"MENDUNG DI LANGIT DEMAK" ( Bara Di Kademangan Dawungan)

Bagian 03.

Oleh : Surya Panuntun.

“Selamat malam Kyai. Siapakah dua orang yang Kyai bawa itu.”

berkata Ki Bekel sambil menyapukan pandangan matanya kepada dua orang yang sedang berdiri dibawah pendapa.

“Aku membawa dua orang tamu yang ingin bertemu dengan Ki Bekel. Untuk lebih jelasnya silahkan Ki Bekel sendiri yang menanyakan keperluan dari tamu tamu tersebut,” berkata Kyai Bahuwirya kepada Ki Bekel.

“Baiklah Kyai, marilah kita bersama sama menemui tamu tamu itu,” jawab Ki Bekel sambil melangkahkan kakinya kearah pendapa untuk menemui dua orang yang belum dikenalnya.

Demikianlah selanjutnya, setelah mempersilahkan kedua tamunya naik ke pendapa, Ki Bekel yang ditemani oleh Kyai Bahuwirya telah menemui dua orang tamunya.

Setelah saling berbasa basi, Ki Bekel telah menanyakan keperluan dari dua tamunya tersebut serta keterangan lain yang sekiranya perlu diketahui oleh Ki Bekel.

Beberapa saat kemudian terdengar Ki Bekel itu berkata.

“Ki Wilaga dan Jatmika, pada dasarnya Kademangan ini selalu terbuka menerima siapa saja apalagi kepada orang orang yang memang perlu mendapatkan pertolongan. Untuk keperluan kalian, dibanjar padukuhan ada beberapa bilik yang pantas kalian pergunakan untuk bermalam barang satu atau dua malam. Bilik itu memang disediakan untuk orang orang yang sedang melakukan perjalanan jauh dan kebetulan ingin singgah dan beristirahat dikademangan ini. Kami tidak mempersoalkan asal usul mereka, apakah keperluan mereka, apakah mereka itu pengembara atau bukan yang penting mereka itu bersikap baik dan berunggah ungguh serta tidak berniat untuk membuat persoalan apalagi sengaja membuat keributan.”

“Terima kasih Ki Bekel, kami berdua hanya ingin menumpang istirahat untuk satu malam ini saja karena besok pagi pagi sekali kami harus meneruskan perjalanan,” berkata Ki Wilaga.

“Baiklak, banjar kademangan berada diujung jalan ini. Atau biarlah kalian diantar sekalian oleh Kyai Bahuwirya menuju Banjar.”

Lalu Ki Bekel berkata kepada Kyai Bahuwirya, “Kyai.., tolong antarkan sekalian tamu tamu ini menuju Banjar”.

“Baiklak Ki Bekel”, berkata Kyai Bahuwirya.

Setelah berpamitan dan mengucapkan terima kasih, akhirnya kedua tamu Ki Bekel dan Kyai Bahuwirya meninggalkan rumah Ki Bekel menuju banjar Kademangan.

Sesampainya di banjar, terlihat keadaan banjar kademangan masih terlihat sepi meskipun lampu yang ada dibanjar itu telah dinyalakan seluruhnya.

Banjar Kademangan biasanya memang baru ramai setelah wayah sepi uwong. Orang orang yang datang di banjar biasanya hanya sekedar bercanda ataupun saling bercerita tentang bermacam persoalan.

Bahkan beberapa diantaranya datang ke banjar hanya sekedar untuk pindah tidur dari rumahnya karena orang tersebut sedang bertengkar dengan istrinya atau mungkin karena udara didalam rumah terasa panas sehingga mereka memilih untuk tidur di bajar.

Kepada dua tamunya, Kyai Bahuwirya menunjukan letak bilik yang ada dibagian belakang banjar serta memberikan beberapa penjelasan lain seperlunya.

“Kalau Kisanak berdua memerlukan untuk membersihkan diri serta keperluan sesuci lainnya, ada sumur dihalaman belakang banjar ini,” berkata Kyai Bahuwirya.

“Terima kasih Kyai, kami berdua kebetulan sudah menyempatkan diri terlebih dulu untuk membersihkan diri dibelik yang ada diujung bulak ketika kami mau memasuki kademangan ini.” jawab Ki Wilaga.

“Maaf Kyai..,” tiba tiba saja kemenakan Ki Wilaga yang selama ini tidak terlalu banyak bicara itu telah menyela.

“Apakah Kyai merupakan salah satu bebahu dari kademangan ini. Maksudku apakah Kyai adalah orang yang diserahi tanggung jawab untuk merawat dan mengurus kebersihan dari banjar ini?”

Sambil memandang kearah anak muda yang bernama Jatmika itu Kyai Bahuwirya menjawab.

“Bukan ngger. Aku bukan salah satu dari bebahu dari kademanagan ini. Akupun bukan orang yang diserahi tanggung jawab untuk merawat dan mengurus banjar kademangan ini.”

“Nampaknya Kyai dikenal dekat atau bahkan dipercayai oleh para bebahu kademangan ini.” anak muda bernama Jatmika itu bertanya lebih lanjut.

Sambil tersenyum Kyai Bahuwirya menjawab.

“Angger Jatmika. Setiap orang yang tinggal di Kademangan ini hampir seluruhnya saling mengenal satu dan yang lainnya dengan baik. Bukankah itu hal yang wajar. Selebihnya, mungkin karena pekerjaankulah sehingga para bebahu atau bahkan Ki Demang sendiri mengenalku dengan baik.” Jawab Kyai Bahuwirya.

“Apakah pekerjaan Kyai,” terdengar pertanyaan Ki Wilaga dan Jatmika hampir bersamaan.

“Ah.., bukanlah satu pekerjaan yang luar biasa. Aku sebenarnya justru merasa kurang mapan dikenal karena kebiasaanku ini meskipun kenyataannya banyak orang yang membutuhkan pertolonganku.”

“Dan apakah pekerjaan atau kebiasaan dari Kyai itu,” sela Jatmika yang nampaknya merasa panasaran.

Sambil memandangi Ki Wilaga dan Jatmika, Kyai Bahuwirya berkata.

“Aku sering dimintai pertolongan oleh orang orang yang rajakaya nya susah melahirkan karena sungsang atau disebabkan oleh gangguan lainnya. Beberapa diantaranya memintaku untuk membuatkan reramuan agar ternak sapi atau kerbaunya menjadi sehat dan gemuk. Sebagiannya lagi meminta bantuanku untuk dibuatkan semacam reramuan karena ternaknya telah menjadi majer dan sama sekali tidak ada tanda tanda bisa mempunyai keturunan. Dan beberapa lainnya justru hanya sekedar meminta pendapatku untuk membuat sebuah penilaian apakah sapi atau kerbau yang akan dibelinya itu lebih cocok untuk dijadikan penarik bajak disawah, penarik gerobak atau justru lebih cocok untuk diambil hasil keturunannya. Termasuk juga penilaianku apakah ternak ternak itu merupakan ternak yang bagus baik ditilik dari hasil keturunannya maupun kesehatannya”.

“Dukun hewan,“ desis Jatmika tanpa sesadarnya.

Sementara Ki Wilaga hanya mengangguk angguk sambil berkata.

“Pekerjaan yang aneh meskipun usaha yang seperti itu sudah terbiasa dilakukan oleh siapapun juga.”

“Benar Ki Wilaga, sebenarnya banyak orang yang mempunyai kelebihan dan kemampuan seperti apa yang aku kerjakan ini. Tapi ternyata tetap saja banyak orang yang memilih untuk datang kepadaku. Bahkan beberapa pekan sekali aku harus pergi keluar kademangan karena ada saja orang yang tinggal di luar kademangan ini telah meminta pertolonganku terkait dengan keahlianku.

“Maaf Kyai, nampaknya keahlian Kyai ini adalah keahlian yang memerlukan pengetahuan tentang obat obatan meskipun peruntukannya berbeda dengan pengobatan untuk manusia. Apakah keahlian Kyai ini merupakan sejenis ilmu yang turun temurun atau barangkali Kyai pernah berguru secara khusus tentang keahlian ini.” tanya Ki Wilaga.

“Tidak Ki Wilaga, aku tidak pernah berguru secara khusus terkait dengan kamampuanku ini. Bukan pula ilmu yang temurun dari leluhurku”.

“Dan Kyai nampaknya benar benar berhasil dengan keahlian Kyai ini.” desis Jatmika.

“Maksud angger Jatmika.” berkata Kyai Bahuwirya.

“Maaf Kyai, maksudku adalah kemampuan Kyai ini ternyata telah membuat Kyai menjadi orang yang dikenal luas di kademangan ini bahkan sampai ke tempat yang jauh diluar kademangan.”

“Demikianlah ngger.., aku bersyukur karena aku bisa membantu orang lain dengan keahlian yang aku milikki.” jawab Kyai Bahuwirya.

“Apakah ada anak atau keluarga Kyai yang kelak bisa mewarisi keahlian Kyai ini.” berkata Ki Wilaga.

“Aku tidak mempunyai keluarga Ki Wilaga. Istriku sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Sementara aku juga tidak mempunyai anak. Ada dua kemenakanku tapi kemenakanku itu tidak tinggal dikademangan ini. Dirumah aku tinggal sendirian. Aku memelihara beberapa ekor kambing yang terbiasa aku gembalakan sendiri untuk kesibukanku ketika tenagaku tidak sedang diperlukan oleh orang lain.”

“Oh.., maaf Kyai bukan maksudku untuk menyentuh kenangan dan masa lalu Kyai.” desis Ki Wilaga perlahan.

“Jangan hiraukan Ki Wilaga, aku bahkan sudah melupakan keadaanku ini. Aku bersyukur karena dimasa tuaku ternyata tenagaku masih dibutuhkan oleh orang lain.” jawab Kyai Bahuwirya.

Sesaat Kyai Bahuwirya menghentikan kata katanya. Namun sesaat kemudian terdengar Ia telah kembali berkata.

“Baiklah Ki Wilaga dan juga angger Jatmika, silahkan beristirahat. Meskipun nanti dibanjar itu akan sedikit riuh karena kehadiran orang orang kademangan yang ingin sekedar bercengkerama atau bersendau gurau tetapi keriuhan mereka tidak akan sampai terdengar kedalam bilik ini. Jadi kalian berdua tidak akan terganggu karenanya,” berkata Kyai Bahuwirya sambil berpamitan untuk pulang.

“Baiklah Kyai, dalam keadaan lelah dan tertidur biasanya kami berdua tidak akan terganggu meskipun ada petir yang menyambar didekat telinga.” kelakar Ki Wilaga sambil sekali lagi mengucapkan terima kasih kepada Kyai Bahuwirya.

-----

Bersambung Bagian 03

Terpopuler

Comments

🆓🇵🇸 Jenahara

🆓🇵🇸 Jenahara

sdh lama tdk up

2023-04-26

0

Kaje

Kaje

Hai, Salam Kenal Kak. Saya sudah baca bab demi bab di Novelmu, Kak Author. Wih hebat banget. Saya juga mencoba menulis cerita silat. Mampir dan kasih saran pada ceritaku, ya... Kak

2023-02-12

0

Ikhsan Nudin

Ikhsan Nudin

lengkap benar basa basi nya,

2021-06-19

0

lihat semua
Episodes
1 "MENDUNG DI LANGIT DEMAK" (Bara Di Kademangan Dawungan)
2 "MENDUNG DI LANGIT DEMAK" (Bara Di Kademangan Dawungan)
3 "MENDUNG DI LANGIT DEMAK" ( Bara Di Kademangan Dawungan)
4 "MENDUNG DI LANGIT DEMAK" (Bara Di Kademangan Dawungan)
5 "MENDUNG DI LANGIT DEMAK" (Bara Di Kademangan Dawungan)
6 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
7 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
8 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
9 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
10 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
11 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
12 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
13 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
14 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
15 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
16 "MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
17 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
18 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
19 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
20 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
21 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
22 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
23 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
24 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
25 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
26 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
27 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
28 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
29 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
30 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
31 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
32 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
33 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
34 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
35 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
36 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
37 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
38 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
39 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
40 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
41 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
42 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
43 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
44 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
45 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
46 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
47 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
48 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
49 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
50 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
51 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
52 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
53 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
54 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan).
55 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan).
56 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan).
57 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan).
58 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan).
59 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan).
60 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan).
61 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
62 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
63 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
64 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
65 MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
66 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
67 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
68 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
69 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
Episodes

Updated 69 Episodes

1
"MENDUNG DI LANGIT DEMAK" (Bara Di Kademangan Dawungan)
2
"MENDUNG DI LANGIT DEMAK" (Bara Di Kademangan Dawungan)
3
"MENDUNG DI LANGIT DEMAK" ( Bara Di Kademangan Dawungan)
4
"MENDUNG DI LANGIT DEMAK" (Bara Di Kademangan Dawungan)
5
"MENDUNG DI LANGIT DEMAK" (Bara Di Kademangan Dawungan)
6
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
7
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
8
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
9
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
10
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
11
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
12
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
13
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
14
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
15
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
16
"MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
17
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
18
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
19
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
20
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
21
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
22
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
23
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
24
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
25
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
26
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
27
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
28
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
29
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
30
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
31
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
32
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
33
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
34
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
35
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
36
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
37
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
38
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
39
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
40
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
41
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
42
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
43
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
44
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
45
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
46
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
47
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
48
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
49
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
50
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
51
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
52
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
53
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
54
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan).
55
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan).
56
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan).
57
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan).
58
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan).
59
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan).
60
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan).
61
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
62
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
63
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
64
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
65
MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
66
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
67
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
68
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
69
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!