Karmel menghempaskan tubuhnya ke sofa. Hari ini benar-benar menguras energi. Bukan karena kerjaan, tapi gara-gara lelaki yang baru saja ia temui. Karmel masih tak habis pikir bagaimana wanita berusia di bawah 30 tahun sepertinya bisa terpesona terhadap lelaki matang yang perkiraan usianya setara dengan omnya sendiri.
Dia membayangkan jika benar Karmel dan Rian berjodoh, apakah dia akan dikira sedang berpacaran dengan papa gula alias sugar daddy? Tapi pesona lelaki itu memang sungguh luar biasa.
Sahabatnya saja mengakui, padahal Dina sudah bersuami meski belum memiliki keturunan hingga sekarang memasuki usia pernikahan yang ke 3.
"Dina aja matanya ijo ngelihat Rian. Eh Kak Rian. Akh, apaan sih. Dia gagah dan tinggi banget, ya iyalah dulunya pasti model," batin Karmel.
"Hey, ngapain ngelamun? Nggak kerja?" tanya Karel sembari menepok pundak sang kakak.
"Hah, ngagetin orang lagi mikir aja kamu, Rel! Kamu sendiri ngapain di rumah?! Bukannya ke kampus!"
"Matamu dipake! Nih emang mau ke kampus!"
"Hish! Sana pergi! Dasar ikan makarel!" Karmel melemparkan sandal ke arah adiknya.
Untung adiknya sudah hafal gerakan lempar yang rutin dilakukan sang kakak sehingga dia bisa menghindar dengan cepat.
Setelah Karel pergi, Karmel membuka Chatsapp untuk menghilangkan gelisah. Seketika matanya membulat. Status Rian muncul di status update!
"Oh my God, dia bener-bener save nomerku?!" Karmel berseru, suaranya nyaris memecahkan kaca ruang tamu.
Status itu menampilkan foto panggung fashion show yang megah, lengkap dengan caption: Preparation is key. Mall Citra Plaza, let’s rock this show!
"Mall Citra Plaza? Apa aku nyusul aja ya?!" Karmel langsung meloncat dari sofa. Pikiran sudah berputar, memikirkan bagaimana caranya bertemu Rian lagi. Tapi kali ini, dengan penampilan yang lebih manusiawi, bukan seperti tadi pagi dengan baju penyamaran ala kadarnya dan rambut lepek yang dikepang.
---
Setengah jam kemudian, Karmel sudah berdiri di depan cermin, mematut diri. Gaun hitam sederhana tapi elegan, riasan tipis tapi memikat. Lipstik merah jadi pemanis terakhir.
"Oke, ini udah perfect," gumamnya sambil tersenyum ke bayangan di cermin.
Sebelum keluar rumah, dia sempat menatap ponsel dan memeriksa status Rian sekali lagi. "Moga-moga aja aku bisa ketemu dan ngobrol sama dia. Aku nggak usah bawa mobil deh, pake taksi online aja siapa tahu pulangnya aku bisa minta anter Rian. Kalau dia nggak bisa anter, anggep aja lagi apes," katanya pelan sambil mengambil tas.
---
Di Mall Citra Plaza, suasana begitu ramai. Di tengah kerumunan, Karmel mendapati sebuah panggung besar dengan lampu-lampu yang menyilaukan mata. Musik elektronik berdentum, membuat suasana semakin hidup.
Di dekat panggung, berdiri pria yang tak asing. Rian. Dia mengenakan setelan rapi yang ia gunakan saat menemuinya dan Dina tadi. Sudah ia duga penampilan rapinya memang untuk menghadiri acara ini, tidak mungkin dia kenakan sehari-hari.
Wajahnya tampak lebih kusut dan serius dibanding tadi pagi. Dia bersama tim harus mengatur para model.
"Eh, ganteng banget, sumpah. Mukanya serius bukannya jadi jelek malah tambah cute," Karmel membatin. Tapi segera sadar, dia nggak mungkin cuma berdiri di situ sambil menatap tanpa alasan. Jadi, dengan napas diatur, dia melangkah mendekat.
Namun, langkahnya terhenti. Dia melihat Rian sedang sibuk memberi arahan ke para model yang sedang bersiap untuk naik ke panggung.
"Oke, yang di sebelah kiri, coba lebih santai jalannya. Ini fashion show, bukan balapan sapi," suara Rian terdengar tegas, tapi tetap santai.
Karmel berdiri di dekat situ, pura-pura sibuk memainkan ponselnya. Sebenarnya dia sedang curi pandang ke arah Rian, memperhatikan beberapa aksesoris yang dikenakan pria itu.
"Kok, nggak ada cincin kawin ya? Atau dia memang nggak suka pake cincin?" pikirnya.
