"MENDUNG DI LANGIT DEMAK" (Bara Di Kademangan Dawungan)

Bagian 05.

Oleh : Surya Panuntun

Tetapi tiba tiba saja, ketika orang yang bernama Kasno itu akan menyalakan perapian, dari bawah rerimbunan pohon yang tumbuh dihalaman samping banjar, terdengar suara yang sedikit keras.

“He....Ki Kasno. Bukankah itu namamu? Jangan kau nyalakan api itu dan tidak usah kalian lanjutkan niatmu untuk memasak apapun yang ingin kalian masak. Aku khawatir kalian tidak sempat untuk menikmati apa yang telah kalian masak itu”.

Sesaat suara itu berhenti dan terdiam. Namun tak lama kemudian kembali terdengar suara yang memecahkan kesunyian malam itu.

“Dan untuk Ki Jagabaya, Ada pesan yang harus Ki Jagabaya sampaikan kepada Ki Demang saat ini juga.”

Ki Kasno terkejut mendengar suara yang datang dari sumber yang belum diketahuinya. Sementara Ki Jagabaya yang hanya sekedar berbaring ternyata juga mendengar dengan jelas suara itu meskipun Ki Jagabaya juga belum mengetahui dengan pasti arah dari suara itu berasal.

Dengan cekatan Ki Jagabaya telah meloncat turun dari banjar. Sambil menjijing tombak pusakanya Ki Jagabaya mendekat ke arah Ki Kasno.

Beberapa orang yang ada dibanjar itupun telah ikut turun dan mendekat kearah Ki Kasno dan Ki Jagabaya terkecuali dua orang yang telah tertidur lelap dibanjar.

Dan tiba tiba saja, dari dalam keremangan cahaya lampu yang sinarnya tidak sepenuhnya menjangkau ke sekeliling halaman banjar, terlihat tiga bayangan keluar dari bawah rerimbunan pohon yang berada disamping banjar itu.

Ketiga bayangan itu terlihat bergerak dan berjalan mendekat kearah keberadaan Ki Jagabaya dan para peronda berdiri. Dan ketika ketiga bayangan itu semakin berjalan keluar dari bayang bayang rerimbunan pohon, mulai dapat terlihat dengan jelas ketiga sosok orang tersebut.

Ketiga orang itu telah berhenti beberapa langkah dihadapan Ki Jagabaya dan para peronda. Dengan tertawa tertahan terdengar salah satu dari ketiga orang itu berkata.

“Maafkan kalau kedatanganku dan dua temanku ini telah mengejutkan kalian semuanya.”

Sambil memandang ke arah Ki Jagabaya, orang itu kembali meneruskan perkataannya.

“Seperti yang telah aku katakan, ada pesan yang harus Ki Jagabaya sampaikan kepada Ki Demang.” berkata salah satu dari ketiga orang itu kepada Ki Jagabaya.

Dan sebelum Ki Jagabaya sempat menanggapinya, orang itu telah melanjutkan perkataannya.

“Sampaikan kepada Ki Demang, aku memerlukan kehadirannya saat ini juga untuk menemuiku ditempat ini. Atau kalau Ki Jagabaya berkeberatan, Ki Jagabaya dapat memerintahkan salah satu dari peronda untuk mengantarku ke rumah Ki Demang, biarlah aku sendiri yang akan mengetuk rumah Ki Demang.”

Ki Jagabaya hanya terdiam saja. Dipandanginya dengan tajam ketiga orang yang berdiri dihadapannya. Sesaat kemudian terdengar Ki Jagabaya menjawab dengan singkat.

“Siapa kalian”.

“Siapa kami bertiga tidak penting bagi Ki Jagabaya, karena keperluanku tidak ada kaitannya dengan Ki Jagabaya.” berkata salah satu dari ketiga orang tersebut.

“Bagiku menjadi penting untuk mengetahui jati diri dan keperluan kalian. Meskipun kalian mengatakan bahwa aku tidak mempunyai keterkaitan dengan keperluan kalian, tetapi ternyata kalian telah menarikku kedalam keperluan yang kalian milikki dengan menyuruhku untuk menyampaikan pesan kalian itu.” geram Ki Jagabaya.

Mendengar perkataan dari Ki Jagabaya itu, salah satu dari ketiga orang yang nampaknya mewakili dari kedua temannya telah tertawa lebar.

“He....Ki Jagabaya, nampaknya kau menjadi tersinggung karena aku telah memerintahmu untuk menyampaikan pesanku kepada Ki Demang.”

“Tidak... Aku tidak tersinggung. Tetapi karena kalian telah melibatkan aku dengan memintaku untuk menyampaikan pesan kalian itu, maka aku menganggap bahwa keperluan kalian dengan Ki Demang telah menjadi keperluanku juga sehingga aku memerlukan untuk mengetahui jati diri serta keperluan kalian sebelum aku memutuskan apakah aku perlu menyampaikan pesan itu kepada Ki Demang atau tidak.” berkata Ki Jagabaya kepada ketiga orang itu.

Mendengar perkataan dari Ki Jagabaya, terlihat orang yang menjadi juru bicara dari dua kawannya itu mengerutkan dahinya. Sambil menggeram menahan kejengkelan yang mulai merambati perasaannya orang itu berkata dengan nada yang dalam.

“Jangan berbelit belit dan keras kepala Ki Jagabaya. Aku tidak mempunyai waktu yang banyak. Apakah Ki Jagabaya memilih aku mempergunakan cara yang kasar.”

“Bukankah cara yang kalian tempuh saat inipun adalah cara yang kasar dan tidak berunggah ungguh. Aku adalah seorang bebahu di kademangan ini dalam kedudukanku sebagai seorang Jagabaya sehingga aku mempunyai tanggung jawab atas kedudukanku itu. Kedatangan kalian bertiga dengan cara dan waktu yang tidak sewajarnya pantas untuk dicurigai.” jawab Ki Jagabaya.

“Cukuup..!!”

Bentak salah satu dari ketiga orang itu. Suaranya menggelegar meskipun tidak sampai mengumandang jauh keluar dari halaman banjar itu.

Namun yang telah membuat Ki Jagabaya dan para peronda itu menjadi terkejut adalah ternyata suara itu telah menimbulkan getaran yang terasa menghentak hentak dan menyusup ke dalam dada Ki Jagabaya dan para peronda.

“Sudah aku katakan, bahwa aku tidak mempunyai banyak waktu untuk keperluanku ini, tapi nampaknya Ki Jagabaya adalah seorang yang keras kepala dan sombong.” geram orang itu lebih lanjut.

Dan kini, meskipun suaranya tidak se menggelegar bentakan sebelumnya namun ternyata akibat yang ditimbulkan justru lebih dahsyat.

Getar suara itu merambat bagaikan ribuan jarum tajam yang menusuk kedalam dada setiap orang yang berada di tempat itu.

Terlihat Ki Jagabaya kakinya telah menjadi gemetar menahan debar didalam dadanya yang nyaris tidak bisa ditahannya, pun demikian dengan para peronda, dada mereka terasa menjadi sesak tak tertahankan.

Ki Jagabaya mencoba untuk bertahan. Bagaimanapun Ia adalah seorang bebahu kademangan yang menyadari sepenuhnya atas tanggung jawab yang dimilikkinya sehingga Ki Jagabaya merasa wajib berbuat sesuatu beralaskan pada kedudukan yang diembannya itu.

Selain dari itu, Ki Jagabaya sendiri sebenarnya adalah seseorang yang juga mempunyai bekal ilmu kanuragan yang pantas dalam kedudukannya sebagai seorang Jagabaya, meskipun Ki Jagabaya telah menyadari bahwa orang yang kini dihadapinya adalah orang yang nampaknya mempunyai ilmu yang tinggi.

Ki Jagabaya pun mengetahui bahwa orang tersebut nampaknya telah melambari suara teriakannya dengan ajian Gelap Ngampar atau mungkin ilmu lainnya yang sejenis.

Masih dengan dada yang berdebar, terdengar Ki Jagabaya itu berkata.

“Kisanak.., aku memikul tanggung jawab dalam kedudukanku sebagai seorang Jagabaya dengan segala akibat yang mungkin aku terima.”

“Dasar orang tidak tahu diri, kau terlalu membanggakan kedudukanmu hingga kau tidak menyadari bahwa yang kau hadapi adalah kekuatan yang jauh diluar jangkauan nalarmu.”

Dan sesaat setelah orang yang berdiri dihadapan Ki Jagabaya itu menyelesaikan kata katanya terlihat orang itu mengayunkan tangannya kearah Ki Jagabaya.

Ki Jagabaya terkesiap, sekilas Ki Jagabaya memang sempat melihat seleret hembusan angin yang samar samar keluar dari ayunan tangan orang yang menyerangnya itu.

Namun hembusan angin itu menyambar dalam sekejapan mata saja sehingga Ki Jagabaya tidak sempat untuk melompat menghindar. Ki Jagabaya hanya dapat merasakan bahwa tiba tiba saja tubuhnya telah terpental beberapa langkah ke belakang, bahkan tubuh Ki Jagabaya itu telah menabrak peronda yang memang berdiri beberapa langkah dibelakang Ki Jagabaya.

Terlihat Ki Jagabaya dan dua orang peronda telah terjatuh terlentang. Nafas Ki Jagabaya menjadi sesak dan tubuhnya seolah telah menjadi remuk redam.

Sementara dua orang peronda yang tertimpa tubuh Ki Jagabaya terlihat menahan rasa sakit pada tubuhnya. Dengan susah payah kedua peronda itu mencoba untuk berdiri dan menghampiri Ki Jagabaya.

Ki Jagabaya memang berusaha untuk bangkit, namun nampaknya Ki Jagabaya benar benar telah kehilangan seluruh tenaganya. Dada Ki Jagabaya pun telah menjadi sesak seolah baru saja tertimpa oleh batu hitam sebesar kepala kerbau.

