“Dia temanku. Dia akan melakukan apa saja demi uang. Termasuk jadi kekasih bayaran,” imbuh Rossa. Rossa menatap Zello intens, membujuk Zello dengan ucapan dan tatapannya.
“Berarti dia bukan wanita baik-baik.” Zello berucap datar dan melepas kedua lipatan tangannya. Beralih memainkan gelasnya dengan tatapan malas ke gelas itu sendiri.
“Yang penting dia akan menuruti kata kita, Darl,” ucap Rossa meyakinkan. “Aku juga sudah buat janji bertemu dengan dirinya malam ini. Apa kamu mau ikut?” tawar bosa basi Rossa. Ya, walaupun Zello mengiyakan mau ikut, Rossa akan mengirimkan pesan dulu nanti ke perempuan itu supaya mengikuti alurnya .
“Tidak, atur saja!"
Rossa tersenyum lega mendengar ucapan Zello. “Ok.”
*
(Malam Hari-Di klub Besar)
“Sayang ... sebentar lagi ....” Erangan panjang terdengar dari suara pria yang puas dengan pencapaiannya. Tubuhnya terkulai lemah di samping sang wanita. Dadanya masih sedikit naik turun dampak aktivitas mereka.
Masih bermandikan keringat wanita itu berupaya untuk turun dari ranjang. "Tuan, maaf aku sudah ada janji dengan yang lain." Tanpa persetujuan dari pria itu, ia langsung turun dari ranjang dan menuju kamar mandi dengan tubuh polosnya tanpa penutup sama sekali.
Ailia Veron Monic, mendesah kesal melihat dirinya di pantulan cermin, di lihatnya leher yang berbekas karena jejak pria itu.
Ailia Veron Monic, seorang wanita penghibur, dengan panggilan Veron di klub dan Lilie di luar klub. Karena Dia juga memiliki aktivitas di luar klub seperti kebanyakan orang.
Veron selalu melarang tamu-tamunya untuk meninggalkan jejak, dimanapun itu. Entah mengapa,namun yanyajelas dia nggak nyaman setiap ada yang meninggalkan jejak di tubuhnya. Dengan malas Veron melanjutkan langkahnya menuju shower.
“Berengsek.” Veron mengumpat mendapati jejak di pinggulnya juga.
Veron tidak mau berlama-lama di bawah kucuran air itu, ddirinya sudah ada yang menunggunya di bawahnya sana. Selesai membilas, ia langsung mengeringkan tubuhnya disana, saat keluar dari kamar mandi ia dengan tampilan polos lagi.
Veron yang tengah meraih baju dalam almari menukikkan alis melihat pria itu masih di ranjangnya “Ada hal lain?”
Bukannya menjawab, pria itu tersenyum tipis ke Veron, turun dari ranjang mendekat ke Veron, merangkul tubuh polos Veron dari belakang. Menaruh dagunya di bahu Veron dengan nyaman. "Sayang, jadilah yang kedua untukku. Aku akan memberikan tempat tinggal yang layak untukmu."
Veron membalikkan tubuhnya, berhadapan dengan pria itu. "Apa bedanya,Tuan? Bukankah di sini Anda tetap bisa menikmati tubuhku?”
Rangkulan sang pria yang makin erat, membuat dada Veron merasa sesak, perlahan berusaha melonggarkan pelukan pria itu.
"Ya, aku tahu. Tetapi, paling tidak kamu jadi milikku seutuhnya,” bisik sang pria. Nafasnya naik turun merasakan hawa panas lagi di tubuhnya.
“Anda terlalu mendambakanku. Tetapi tidak bisa melepaskan istri Anda. Sangat terlihat istrimu yang punya kendali dalam rumah tangga kalian.” Veron tesenyum kecil ke pria itu, memandangnya dengan lekat.
Andai, pria itu tidak beristri. Mungkin dia akan mempertimbangkannya, karena tidak semua pria bisa menerima seorang wanita penghibur meski hanya untuk jadi mainan.
“Boleh saya berpendapat Tuan? Anda suami yang tidak tahu diri.”
Pria yang awalnya selalu tersenyum hangat ke Veron langsung berwajah pias. Mendadak bibirnya terkunci, hanya matanya yang bekerja memperhatikan Veron yang tengah memakai pakaiannya.
Veron yang sudah selesai berpakaian langsung menuju ranjangnya, melihat cek yang sudah ada di atas ranjang, tersenyum ringan melihat cek itu. “Terima kasih, Tuan,”ucap Veron .
"Anda bisa keluar sekarang!" imbuh Veron.
“Kalau kamu berubah pikiran, hubungi aku!” Pria itu memakai pakaiannya segera dan keluar dari kamar itu.
Tidak mau buang waktu, Veron langsung menyimpan cek itu di tas dan segera mematut Penampilannya di cermin.
Ailia Veron Monic, salah satu 'wanita penghibur' di klub di kota besar di sana. Penampilannya yang cantik dan selalu bersikap profesional di pekerjaannya, selalu memuaskan tamunya tanpa pernah melibatkan perasaannya. Dirinya juga membatasi tamunya,hanya dua pria dalam satu malam. Veron salah satu wanita penghibu yang tinggal di klub itu. Bukan tidak mau tinggal di luar, tetapi karena ada sesuatu yang membuatnya 'memilih' tinggal di klub itu. Ya, dia salah satu wanita yang 'beruntung' yang mendapatkan kamar khusus di tempat itu. Beruntung? Entahlah ...
Veron menutup pintu kamarnya, yang terletak di lantai paling atas. Veron yang sudah menutup pintu menukikkan kedua alisnya yang ternyata sudah ada teman klub melangkah menuju ke arahnya.
“Veron, sudah ada yang menunggumu di kamar 9.” Desy to the poin menyampaikan pesan tamunya, karena dia sendiri juga tengah sibuk.
Dengan langkah santai tapi pasti,Veron menuju lantai dua, menuju room privat. Disana juga biasanya dia melayani hasrat para lelaki hidung belang, kecuali pria yang membayarnya dengan harga fantastis, Veron akan mengajak ke kamarnya. Karena pria tersebut akan meminta waktu lebih lama untuk bersama Veron. Untuk menemani mengobrol atau untuk menemani tidur selayaknya pasangan yang sebenarnya, yang akan mmeninggalkan kamar Veron setelah menjelang pagi. Pemilik p klub? Dia tidak peduli, yang penting Veron akan memberikan uang sesuai ketentuannya.
Veron yang sampai berada di room privat tersenyum manis ke wanita yang tengah duduk manis di sofa dalam ruangan itu. Wanita yang berparas rupawan dan berpenampilan dengan pakaian bermerek. Rok di atas lutut dan atasan yang memperlihatkan bahunya.
Veron mendekat,duduk di sofa yang sama, dengan memberikan sedikit jarak. "Nona Rossa."
"Hai," sahut Rossa santai, tersenyum sekilas ke Veron.
Veron dan Rossa bertemu yang pertama kalinya, tanpa berjabat tangan, hanya sama-sama ingin segera Membahas tujuan mereka. Tujuan yang tentunya sama-sama menguntungkan.
"Apa dia tahu latar belakangku?" tanya Veron langsung. Veron duduk menyamping dengan satu tangan bertumpu di kepala sofa. Sementara Rossa duduk lurus dan hanya sesekali melihat kearah Veron. Rossa sendiri memilih Veron atas saran temannya. Teman Rossa pernah membutuhkan jasa Veron dan dia mengatakan puas dengan lakon drama Veron.
Rossa mengambil botol yang ada di meja,menuangkan ke gelas untuk mereka berdua. Rossa juga langsung memberikan minuman itu ke Veron dan beralih meraih gelasnya sendiri, menyesap dengan manis. Matanya tertuju ke Veron. "Tentu saja tidak. Maka berhati-hatilah!" Rossa menyesap minumannya lagi, menikmati pertemuan ini.
Ujung bibir Veron tertarik sedikit ke atas mendengar ucapan Rossa, "fantastis."
Satu kata bernada cibiran meluncur dengan mulus dari bibir Veron.
"Kamu tidak perlu berkomentar. Yang penting kamu akan mendapatkan keuntungan besar. Kamu bisa mendirikan usaha, menetap keluar negeri atau bahkan hilang dari dunia ini." Rossa menjeda ucapannya, dan menatap Veron intens. Sementara Veron yang duduk dengan santai mengerutkan dahi, tidak paham dengan tatapan Rossa.
“Aku sudah mendapatkan info tentang kamu. Aku rasa penawaran ku akan sangat berdampak untukmu kelak.”Rossa tersenyum dengan elegan yang berkombinasi dengan senyum penuh kekuasaan.
“Oh ... seharusnya Anda tidak perlu menjelaskan keuntungan itu. Bagaimanapun aku suka uang. Aku tentu akan menerima penawaran Anda.”Veron dengan manis menaruh gelasnya ke atas meja. Sikap dan tutur katanya sangat santai. Sesuai dengan kepribadiannya dan sesuai dengan keinginan Rossa.
Rossa menaruh minumannya di meja dan tersenyum dengan penuh kuasa. “Persiapkan hari Minggu! Kau tidak hanya akan bertemu kekasihku, tetapi juga dengan keluarganya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments