Mendung Di Langit Demak (Bara Di Kademangan Dawungan)

Mendung Di Langit Demak (Bara Di Kademangan Dawungan)

"MENDUNG DI LANGIT DEMAK" (Bara Di Kademangan Dawungan)

Bagian 01.

Oleh : Surya Panuntun.

Matahari terlihat mulai merambat condong kearah barat. Sinarnya yang tidak seterik beberapa saat sebelumnya terlihat mulai kesulitan menembus kelebatan hutan di kaki Gunung Lawu itu.

Samar samar di kejauhan, terlihat dua orang berjalan beriringan keluar dari dalam kelebatan hutan yang tidak terlalu besar itu.

Kedua orang tersebut nampaknya baru saja menempuh perjalanan panjang dengan melintasi jalan yang membelah hutan tersebut.

Keduanya tidak berjalan dengan tergesa gesa meskipun matahari semakin terlihat mulai tenggelam diufuk barat sebagai pertanda bahwa senja sebentar lagi tiba.

Beberapa saat kemudian keduanya mulai menyusuri jalan yang berada ditepian hutan itu. Mereka telah mengetahui bahwa jalan yang dilaluinya tersebut akan membawanya menuju ke sebuah padukuhan yang berada tidak jauh lagi dari ujung hutan.

“Kalau kita menjumpai parit kecil atau sumber mata air yang bersih, kita akan berhenti untuk membersikan diri dulu paman,” berkata salah satu dari kedua orang yang berusia muda.

“Apakah tidak lebih baik kita membersihkan diri dipadukuhan yang akan kita singgahi nanti ngger, bukankah sebentar lagi kita akan memasuki padukuhan diujung hutan ini,” jawab orang yang dipanggil paman.

“Kita tidak akan sengaja untuk mencari mata air paman, namun kalau disepanjang perjalanan menuju padukuhan kita menemukan mata air yang bersih, kita akan berhenti sejenak untuk sekedar membersihkan diri,” jawab orang yang berusia muda.

“Baiklah ngger marilah kita bergegas, akan lebih baik kalau kita memasuki padukuhan itu sebelum malam tiba. Kita tidak tahu, bagaimanakah tanggapan penduduk ataupun bebahu di padukuhan tersebut dengan maksud dan kedatangan kita,” berkata orang yang dipanggil paman itu.

“Kita tidak akan kemalaman untuk sampai dipadukuhan itu, bahkan seandainya kita menemukan mata air dan kita memutuskan berhenti untuk sekedar membersihkan diri sekalipun,” berkata orang yang berusia muda.

Lalu terdengar orang yang berusia muda itu telah melanjutkan perkataannya kembali.

“Bukankah padukuhan iu berada diujung hutan yang baru saja kita lalui. Selepas dari tepian hutan ini, kita akan melalui sebuah bulakkan yang pendek saja. Dan diujung bulak itulah pintu gerbang dari padukuhan tersebut.”

Orang yang dipanggil paman itu hanya menganggukkan kepalanya untuk menjawab perkataan orang yang berusia muda.

Lalu terdengar orang yang berusia muda itu bertanya kepada orang yang dipanggilnya paman.

“Apakah menurut paman bebahu padukuhan itu akan mempersoalkan atau bahkan menolak kedatangan kita,” tanya orang yang berusia muda.

Untuk sejenak, orang yang dipanggil Paman itu hanya terdiam seolah ada sesuatu yang sedang dipikirkan didalam hatinya.

Dengan sudut matanya, dilihatnya anak muda yang berjalan disisinya. Lalu dengan menghela nafas, orang yang dipanggil dengan sebutan Paman itu berdesis lirih.

“Semoga bebahu dipadukuhan itu tidak berkeberatan menerima kedatangan kita. Tidak ada yang pantas untuk dicurigai dengan keadaan kita saat ini.”

Mendengar perkataan dari orang yang dipanggilnya paman itu, terlihat anak muda itu mengerutkan dahinya.