“Aku masih berbelas kasihan Ki Jagabaya sehingga aku tidak mengarahkan langsung ilmuku itu ke tubuhmu. Kalau aku kehendaki, tanpa bergeser setapakpun, dengan mudahnya aku dapat menghancur lumatkan tubuhmu.”

Untuk sesaat orang itu menghentikan kata katanya. Dipandanginya Ki Jagabaya serta para peronda yang ada dihadapannya, dan sesaat kemudian terdengar orang itu melanjutkan kata katanya kembali.

“Kali ini aku tidak ingin mengulangi perintahku. Salah satu dari kalian, pergi dan panggillah Ki Demang untuk datang menemuiku. Atau barangkali kalian lebih memilih untuk aku bunuh semuanya meskipun pada akhirnya aku harus mencari sendiri rumah Ki Demang.” bentak orang itu sambil matanya menatap kearah peronda yang masih berdiri ditempatnya.

Para peronda yang masih berdiri dengan kaki gemetar itu telah menoleh ke arah Ki Jagabaya seolah meminta pertimbangan.

Dan Ki Jagabaya pun terlihat menganggukkan kepalanya sambil berdesis.

“Pergilah.”

“Biar aku saja yang pergi ke rumah Ki Demang.” berkata salah satu dari peronda.

“Aku akan mengawanimu. Kita akan pergi berdua ke rumah Ki Demang”, sela kawannya yang lain.

“Cepatlah..., nasib kawan kawanmu tergantung atas usahamu untuk memanggil Ki Demang.” bentak salah satu dari ketiga orang tersebut.

Meskipun dengan tubuh yang gemetar, dua orang peronda akhirnya telah melangkahkan kakinya menuju ke rumah Ki Demang.

Jarak rumah Ki Demang dengan banjar padukuhan memanglah tidak terlalu jauh sehingga tidak lama kemudian dari pintu regol terlihat dua orang berjalan memasuki halaman banjar kademangan.

-----

Bersambung Bagian 06.

Terpopuler

Comments

🆓🇵🇸 Jenahara

🆓🇵🇸 Jenahara

up

2023-04-26

0

zakky Jamil

zakky Jamil

bahasanya lebih disederhanakan lagi

2021-07-22

0

Mawar Hitam

Mawar Hitam

lanjut .

2021-06-29

0

lihat semua
Episodes
1 "MENDUNG DI LANGIT DEMAK" (Bara Di Kademangan Dawungan)
2 "MENDUNG DI LANGIT DEMAK" (Bara Di Kademangan Dawungan)
3 "MENDUNG DI LANGIT DEMAK" ( Bara Di Kademangan Dawungan)
4 "MENDUNG DI LANGIT DEMAK" (Bara Di Kademangan Dawungan)
5 "MENDUNG DI LANGIT DEMAK" (Bara Di Kademangan Dawungan)
6 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
7 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
8 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
9 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
10 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
11 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
12 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
13 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
14 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
15 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
16 "MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
17 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
18 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
19 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
20 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
21 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
22 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
23 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
24 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
25 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
26 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
27 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
28 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
29 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
30 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
31 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
32 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
33 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
34 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
35 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
36 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
37 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
38 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
39 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
40 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
41 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
42 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
43 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
44 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
45 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
46 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
47 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
48 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
49 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
50 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
51 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
52 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
53 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
54 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan).
55 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan).
56 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan).
57 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan).
58 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan).
59 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan).
60 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan).
61 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
62 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
63 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
64 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
65 MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
66 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
67 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
68 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
69 “MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
Episodes

Updated 69 Episodes

1
"MENDUNG DI LANGIT DEMAK" (Bara Di Kademangan Dawungan)
2
"MENDUNG DI LANGIT DEMAK" (Bara Di Kademangan Dawungan)
3
"MENDUNG DI LANGIT DEMAK" ( Bara Di Kademangan Dawungan)
4
"MENDUNG DI LANGIT DEMAK" (Bara Di Kademangan Dawungan)
5
"MENDUNG DI LANGIT DEMAK" (Bara Di Kademangan Dawungan)
6
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
7
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
8
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
9
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
10
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
11
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
12
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
13
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
14
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
15
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
16
"MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
17
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
18
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
19
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
20
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
21
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
22
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
23
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
24
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
25
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
26
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
27
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
28
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
29
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
30
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
31
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
32
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
33
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
34
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
35
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
36
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
37
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
38
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
39
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
40
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
41
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
42
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
43
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
44
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
45
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
46
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
47
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
48
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
49
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
50
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
51
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
52
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
53
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
54
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan).
55
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan).
56
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan).
57
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan).
58
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan).
59
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan).
60
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan).
61
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
62
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
63
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
64
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
65
MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
66
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
67
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
68
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)
69
“MENDUNG DI LANGIT DEMAK” (Bara Di Kademangan Dawungan)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!