Wanita Pilihan Kekasihku
Seorang CEO Golden Grub, Zello Agra Abraham. Yang biasanya selalu bersikap tenang, kini tengah duduk bersandar di kursi kebesarannya, dengan tangan memijit pelipisnya yang dirasa berdenyut.
Hari ini dia baru saja memenangkan tender besar, namun nyatanya tidak membuat dirinya merasakan 'wah' karena pikirannya condong ke masalah pribadinya.
Zico, asistennya. Sudah sedari tadi di panggil ke ruangannya. Namun Zello belum berucap sedari tadi, yang membuat sang asisten merasa heran.
“Carikan aku perempuan yang bisa dijadikan kekasih bayaran!”
Suara tenang Zello Agra Abraham. Akhirnya kalimat itu bisa ia keluarkan juga dari bibirnya.
Permintaan sang Kakek berulang yang selalu ia tolak, dan minggu lalu kakek mengucapkan permohonan itu lagi. Andai dirinya bisa bernegoisasi kali ini. Namun nyatanya tidak, Kakek sudah memberikan ultimatum akan mencarikan istri untuk dirinya bila ia tak kunjung mengenalkan seorang wanita ke Hanif, Kakek Zello. Bagaimana Zello bisa membiarkan itu terjadi, karena Zello sudah memiliki pujaan hati.
“Maksudnya, Bos?” tanya Zico tak percaya dengan apa yang sudah di dengarnya.
“Aku menginginkan wanita yang bisa dibayar untuk jadi kekasih bayaran!” tegas Zello.
“Carilah wanita polos! Ubah penampilannya dan bawa dia ke sini! Pastikan dia sudah menyetujui. Jadi, dia tinggal tanda tangan kontrak saat bertemu denganku.” Zello mengulang kalimatnya dengan frustasi.
“B-Bos, apa Anda yakin?” ucap Zico terbata.
Brakk.
Gebrakan meja oleh tangan Zello langsung membuat Zico menelan salivanya. Zello nggak pernah bersikap demikian, walaupun CEO perusahaan besar, Zello mempunyai karakter yang sangat hangat. Kecuali dengan orang yang baru dikenalnya.
“Apa, kamu nggak paham juga?! Cari perempuan yang bisa dibayar untuk dijadikan kekasih bayaran untukku. Cantik, baik dan tentunya 'polos.' Aku nggak mau dia sampai membangkang. Sudah cukup aku dibuat kesal dengan satu perempuan pembangkang.”
“Si-siap Bos. Saya akan carikan segera. Nanti Tuan Bos tinggal tentukan poin penting untuk dibuat perjanjian di atas kertas,” ucap Zico akhirnya. Nafasnya sedikit tertahan dampak melihat emosional Bosnya.
Zico fikir dia salah dengar dengan permintaan konyol Bosnya. Setahu Zico, sang Bos sudah memiliki kekasih yang sangat dicintainya, meskipun mereka jarang bertemu.
Ceklek.
“Darl.” Suara manja kekasih Zello, Rossa. Beriringan dengan langkah kakinya yang langsung menuju tempat duduk Zello.
Rossa, sang Model sekaligus sang Pembangkang yang tidak bisa Zello acuhkan begitu saja. Sang Pembangkang yang memperondakkan hati dan kehidupan Zello. Bahkan, ide konyol ini pun juga dari dirinya.
Zello sendiri juga heran, kenapa dirinya selalu bisa menuruti semua permintaan Rossa. Sementara Rossa jarang mengabulkan permintaan dirinya. Meski hanya sekedar bertemu, pengakuan hubungan mereka ke publik dan masih banyak lainnya.
Di saat wanita lain berlomba-lomba untuk mendapatkan gelar kekasih darinya di muka publik, namun tidak dengan Rossa. Rossa yang sudah menjadi kekasih Zello, tidak ingin hubungan mereka diketahui oleh publik. Jangankan publik, bahkan Rossa melarang untuk mengatakan hubungan mereka ke orang tua atau keluarga Zello sendiri. Dan selalu Rossa mengataskan kariernya untuk membuat Zello memahami profesi dan impiannya.