Ia bermaksud mengatakan sesuatu, tetapi tiba tiba ditahannya kembali sehingga tak sepatah katapun terlontar dari bibir anak muda itu.

Anak muda itu justru hanya terdiam saja, bahkan dengan bergegas terlihat anak muda itu mulai mempercepat langkah kakinya.

------

Kedua orang tersebut nampaknya sedang melakukan sebuah perjalanan panjang atau mungkin juga keduanya adalah seseorang yang sedang melakukan perjalanan pengembaraannya.

Dari sebutan yang terdengar dalam percakapan yang terjadi diantara mereka, nampaknya keduanya mempunyai keterkaitan dalam satu ikatan keluarga dalam hubungannya antara seorang paman dengan kemenakkannya.

Orang yang dipanggil dengan sebutan paman, adalah seorang yang berusia menjelang pertengahan abad, sementara yang berusia muda umurnya tak lebih dari duapuluh tujuh tahun.

Meskipun pakaian yang melekat pada kedua orang itu sudah mulai terlihat lusuh dan kotor oleh debu yang bercampur keringat, namun tak menghilangkan satu kesan bahwa kedua orang itu nampaknya adalah orang orang yang mempunyai latar belakang kehidupan yang mapan baik ditilik dari tataran ekonomi maupun tataran kehidupan sosialnya.

Kalau keduanya adalah dua orang pengembara, maka keduanya nampaknya bukanlah pengembara kebanyakkan.

Orang yang dipanggil Paman, meskipun tidak mempunyai ciri ciri yang khusus, namun wajahnya begitu bersih dan segar serta memancarkan wibawa yang tersirat dari sorot matanya.

Rambutnya yang dibeberapa bagian telah terlihat memutih nampak terikat rapi. Kumis tipisnya yang juga beberapa helainya telah terlihat memutih, semakin menambah kesan kewibawaan pada diri orang tersebut.

Sementara anak muda yang mungkin saja adalah kemenakkan dari orang yang dipanggilnya paman tersebut, mempunyai tubuh yang tegap dan kokoh dengan dada yang bidang.

Wajahnya yang cerah seolah merupakan gambaran dari pancaran semangat hidupnya yang penuh dan dengan kesungguhan.

Sorot matanya pun begitu tajam sebagai ungkapan atas keteguhan hati dan rasa percaya dirinya yang tinggi dalam menghadapi gejolak kehidupannnya.

Meskipun pada raut wajahnya menyiratkan perasaan penat dan lelah karena perjalanan panjang yang telah ditempuhnya, namun tetap saja tidak bisa disembunyikan, bahwa anak muda itu adalah seorang anak muda yang mempunyai wajah yang tampan secara kewadagan.

Pada keduanya, tidak terlihat sesuatu apapun yang dianggap dapat mencurigakan. Keduanya hanya membawa satu bungkusan kecil yang disangkutkan pada pundaknya masing masing.

Bungkusan yang mungkin hanyalah selembar atau dua lembar pakaian yang dipersiapkan sebagai ganti selama dalam perjalanannya.

Bahkan kedua orang tersebut tidak membawa senjata dalam ujud apapun. Keris yang biasanya menjadi kewajaran sebagai piandel sekaligus pusaka bagi siapapun yang sedang melakukan perjalanan jauh ataupun melakukan pengembaraan juga tidak terlihat terselip pada pinggang kedua orang itu.

Demikianlah selanjutnya, kedua orang itu terlihat terus melangkahkan kakinya mengarah ke padukuhan yang berada diujung hutan.

Sementara matahari semakin merangkak ke barat meskipun senja masih datang untuk beberapa saat lagi.

--------

Dawungan, adalah sebuah padukuhan atau lebih tepatnya sebuah Kademangan yang berada dikaki Gunung Lawu sebelah utara.

Meskipun Kademangan Dawungan adalah kademangan yang tidak terlalu besar ditilik dari luas wilayahnya, namun Kademangan Dawungan dikenal sebagai Kademangan yang subur serta mempunyai hasil bumi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan penghuninya.

