ren! (Mila).
"Mila selamat ya sebentar lagi nikah," kata saudara lain kepadanya.
Mila tersenyum angkuh sambil melirik Karen. Mendengar itu, Karen memakan 1 potong brownies sekaligus hingga mulutnya penuh.
Aku butuh makanan lebih banyak lagi. (Karen).
Datang lagi seorang saudara. Tak disangka, saudara itu justru ke arah Karen. "Selamat ya, Ren, udah mau punya rumah sendiri. Kamu bener-bener mandiri."
Giliran Karen yang tersenyum angkuh ke arah Mila.
Setelah saudara itu berlalu, Karen memberikan selamat kepada Mila. "Aku malah belum kasih selamat ya, aku lupa. Selamat ya Mila, sebentar lagi kamu akan jadi ibu rumah tangga. Jangan lupa pantengin jadwal sinetron, rata-rata ibu-ibu suka nonton sinetron kalau nggak ada kerjaan." Kata-kata Karen bagai lemparan granat yang meledak tepat sasaran.
Kendrik yang duduk di belakang mereka menggosok-gosok kedua telinganya.
Astaga, apa di dunia ini, perempuan bersaing dalam hal-hal begituan melulu? Main game aja akh, puyeng dengernya. (Kendrik).
Kendrik memainkan game-nya karena penat mendengar dua wanita itu saling melempar serangan.
Mila juga balas memberi selamat. "Aku juga belum kasih selamat buat kamu ya, selamat kamu udah punya perusahaan sendiri, mobil beli sendiri, sekarang rumah juga udah beli sendiri. Selamat kamu jadi wanita karir yang sukses. Biasanya wanita karir itu ya fokus ke karir, nikahnya nanti-nanti nunggu ubanan."
Jantung Karen berdegup kencang seperti bas drum yang dipukul dengan keras. Darahnya terasa panas seperti lahar gunung yang siap memancar ke segala penjuru. Napasnya cepat seperti pelari maraton yang baru sampai di garis finish.
Karen memasukkan lagi sepotong kue brownies hingga mulutnya penuh.
Minta dijambak nih nenek sihir. (Karen).
Pertarungan sindir menyindir yang dingin itu semakin sengit.
"Ken, ambilin minum!" titah Karen.
"Ntar dulu, lagi nanggung game-nya," bantah Kendrik yang sedang asyik bermain game dengan ponselnya.
"Cepat!" Karen tidak sabar dan marah karena emosi.
"Siap, Bos!" Dengan sigap, Ken mengambilkan minum untuk kakaknya yang sedang panas itu.
"Aku juga bentar lagi nikah kok, tahun depan. Tunggu aja!" Karen menjanjikan dirinya menikah.
"Lho, katanya tadi bulan Desember tahunnya entah kapan? Kok tiba-tiba ...."
"Maksudku Desember tahun depan!"
"Oke, aku tunggu undangannya. Oh, jangan lupa besok kalau ke nikahanku, calon kamu diajak ya!" kata Mila, penuh intimidasi dan ketidakpercayaan bahwa Karen memiliki calon suami.
Guandrik! Ngajak siapa? Kalau ke nikahan temen sih bisa nyuruh Ken nyamar jadi pacarku. Kalau ke nikahan dia kan nggak mungkin! (Karen).
"Oke, aku ajak ke nikahan kamu. Tenang aja, bakal aku kenalin ke semua orang."
Oke-in dulu. Nanti bisa ngajak atau nyewa orang sekalian buat nyamar jadi pacarku. (Karen).
"Aku nunggu banget lho, Ren. Tapi jangan nyuruh orang ngaku-ngaku jadi pacar kamu ya!" Mila seolah bisa membaca pikiran Karen.
Aaaaaaaaa gimana ini. (Karen)
To be continued...
Jogja, April 1st 2021
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Biduri Aura
😂😂😂gara-gara persaingan cari suami jd galau,, masalah jodoh adalah takdir,, walaupun d cari sampai kolong rumah klau belum jodoh ya belum dpt jg,, jangan galau Ren nnti jodoh ny datang sendiri😂😂😂
2023-10-02
0
Siti Ainaa
Kenak mental lngsng gk tuhhhh🤣🤣🤣
2022-12-29
0
Siti Ainaa
Asemmmmmm kecutt, merencanakan dlu y ren jodohnya pikir nanti
2022-12-29
0