CEO Dan Office Girl

CEO Dan Office Girl

Chapter 1

Semoga pembaca terhibur dengan novel pertama yang saya tulis. Terimakasih.

Selamat Membaca...

***

Delima menatap gundukan tanah didepannya dengan sedih. Ida, nenek kesayangannya baru saja meninggal karena sakit. Umurnya memang sudah tua yaitu 70 tahun. Tiga hari sebelum meninggal, neneknya berkata bahwa dia bukanlah cucu kandungnya. Ia hanyalah gadis yang ditemukan neneknya saat masih bayi di sebuah pos ronda di desa tempatnya tinggal. Delima sangat kaget dan terpukul. Selama ini dia mengira bahwa ia adalah cucu neneknya dan orang tuanya telah meninggal. Memang benar neneknya memiliki seorang putra dan menantu yang telah meninggal, namun ternyata mereka bukanlah orang tua kandungnya.

Neneknya meminta Delima untuk pergi mencari orang tuanya ke Jakarta. Sang nenek memberikan sebuah kalung dan liontin yang berinisial A, foto bayi Delima, beserta sebuah kartu nama. Didalam kartu nama itu tertulis sebuah nama dan alamat perusahaan yang tertera di Kota J. Neneknya berkata bahwa ia menemukan kartu nama itu tak jauh dari tempat dibuangnya Delima. Neneknya berkata bahwa kemungkinan orang itu adalah orang yang membuang Delima. Namun tidak tahu apakah itu orang tuanya atau hanya orang

suruhan.

“Eric Stephenson...”, gumam Delima sambil menatap gundukan tanah di depannya.

“Del, ayo pulang.” Bu Nisa, tetangga Delima mengajaknya untuk pulang dari pemakaman.

“Nggih Bu, sakedap malih. Bu Nisa boleh pulang duluan.”

“Ya. Nanti kalo Delima ada apa-apa bilang saja ke ibu ya?”, Delima mengangguk.

“Nenek, terimakasih. Nenek sudah merawat Delima sampai sebesar ini. Delima sayang nenek. Delima berjanji akan menemukan orang tua Delima. Semoga orang tua Delima masih hidup.”

***

Delima masuk kedalam rumah sederhana yang ditempati selama ini bersama neneknya. Ia masuk ke kamarnya dan neneknya. Selama ini ia dan neneknya selalu tidur bersama karena rumah neneknya hanya ada satu kamar. Ia mengambil sebuah rekening atas nama dirinya yang berisi uang sebanyak sepuluh juta.

‘Delima, cucuku. Dalam laci meja ada rekening isi sepuluh juta. Pakailah untuk pergi ke Kota J. Nenek minta

maaf sudah tidak bisa menjaga Delima. Sekarang waktunya Delima mencari orang tua kandungnya Delima.’ begitulah kira-kira perkataan neneknya sebelum ia kritis dan akhirnya meninggal.

“Nenek..” Delima kembali meneteskan air matanya.

***

Delima menatap takjub bangunan besar dan bertingkat yang terlihat oleh matanya. Baru kali ini ia menginjakkan kaki di kota besar. Sejak dulu ia sangat jarang ke kota di daerahnya karena jaraknya sangat jauh. Delima sudah berjalan kaki selama satu jam semenjak turun dari bus antar provinsi. Ia ingin mencari orang bernama Eric Stephenson, tapi justru dia bingung sekarang ada dimana.

“Lebih baik mencari kontrakan dulu ya..”, batinnya

Delima berjalan sambil sesekali bertanya pada orang-orang di pinggir jalan tentang kontrakan atau kost disekitar sana.

Delima melihat seorang perempuan yang sedang duduk di halte sambil meminum boba-nya.

“Permisi, Kak. Saya lagi cari kontrakan yang murah disini apakah kakak tahu tempatnya?”, tanya Delima

“Ada mbak, mau kuantar? Kontrakannya punya tanteku. Disana aman kok tenang saja. Dekat dengan pasar dan pangkalan ojek online.”

“Ah.. Terimakasih, Kak…”. Delima dan perempuan itu berjalan beriringan masuk kedalam gang kecil.

“Panggil aku Nina saja mbak. Namamu siapa dan dari mana asalmu?”

“Ah,  saya Delima. Saya dari daerah XXX. Mau cari kerja disini.”

“Santai aja, Del. Jangan terlalu formal. Sepertinya kita seumuran.”, kata Nina sambil tersenyum.