Tiba-tiba seorang pria tinggi menghampiri Karmel. "Mbak, maaf, model baru ya? Kok saya belum pernah lihat?"
"Hah? Oh, bukan, bukan! Saya cuma... nonton aja," jawab Karmel gugup sambil melambaikan tangan.
Rian yang mendengar percakapan itu menoleh. Dia berjalan mendekat dengan senyum yang membuat Karmel semakin kikuk.
"Karmel, ya?" Rian menyapa santai.
"Eh, iya, Kak Rian," jawab Karmel sambil nyengir kaku.
"Ngapain di sini? Mau nonton show?" tanya Rian lagi.
"Iya, mau nonton aja. Kebetulan tadi liat status Chatsapp Mas Rian," kata Karmel, lalu langsung merasa salah bicara. "Eh, maksudnya… nggak sengaja liat!"
Rian tertawa kecil. "Santai aja, nggak perlu panik gitu. Ya udah, enjoy aja acaranya."
---
Karmel mencoba menikmati acara itu sambil tetap mencuri pandang ke arah Rian. Setiap kali dia memberikan arahan ke para model, Karmel merasa ada aura kepemimpinan yang membuat kagum. Tapi tetap, pertanyaan tentang status pria itu terus mengganggu pikirannya.
"Karmel, sini, sini!" tiba-tiba Rian melambaikan tangan ke arahnya. Karmel kaget, tapi akhirnya mendekat dengan langkah ragu.
"Ada apa, Kak?" tanyanya bingung.
"Bantuin saya bentar, bisa? Pegang ini," Rian menyerahkan clipboard. "Saya harus nyocokin nama sama urutan model. Kalau ada yang nggak cocok, kasih tahu saya, ya."
"Oh... oke," jawab Karmel sambil memegang clipboard itu dengan hati-hati, seperti sedang memegang barang antik yang mahal.
Selama beberapa menit, Karmel berdiri di samping Rian. Mereka sibuk memastikan semua berjalan lancar, tapi Karmel merasa degup jantungnya tak karuan. Ketika Rian menoleh ke arahnya untuk bertanya sesuatu, Karmel hampir menjatuhkan clipboard itu.
"Eh, nggak apa-apa?" Rian bertanya dengan alis terangkat.
"Ah, nggak, nggak apa-apa!" Karmel buru-buru mengalihkan pandangan.
---
Acara selesai sekitar pukul sembilan malam. Karmel masih berdiri di dekat panggung ketika Rian mendekatinya lagi.
"Thanks ya, udah bantu tadi, semua sibuk dan kurang orang," kata Rian sambil tersenyum.
"Oh, nggak masalah, Kak. Senang bisa bantu," jawab Karmel.
"Sebenarnya agak malu juga sama calon client malah ngrepotin gini. Oh, Karmel di sini jangan-jangan mau observasi penampilan model-model agency saya?!"
"Nah, i-iya, itu. Maaf bukannya nggak percaya, tapi tahu sendiri jaman sekarang banyak scam." Karmel benar-benar terselamatkan oleh tebakan Rian.
Jika Rian tak berasumsi, kemungkinan Karmel akan menjawab dengan jawaban yang tidak-tidak seperti, "Aku ke sini mau ngecengin kamu buat dijadiin pacar, kalau bisa sekalian suami, yang pasti pas nikahan Dila kamu free buat anter aku kondangan."
"Kalau gitu, saya pulang dulu ya. Udah ditunggu," pamit Rian sembari menunjuk seorang lelaki tampan lain di sisi agak jauh.
"I-iya, Kak Rian. Hati-hati, selamat istirahat." Karmel melambaikan tangan, serasa berat melepas kepergian si lelaki tampan. Ada rasa kecewa tidak ditawari untuk diantar pulang seperti ekspektasinya.
Pemandangan mengejutkan terjadi. Rian dirangkul oleh si lelaki tampan lain yang menunggunya. Mereka tampak akrab dan mesra.
"Hah!!! Wagelaseeeh!!! Mata suciku ternodai pemandangan duo terong. Why why why! Tadi waktu lihat mas-mas satunya, aku sempet galau milih antara dia dan Rian, eh ternyata mereka ... aaarrrggghhh, suwekkk!" batin Karmel menjerit-jerit. []
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
🇮🇩 🅒🅚➋➏➊➊ 🇵🇸
Yasalaaaam... Mrka yg PDKT, diriku yg Senyam senyum sdri.
2022-09-30
0
Nafiza
ceritanya ringan asyik untuk dibaca....
keren Thor...
2022-08-05
0
Ruth
knp aku bayangin Karen itu dirimu ya, Mbah?🤭
2022-05-18
0