Rossa dengan santai langsung duduk di pangkuan Zello dan mengalungkan kedua tangan di lehernya. “Darl, biar aku yang mencarikan wanita itu.”
”Nggak perlu repot-repot. Zico akan mengurusnya dengan baik,” saut Zello datar. Zello melepaskan tangan Rossa dari lehernya.
Walau Zello setuju, bukan berarti dia tidak merasa sakit hati.
“Apa kamu masih marah padaku, Darl?! Ayolah, jangan di permasalahkan terus,” ucap Rossa manja. Tangan Rossa terulur ke dasi Zello, melonggarkannya dengan perlahan namun pasti dengan mata penuh tatapan menggoda. Dan inilah kelemahan Zello, tatapan Rossa yang tidak mampu untuk ia tolak.
“Kenapa harus kamu yang mencarikan perempuan buat ku?!” ucap Zello menghangat.
“Aku nggak mau asistenmu itu malah mendapatkan perempuan yang sesuai kriteriamu. Aku nggak suka. Kamu harus tetap jadi milikku Pak Presdir,” ucap Rossa manja.
“Curang sekali kamu.” Tangan Zello menjalar di paha mulus Rossa. Membelai dan meremasnya lembut.
Zico yang sudah paham situasi langsung keluar ruangan. Akan sangat menakutkan berlama-lama di dalam sana. Mau bagaimana lagi, Zico sang asisten kepercayaan Zello yang selalu awet ngejomblo.
Zico akhirnya bisa lega juga dengan hadirnya Rossa ke perusahaan Zello, terlebih Rossa bilang dia yang akan mencarikan kekasih bayaran buat Zello. Karena Zico tadi sempat bingung mau cari perempuan dimana yang dengan kriteria yang disebutkan Zello. Cantik, baik, polos, dan penurut. Hampir tadi Zico kepikiran bakal nyari wanita penjual getuk yang pernah viral. Karena jujur, disekililingnya semua perempuan selalu ganas-ganas.
Zello yang sadar Zico sudah keluar ruangannya langsung membawa tubuh Rossa ke sofa yang ada di ruangannya.
Menikmati setiap jengkal tubuh indah Rossa. Saling memberi kepuasan satu sama lain, hingga sama-sama bercucuran keringat dan berakhir dengan getaran hebat dari dalam tubuh mereka.
Cup. Ciuman lembut di kening Rossa, ungkapan rasa sayang dari dirinya.
Dengan mendapatkan wanita bayaran, nggak hanya Kakek Zello yang senang, tapi juga Rossa. Rossa dengan senang dan tenang meraih impiannya. Kalau Zello bisa menyenangkan dua orang sekaligus, kenapa tidak?
Di resto elit nggak jauh dari perusahaan, Zello dan Rossa tengah makan siang bersama.
Zello yang sedang menikmati makanannya nggak pernah berhenti untuk memandang kekasih hatinya. Ada rasa sayang, tapi terselip rasa kecewa juga karena ide konyolnya.
Di resto itulah mereka menikmati makanannya dengan sesekali bersenda gurau.
Tanpa sepengetahuan mereka, ada sesosok pria yang melihat dari kejauhan dan berjalan pasti untuk bergabung dengan mereka.
“Wah, kalian makan bersama tapi nggak ajak-ajak,” celetuk Miko teman Zello dan Rossa.
Zello hanya menatap sekilas dan melanjutkan lagi makannya.
“Kalian ini cocok sekali. Kenapa nggak pacaran aja,” sambung Miko.
Rossa hanya tersenyum tipis mendengar ucapan Miko yang kesekian, begitu juga dengan Zello hanya menukikkan alis mewakilkan jawabannya.
“Itu nggak mungkin, kita sudah sahabatan lama. Akan terasa aneh bila berubah jadi sepasang kekasih,” ucap Rossa santai. Rossa juga langsung melirik Zello dan memberikan senyuman hangat ke Zello. Tanpa rasa sungkan Rossa mengucapkan kata, “iya kan, Zell”imbuh Rossa.
Miko mencibir sekilas yang nimbrung makan di piring Rossa. “Mustahil bersahabat lama tanpa ada rasa cinta.” Miko berucap sembari terus mengunyah makanannya.
