"Anu ... masak sih? Padahal saya baru ke kota ini beberapa hari lho, mungkin mirip kali," kata Karmel yang masih mengenakan masker wajahnya.
Dia sendiri merasa agak aneh jika ada yang mengenalinya, masak iya mereka sehafal itu terhadap Karmel. Padahal sebelumnya, dia pernah ke butik itu dengan wajah terpampang nyata. Kali ini, selain menutupi wajah dengan masker, ia juga mengubah style rambutnya menjadi kuncir kuda yang dikepang dengan poni yang sengaja ditata ke depan untuk menyamarkan bagian mata.
"Kalau dilihat-lihat dari posturnya, Kakak mirip sama komedian Rina Pesek," puji pegawai butik itu.
"Hish, ini muji apa ngejek sih. Idungku panjang meski sembunyi di balik masker," batin Karmel.
Karmel mulai berjalan ke rak-rak baju dan memperhatikan segala sesuatu dengan cermat. Desain baju yang dipajang di sana kekinian dengan bahan yang digunakan terasa nyaman, dan pilihan warnanya bervariasi.
Tak usah ditanya, dia sedikit banyak tahu baju koleksi butik sahabatnya. Ia turut andil saat dulu Dina meminta pendapat baju seperti apa yang akan dijual. Baju-baju itu cukup bisa memenuhi trend fashion saat ini sehingga aneh jika sepi.
Saat ini pun beberapa orang mulai berdatangan untuk melihat-lihat.
Dia pun melangkah ke area pakaian dan melambai-lambai di depan karyawan. “Ada nggak baju yang bisa dipakai untuk acara formal tetapi tetap nyaman?”
“Ah, ada beberapa pilihan, Kak," jawab karyawan itu dengan bersemangat dan mulai menunjukkan beberapa koleksi. “Yang ini, misalnya, memiliki bahan yang sangat nyaman untuk dipakai seharian. Cocok banget untuk acara formal dan pesta.”
"Tapi saya kurang suka warnanya. Ada warna lain?"
Pegawai itu mengambilkan sample warna lain. Tidak sampai di situ, Karmel kembali 'merepotkan' sang pegawai dengan permintaan macam-macam entah size atau pun ornamen lain seperti sabuk (yang mana Karmel meminta sample dari bahan kulit rusa hingga kulit buaya).
“Oke, saya ambil satu deh,” kata Karmel. Sambil menunggu barang yang ia beli disiapkan, dia mencuri pandang ke orang-orang di sekitar. Mereka tampaknya baik-baik saja, berbincang dengan asyik, dan yang terpenting, ada yang membeli selain dirinya.
Setelah beberapa saat, Karmel ke kasir untuk membayar.
***
Di luar butik
Karmel berjalan menjauh dari butik sembari mencari-cari keberadaan Dina. Baru saja sahabatnya mengatakan melalui Chatsapp bahwa dia menuju sebuah kafe outdoor tak jauh dari butik itu.
"Mel! Di sini!" Teriak Dina sembari melambaikan tangan.
Karmel duduk sembari membuka maskernya. "Howah, pengap. Oke, Miss Dina, butikmu baik-baik aja secara pelayanan. Koleksi bajunya juga oke-oke aja. Pesenin milkshake buat aku!"
Dina menulis pesanan yang diminta oleh Karmel sembari menimpali, "Hufh, terus kenapa pendapatan menurun drastis ya?"
"Banyak faktor sih. Bisa juga daya beli orang udah menurun jadi nggak nempatin fashion jadi kebutuhan pokok. Atau ...." Karmel menengok ke kompleks pertokoan yang berada di sekitar sana. "Kompetitor banyak juga."
"Dari dulu juga banyak kalau kompetitor, tapi nggak pernah aku serendah sekarang," keluh Dina.
Karmel tiba-tiba tersenyum lebar, memandang Dina yang sedang asyik membolak-balik katalog baju di meja.
“Kamu perlu sesuatu yang beda, Din!” seru Karmel.
“Maksudmu?” jawab Dina, masih tenggelam dalam katalog baju-bajunya.
“Fashion show! Tapi yang casual. Tempatnya di sini! Kurang cocok apa lagi? Strategis!" Karmel melanjutkan dengan tinjunya mengepal, seolah itu adalah ide yang paling brilian di dunia.
Dina menatap Karmel, tidak begitu yakin. “Fashion show? Di sini? Kamu serius?"
Karmel mengangguk, kepalanya bergetar penuh semangat. “Iya! Lihat tuh, tempat kita duduk ini. Bagus kan? Kita bisa ubah jadi runway! Jadi, orang-orang yang lewat bisa lihat koleksi baju."
Dina mulai terbuka dengan ide itu. “Tapi, modelnya dari mana? Nggak mungkin kita yang jadi model, kan?”
Karmel mengeluarkan ponselnya. “Sabar, dunia udah melek internet, Sayang. Walau sekarang nggak ada buku Halaman Kuning, bisalah sekedar cari agency model yang cocok.” Ia mulai mengetik di ponselnya dengan cepat.
Mereka pun berangkat ke agency model tersebut setelah mendapatkan rute perjalanan di aplikasi map. Dalam perjalanan, kepikiran tentang model-model cantik membuat Dina sedikit cemas. “Karmel, kamu yakin ini ide bagus? Aku tadi nggak sempet mikir, sekarang kepikiran ini, gimana kalau modelnya mahal-mahal?!"
"Pikir ntar itu sih, Din! Lagian, aku dulu pernah punya temen model. Katanya kalau model pemula yang belum punya nama itu nggak bakal mahal. Udah deh, jangan kebanyakan mikir karena habis mikirin harga, kamu pasti lanjut mikirin nanti balik modal atau enggak. Yang namanya promosi emang butuh biaya, dan yah ini namanya usaha. Soal hasil, pikir belakangan."
Sesampainya di agency yang terletak di pusat kota, mata mereka langsung dibuai dengan bangunan indah kantor agency. Interiornya modern, dengan mural dan banyak foto model. Karmel dan Dina langsung disambut oleh seorang lelaki tampan berkisar 40 tahun, yang mengenakan jas rapi.
“Selamat datang! Saya Rian, pemilik agency ini. Ada yang bisa saya bantu?” tanyanya dengan senyum menawan.
Angin sepertinya berpihak kepada mereka yang tiba-tiba saja berhembus membelai rambut pria itu sehingga bergoyang dengan sempurna mewarnai wajah tampannya. Mata jomblo Karmel tak bisa berbohong, dia terpesona pada pemilik agency.
“Ka-kami mau menyelenggarakan fashion show casual untuk koleksi butik. Ehm ...."
"Ya?"
Dina menepok pundak Karmel yang saat ini malah melongo menatap Rian.
"Kami butuh partner untuk support modelnya. Apa agency ini bisa bantu?" kata Dina menyambung apa yang dikatakan Karmel.
Rian mendengarkan dengan serius dan terlihat tertarik. “Bisa, saya senang bisa membantu. Kita bisa diskusikan konsepnya dan saya bisa sediakan model-modelnya.”
Dina berusaha untuk tidak terpesona dengan senyum Rian, tapi percuma. Pesona lelaki itu terlalu mencolok untuk tidak diperhatikan.
“Kita mau ini, itu, dan konsepnya casual untuk boosting penjualan baju-baju casual. Acaranya juga diselenggarakan di semacam eatery yang nggak formal."
Rian tersenyum lebar. “Saya rasa konsepnya bagus. Ada banyak model yang sesuai. Tempatnya juga saya tahu, ambience-nya sudah sangat cocok,” jawabnya.
“Ada catwalknya juga nggak?” tanya Dina, cemas.
“Ya, kami bisa siapkan semuanya!” Rian memberikan detail.
Sesekali saat menjelaskan, pandangan Rian dan Karmel beradu membuat jantung Karmel berdetak tak karuan. Mata Karmel tak henti-hentinya memandangi pria wangi berpenampilan formal dan rapi itu. Namun, semakin lama ia menatap penampilan itu, ia malah penasaran.
"By the way, agency ini nggak ada resepsionis? Kok Kak Rian sendiri yang turun tangan?" tanya Karmel.
Sebelum menjawab, Rian tersenyum terlebih dahulu membuat lutut Karmel semakin gemetaran.
"Ada. Cuma hari ini kami ada fashion show jadi dia lagi ngurus wardrobe sama keperluan lain. Saya juga nanti ke lokasi."
"O-oh, lagi ada acara. Kalau gitu kami permisi dulu aja."
Mereka bertiga saling bertukar nomor ponsel, berjanji untuk melanjutkan diskusi lain hari atau melalui Chatsapp. Padahal Karmel sudah mengatakan bahwa pemilik butik hanya Dina, tapi Rian tetap meminta nomor ponselnya juga.
***
Dalam perjalanan balik, Dina tak henti-hentinya memuji Rian. “Buset Mel, dia walau udah hampir 40, tetap terlihat sexy ya!”
Karmel hanya tersenyum, berusaha menanggapi santai. "I-iya."
"Ya Tuhan, udah lama aku nggak ngerasain kayak gini apalagi pertama kali ketemu. Dia juga tertarik, kan? Kalau enggak, ngapain dia save nomerku? Apa aku bisa ajak Rian buat datang ke nikahan Dila? Kejauhan nggak sih mikirnya," batin Karmel.
Dina melirik Karmel yang tiba-tiba suaranya bergetar. "Mel, kamu suka sama dia? Nggak usah diragukan dia emang se-gorgeous itu untuk dilihat. Tapi coba pikir, dia udah umur segitu. Bisa aja dia udah punya istri."
"Hah?! Ehm ...." []
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Fitri
cerita nya bagus. ky aku wkt blm nikah. setiap orang nanya kpn nikah, mana calonya.
2022-09-29
0
Ruth
kendrik itu, sekuelnya ini berarti, ya, Mbah?
2022-05-18
1
Mayya_zha
aku pun si langkah sama adik . pas banget pertunangan aku putus. tapi Allah baik lima bulan setelah adik nikah. aku nikah juga
2022-04-26
1