Kedua wanita itu berdiri menyambut Nisa, dan menyodorkan tangan untuk bersalaman.
Nisa menyalami Ibu Sarita terlebih dahulu, menyapa sekaligus berkenalan.
"Saya Annisa, bu" kata Nisa lemah lembut
"Panggil saya, umi. Umi Sarita" jawab umi Sarita dengan logat Malaysia.
Sepetinya orang Malaysia batin Nisa dan menganguk mengiyakan Umi Sarita. Lalu menyalami wanita muda yang sedari tadi berdiri disebelah Umi.
"Haloo, saya Shaina. Anaknya Umi" suaranya lembut, tetapi logatnya berbeda dengan Umi Sarita, ini seperti Bule yang sering ngomong Bahasa Inggris dengan fasih logatnya. Kebingunganlah Nisa.
Belum lagi 3 orang lelaki yang dari tadi memperhatikannya.
Nisa hanya menyalaminya dari jauh dan berkata
"Saya Annisa, putri Aba K. H Abdul Rasyid" Nisa yang lagi memperkenalkan dirinya
Semua lelaki itu hanya tersenyum.
Aba langsung mengambil alih untuk berbicara, sedangkan Nisa dan Umma duduk disebelah Aba.
"Nisa, ini Nak Alfath" sembari menunjuk kepada pria berwajah bule, dengan potongan rambut yang rapi. Menggunakan kaos hitam dan jas hitam, celana kekinian dan sepatu cassual ala anak muda. Jauh dari kesan Sholih dan lingkungan pesantren yang rata-rata menggunakan sorban dan segala macam.
"Ini Pak Ahmed John Swain" sembari menunjuk ke pria paruh baya dengan baju rapi seperti kantoran.
"Dan yang ini Nak Rio, asisten sekaligus sekertaris nak Alfath" lanjut aba.
Batin Nisa menerka-nerka, jadi sepertinya yang bosnya adalah Alfath. Sambil Nisa tersenyum yang hanya terlihat dari matanya.
Nisa terus bertanya-tanya, kenapa aba mengajaknya untuk makan siang bersama mereka tamu aba.
Aba tidak pernah sebelumnya untuk memperkenalkan Tamu-tamunya kepada Nisa, karena memang tidak ada keperluan yang bersangkutan dengan Nisa.
Makan siangpun berlangsung, tidak ada suara. Yg terdengar hanyalah decitan sendok dan garpu.
Akhirnya selesai makan siang ini. Batin Nisa
Nisa ingin segera keluar dengan beralasan akan mengajar kembali.
"Aba, Nisa harus kembali mengajar kelas selanjutnya" bisik nisa pada aba
"Bukankah tidak ada jadwal kamu lagi ndo?" Jawab aba
"sudah diam dulu disini ya" pinta aba langsung sebelum Nisa menjawabnya.
Nisa hanya terdiam dan langsung duduk lagi.
"Jadi begini nak Annisa..." Tiba-tiba suara lantang khas bule pak Ahmed memecahkan suasana
"Saya ingin Nak Annisa, berta'aruf dengan putra kami Alfath Muhammad Swain" lanjutnya
Nisa sangat terkejut. Tidak menyangka sekali akan ada yang mengajaknya ta'aruf dengan seorang pria berpakaian seperti ini, gaya Alfath yang cassual jauh dari bayangan Nisa tentang jodoh yang ia inginkan.
"Nisa, ini yang di maksud aba tadi pagi" lanjut Umma
Semakin kaget saja Nisa mendengarnya. Ia tidak menyangka kalau Aba akan menjodohkannya dengan pria yang ia anggap jauh dari pakaian agamis.
Nisa hanya menunduk. Ia ingat dengan kata-katanya kepada umma, Nisa tidak bisa menolak langsung. Nisa hanya mengangguk. sebenarnya mereka ini siapa kok Aba tiba-tiba ingin sekali menjodohkannya dg Nisa.
"Nak Annisa, umi mau nak annisa tidak menolak. Umi sangat ingin nak Annisa jadi mantu umi" tiba-tiba sela Umi Sarita dengan logat kentalnya.
Nisa hanya bisa tersenyum malu, dan belum siap untuk mengatakan IYA.
"Ayo ndo ngobrol dulu dengan nak Alfath. Siapa tau kalian ada yang ingin tahu satu sama lain" Ucap Aba, sembari memegang pundak Nisa anaknya itu.
Nisa hanya tersenyum malu saat, aba bilang seperti itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Happyy
😍😍😍😍
2021-03-12
0
Ami Ne Zidan Zia
.lanjuut...
2021-01-09
0
Nanda Lelo
penampilan tak slalu melambangkan akhlak 🙂
2020-11-07
0