Setelah 15 menit berjalan, akhirnya Delima sampai di kost milik tantenya Nina. Setelah bertemu dengan

tantenya Nina dan setuju dengan harganya, Delima mengambil uang dari tasnya dan langsung membayar biaya sewanya selama 3 bulan.

“Tinggal mencari kerja. Dan.. mencari Eric Stepenson. Aku harus bertanya pada orang itu. Mungkinkah dia orang tuaku?”

Tapi jika iya, mengapa orang bernama Eric Stephenson sangat tega membuangnya? Apakah ia adalah anak dari hubungan gelap? Kepala Delima benar-benar pusing dan ia memutuskan untuk tidur. “Beres-beresnya besok saja.”

***

“Delima, mau kerja sama aku nggak? Kebetulan perusahaan tempat kerjaku lagi butuh banyak Office Boy dan Office Girl.”, Nina pagi subuh datang ke kontrakan Delima dan memberitahu pekerjaan pada Delima yang sedang memakan sarapannya. Hanya semangkuk mie dari Nina, karena ia belum belanja. Nina sangat baik dan peduli. Mungkin karena ia tahu jika Delima baru saja datang merantau. Rumah Nina tidak jauh dari tempat Delima. Cukup berjalan kaki selama 5 menit.

“Hah? Benarkah? Aku mau.” Delima menjawab dengan gembira.

“Beneran. Perusahan tempatku bekerja itu baru saja selesai direnovasi dan membutuhkan Office Boy dan Office Girl lebih banyak. Jadi mau ya? Nanti kita kerja bareng deh. Aku akan kasih tau Bu Viana. Berangkat aja dulu. Syaratnya bisa menyusul besok.”

“Terimakasih, Nina. Kamu baik banget.”

“Sama-sama, Del. Aku seneng banget punya teman baru. Ah  btw kamu itu keturunan mana? Wajahmu kayak

bukan orang Indonesia.”

“Kata tetangga di kampung juga gitu. Katanya aku aneh hehe.”

“Kulitmu putih, lho. Wajahmu juga mulus. Pakai skincare apa? ”, Nina bertanya sambil nyengir.

Delima meringis. “Gak pake apapun, Nin. Di kampung mana ada skinker. Cuma pakai air sumur sama sabun mandi. .”

“HAH?” Delima terperanjat karena Nina berteriak. Delima menggelengkan kepalanya.

***

“Terimakasih, Bu Viana. Saya akan berusaha bekerja dengan baik.”

Delima sangat bahagia karena ia merasa beruntung. Baru sampai di Jakarta, ia langsung mendapatkan pekerjaan. Ini semua berkat bantuan dari Nina. Suatu hari ia harus membalas kebaikan Nina.

“Baiklah sudah ya. Syaratnya Ibu tunggu besok. Sekarang kamu mulai membersihkan ruang pimpinan di lantai 15 sebelum pemiliknya datang. Jangan melakukan apapun selain membersihkan tempat itu. Mengerti? Seragamnya bisa ambil di lemari sebelah sana.” Viana menunjuk sebuah lemari di pojok ruangan.

“Iya, Bu.”

“Bekerjalah dengan baik. Jika tidak, kamu akan dipecat.” Viana menatap Delima intens. “Btw, kamu pake skincare apa? Kok wajahmu bisa mulus banget?”, Delima menatap Viana sambil tersenyum kaku. Sudah dua orang yang menanyakan skincare padanya. Padahal ia hanya memakai sabun mandi!

“Skinker apa jal!**?”, seru Delima dalam hati.

***

“Wir!”

“Astaga, jangan panggil aku War Wir seperti itu namaku Wira!”

“Masa bodoh tentang itu! Apakah perekrutan Office Boy dan Office Girl sudah selesai?”

“Tentu saja sudah Tuan Muda Devano Anderson Wijaya.”

“Baiklah. Terimakasih, Wir.”

“Please..” Wira, sang asisten sekaligus sahabatnya sebal dengan nama panggilan dari bosnya.

Sedangkan Devano hanya tersenyum tipis. Tak peduli tentang itu. Ia menatap keluar jendela mobil. Sekarang adalah hari Senin. Ia menghela napasnya. Hari ini ada banyak agenda meeting dengan klien.

“Persiapkan semua jadwalku.”

“Baik, Bos.”

Terpopuler

Comments

Iis Ugi

Iis Ugi

mampir

2021-10-10

0

Supatmi Ari

Supatmi Ari

ak datang memberi semanggat thor,,,,,,

2021-05-25

1

Ena Susanti

Ena Susanti

mampir thor

2021-04-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!