Pemimpin Kademangan Dawungan adalah seorang Demang yang berusia belumlah terlalu tua meskipun juga tidak bisa disebut berusia muda.

Demang Dawungan adalah seorang Demang yang dikenal cakap dalam memimpin kademangannya. Dengan kecakapan yang dimilikkinya itulah, Ki Demang mampu menjadikan wilayah kekuasaannya menjadi sebuah kademangan yang subur maju.

Selain itu, Ki Demang pun ternyata juga mampu menjaga dan menciptakan wilayah kademangan yang di pimpinnnya menjadi satu wilayah yang aman dan tentram.

Hampir jarang terjadi gangguan keamanan diwilayah Kademangan Dawungan.

Sekali dua kali memang pernah muncul gangguan keamanan yang ditimbulkan oleh para perampok ataupun para gegedug yang mencoba berniat menggaggu ketentraman di Kademangan Dawungan.

Namun dengan kemampuan yang dimilikkinya, Ki Demang Dawungan berhasil mengusir para perampok ataupun gegedug tersebut, bahkan beberapa perusuh diantaranya telah dibuat menjadi jera.

Nama Ki Demang Dawungan sendiri memanglah telah dikenal secara luas di beberapa wilayah yang berada di sekitar kaki gunung Lawu.

Selain dikenal sebagai seorang Demang yang dianggap berhasil memimpin wilayahnya menjadi sebuah Kademangan yang subur, Ki Demang juga dikenal karena memilikki kelebihan ilmu kanuragan yang pilih tanding.

Konon kabarnya, pada masa mudanya Ki Demang pernah menjadi murid disalah satu padepokan yang berada di lereng Gunung Lawu. Sebuah padepokan besar dan berkembang di masa masa awal pemerintahan Demak.

Bekal Ilmu yang pernah disadapnya dari perguruan di lereng Lawu itulah yang nampaknya telah menjadikan Ki Demang Dawungan seseorang yang dikabarkan menyimpan ilmu tiada duanya.

Atas kenyataan seperti itulah yang nampaknya telah membuat kademangan Dawungan cukup disegani oleh daerah daerah disekitarnya sekaligus ditakuti oleh orang orang yang mempunyai niat untuk membuat kerusuhan di kademangan Dawungan.

Sementara itu, meskipun beberapa bebahu di kademangan Dawungan bukanlah orang orang yang dianggap mempunyai nama dalam dunia kanuragan, tetapi setidaknya Ki Bekel dan Ki Jagabaya adalah dua bebahu kademangan yang dianggap mempunyai bekal yang cukup untuk menjalankan tugasnya membantu Ki Demang dalam menjaga ketentraman dan ketertiban di kademangan Dawungan.

Demikianlah keadaan di Kademangan Dawungan. Tata kehidupan sehari hari berjalan dan mengalir dengan aman dan tentram.

Dihari hari hari tertentu, pasar induk kademangan selalu terlihat ramai dan sibuk. Bermacam macam jenis kebutuhan sehari hari ataupun kebutuhan tertentu lainnya tersedia di pasar kademangan.

Beberapa kebutuhan yang belum dapat di cukupi dan dihasilkan sendiri oleh penghuni kademangan biasanya telah dibawa oleh pedagang yang datang dari luar kademangan Dawungan.

Penghuni kademangan yang kebetulan mempunyai keahlian sebagai pandai besi telah membuka usaha untuk membuat bermacam peralatan sehingga kebutuhan alat alat pertanian, pertukangan maupun peralatan lainnya tidak perlu harus mendatangkan dari luar kademangan.

Lahan pertanian dan perkebunan terhampar dan membentang luas dengan suburnya karena tergarap dengan baik. Parit dan susukan terlihat bersih dan terawat sehingga air dapat mengalir dengan lancar.

Setiap musim panen tiba, padi dan hasil bumi lainnya selalu melimpah dalam jumlah yang lebih dari mencukupi untuk sekedar memenuhi kebutuhan bagi penghuni kademangan.

Pun demikian suasana di kademangan Dawungan ketika malam menjelang. Terlihat anak anak bermain dengan riangnya dihalaman rumahnya.

Beberapa penghuni kademangan lainnya terlihat berkumpul dengan tetangga terdekatnya untuk sekedar berbincang sambil menikmati keindahan dan kesegaran udara di malam hari.

Dan disaat waktu sudah wayah sepi uwong, beberapa penghuni kademangan yang kebetulan mendapat giliran untuk meakukan tugas ronda, terlihat mulai berdatangan di gardu gardu perondaan.

Bahkan tak jarang beberapa orang yang meskipun tidak sedang dalam tugas ronda telah menyempatkan datang di gardu gardu perondan untuk sekedar berbincang dengan kawan kawannya.

Di banjar kademangan pun juga selalu ramai dimalam hari. Penghuni kademangan yang kebetulan sedang bertugas ronda terlihat berkumpul dan saling berbincang dengan beberapa penghuni kademangan lainnya.

-----

Bersambung bagian 02.

Terpopuler

Comments

Kaje

Kaje

keren Kak

2023-02-12

1

Kurniawan Ares

Kurniawan Ares

ini pasti mantaaaap....nusantara memang tiada dua nya

2022-07-21

0

ozhi gunawan

ozhi gunawan

Akhirnya nemu karya Ki surya Panuntun

2022-03-27

0

lihat semua
Episodes
1 "MENDUNG DI LANGIT DEMAK" (Bara Di Kademangan Dawungan)
2 "MENDUNG DI LANGIT DEMAK" (Bara Di Kademangan Dawungan)
3 "MENDUNG DI LANGIT DEMAK" ( Bara Di Kademangan Dawungan)
4 "MENDUNG DI LANGIT DEMAK" (Bara Di Kademangan Dawungan)
5 "MENDUNG DI LANGIT DEMAK" (Bara Di Kademangan Dawungan)
6 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
7 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
8 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
9 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
10 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
11 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
12 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
13 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
14 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
15 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
16 "MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
17 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
18 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
19 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
20 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
21 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
22 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
23 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
24 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
25 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
26 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
27 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
28 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
29 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
30 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
31 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
32 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
33 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
34 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
35 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
36 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
37 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
38 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
39 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
40 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
41 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
42 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
43 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
44 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
45 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
46 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
47 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
48 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
49 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
50 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
51 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
52 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
53 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
54 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan).
55 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan).
56 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan).
57 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan).
58 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan).
59 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan).
60 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan).
61 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
62 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
63 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
64 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
65 MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
66 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
67 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
68 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
69 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
Episodes

Updated 69 Episodes

1
"MENDUNG DI LANGIT DEMAK" (Bara Di Kademangan Dawungan)
2
"MENDUNG DI LANGIT DEMAK" (Bara Di Kademangan Dawungan)
3
"MENDUNG DI LANGIT DEMAK" ( Bara Di Kademangan Dawungan)
4
"MENDUNG DI LANGIT DEMAK" (Bara Di Kademangan Dawungan)
5
"MENDUNG DI LANGIT DEMAK" (Bara Di Kademangan Dawungan)
6
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
7
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
8
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
9
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
10
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
11
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
12
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
13
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
14
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
15
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
16
"MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
17
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
18
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
19
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
20
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
21
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
22
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
23
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
24
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
25
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
26
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
27
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
28
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
29
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
30
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
31
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
32
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
33
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
34
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
35
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
36
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
37
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
38
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
39
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
40
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
41
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
42
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
43
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
44
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
45
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
46
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
47
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
48
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
49
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
50
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
51
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
52
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
53
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
54
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan).
55
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan).
56
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan).
57
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan).
58
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan).
59
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan).
60
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan).
61
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
62
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
63
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
64
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
65
MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
66
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
67
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
68
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
69
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!