“Makanlah yang benar!” Suara dingin Zello. Mendadak nafsu makan Zello juga hilang. Perasaannya yang nggak dihargai Rossa, dan harus bersandiwara seperti demikian berulang kali. Bersandiwara kalau dirinya dan Rossa murni sahabatan, nggak lebih. Zello menatap jengah ke Miko, dan sekian detik juga ke Rossa, teringat ide konyol Rossa.
Miko yang sudah puas celamitan di piring Rossa beralih mengambil tisu dan membersihkan area bibirnya segera, yang kemudian menatap Zello dengan intens. “Lebih baik kamu terus terang bilang sama Rossa kalau ada rasa. Daripada nanti menyesal.Terlihat jelas dimata kamu, kalau kamu menyukai Rossa,” ujar Miko. Zello menggeleng lemah dan memberikan senyuman mencibir, menertawakan Miko, mungkin sebenarnya lebih pantas untuk dirinya sendiri.
“Kalau tidak aku yang akan menjadi kekasihnya nanti,” celetuk Miko dengan santai. Sudut bibirnya terangkat sedikit, seakan mecemooh Zello yang pengecut tidak berani mengungkapkan perasaannya ke Rossa. Zello yang tengah menikmati makanannya langsung bersandarkan kursinya, menghentikan aktivitas makannya.
Miko tertawa lepas melihat Zello nggak bisa menyembunyikan raut kesalnya.
Rossa yang ikut melihat ekspresi Zello langsung melempar tisu ke arah Miko. "Kalau aku saja tidak mau dengan Zello, apalagi dengamu," ucap Rossa mencibir.
“Memangnya kenapa denganku?” sahut Miko langsung.
“Apa masih perlu aku jelaskan?! Perusahaan ayahmu masih jauh dari perusahaan Zello. Dan ... Zello itu sudah pasti jadi pewaris utama, beda dengan mu.” Rossa langsung menatap jengah ke Miko. Rossa takut mood Zello makin buruk dan akan mengubah keputusan Zello.
“Zello! Tadi aku mendukungmu untuk bersamanya. Tapi sekarang aku sadar, keputusan kamu sudah benar. Rossa ternyata sangat melihat materi.” Miko menukikkan alisnya menatap Zello yang tengah di posisi yang sama dengan gerakan tangan bersidekap angkuh.
Zello menatap tajam ke Miko. Sangat paham, kalau Miko memang ada rasa dengan Rossa.
“Berhentilah membual, Miko! Apa kau tidak menyadari sedari tadi ponselmu terus bergetar.” Rossa langsung meraih ponsel Miko yang di meja dan menaruh ponsel itu dengan kasar ke tangannya.
Miko melihat panggilan di ponselnya dan berdiri dari kursinya. “Aku lupa ada janji,” ucap Miko setelah melihat panggilan itu dan langsung mengangkat panggilan itu di depan Zello dan Rossa. “Ya, aku dalam perjalanan.”
Miko langsung menyimpan ponselnya dan beralih menonjok pelan bahu Zello yang kemudian berlalu dari sana.
Sepeninggal Miko, Zello menatap tajam ke Rossa. Seakan sudah terbiasa dengan tatapan Zello ketika marah, Rossa langsung menampilkan tatapan menawannya dan mengulurkan tangannya meraih tangan Zello dan menggenggamnya dengan erat.
“Rossa, kamu tahu artinya bila aku membawa perempuan ke Kakek kan?” Zello memandang tajam Rossa, namun ada tatapan memohon di dalamnya.
'Iya, aku tahu maka dari itu aku nggak mau' Rossa hanya bisa menampilkan senyum dan tatapan menawannya, seakan dia perempuan yang manis luar dan dalam.
“Aku tahu Zello. Zello, aku hanya ingin mencicipi karirku. 'Mencicipi' Zello, hanya sebentar.” Rossa mengelus punggung tangan Zello dengan jempolnya, berusaha menghibur Zello.
“Apa kamu sudah mendapatkannya?” ucap Zello datar.
“Aku sudah menemukannya. Cuma belum sempat bersitatap langsung untuk membahas ini.”
“Siapa?”
“Dia temanku. Si Gila Harta. Terbukti dia mau jadi wanita bayaran. Iya kan?!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments