Hello, Again!
Kata orang, memulai itu sulit. Tapi kata Ahru, mempertahankan itu yang beribu kali lebih sulit.
"Ahru, bangun!"
Serasa ada speaker aktif dengan volume tinggi di samping gendang telinganya. Tuh kan, baru juga ngomong udah kejadian.
"Iya."
Dia Ahru. Cewek anti mainstream yang abstrak. Sifat dan karakternya itu campuran dari berbagai frekuensi yang dipaksakan dalam satu garis. Seperti gado-gado, campur-campur, protein hewani dan nabati jadi satu satu piring dan tersaji lezat. Tapi sayangnya Ahru bukan gado-gado. Dia lebih tampak seperti soto campur bubur campur pecel, dalam satu mangkuk. Enggak punya korelasi antara makanan favorit, genre lagu, fashion style, dan perilaku. Cewek paling sulit di tebak.
Huftt
Tiupnya kasar pada anak rambut yang menutupi wajah. Bangun pagi sama sekali bukan hobi Ahru. Dia kira setelah jam wekernya habis baterai, dia bisa bangun siang, rupanya batin hanya menjadi sekedar angan. Suara Ayahnya sepuluh kali lipat jauh lebih manjur.
Srett
Dengan mata masih agak tertutup, tangannya menarik handuk bersih di dalam almarinya, lalu telunjuknya menekan tombol pada speaker musik yang tak pernah beranjak di atas nakasnya.
Click
Fly me to the moon
Let me play up there with those stars
Let me see what life is like
On a-Jupiter and Mars
In other words, hold my hand
In other words, darling, kiss me
Fill my heart with song
Let me swing for evermore
You are all I long for
All I worship and adore
In other words, please be true
In other words, I love you
Mandi paginya jadi lebih bersemangat. Mata yang semula hanya terbuka setengah, kini sudah terbuka sempurna. Sesempurna dinginnya air yang membuat tubuhnya bergetar.
Lain kali, kayaknya Ahru harus mengganti jam wekernya dengan fly me to the moon-nya Frank Sinatra. Lebih asik, lebih enjoy, enggak bikin deg-degan karena kaget.
Bisa dibilang untuk selera musik, Ahru ikut ayahnya yang jazz dan klasik banget. Termasuk fly me to the moon ini, hasil curi dengarnya dari radio portabel Ayahnya pas lagi baca koran. Kelihatan asik gitu, jadi ketularan. Fisiknya, ikut Almarhumah Mamanya yang cenderung sawo matang. Sementara kelakuan, dia ikut kakaknya, Kak Reno. Dari cerita-cerita yang sering dia dengar, kakaknya dulu waktu SMA sering bolos, sering telat, sering hormat bendera. Tapi Ahru tak pernah langsung menanyakannya pada kak Reno, karena dia selalu bilang,
"Itu karena Kak Reno terlalu cinta Indonesia."
Cih, alibi.
Satu-satunya yang menjadi jati dirinya dan enggak ikut-ikutan adalah fakta bahwa dia penggila kerupuk blek. Kerupuk putih yang bentuknya bergaris tak karuan. Yang karena kerupuk blek itulah, dia memiliki keinginan mulia. Menemukan ujung awal dan akhir garis kerupuk blek. Hidupnya tidak lengkap tanpa jenis kerupuk satu itu. Kerupuk blek is her life.
"Ayah akan ke Surabaya dua Minggu, kamu hati-hati di rumah." Ayah Ahru menyuap nasi gorengnya.
"Bosen lah Yah," cemberut Ahru. Dia paling tidak bisa sendirian, "Gimana kalau Ahru ikut Ayah, kesana?" Ahru berkedip-kedip antusias.
"Enggak! Kamu itu sudah keseringan bolos. Mau jadi apa kamu kalau enggak lulus."
Mati kutu. Dari aura yang terpancar dari seluruh tubuh ayahnya, dari ujung kepala sampai ujung jempol, bisa terbaca bahwa Ayahnya dalam mode tidak bisa dilawan.
"Jangan kayak kakakmu, backpacker-an terus, kuliah enggak lulus,lulus."
Kakaknya adalah bahasan yang tiada ujungnya. Dari topik A berganti ke topik B, topik B ke topik C, mulus, tahu-tahu sampai topik Z. Dia hanya bisa berserah.
Ingin Ahru tangannya ngapurancang rapi di atas meja makan, tapi apalah daya ekor matanya menemukan blek warna biru kesayangannya. Perhatiannya mulai terbagi. Lipatan tangannya mulai melonggar, dan merangkak menyusuri tepian meja, mengendap-endap.
Ayah Ahru masih dengan mata fokus pada nasi goreng di piringnya, "Kalau kamu enggak dengerin kata Ayah, jangan harap dapat jatah kerupuk blek, lagi."
Srett
"Siap."
Ahru reflek bergerak cepat memberikan hormat pada Ayahnya. Dia tidak bisa membayangkan sehari tanpa kerupuk jenis satu itu. Hidupnya pasti akan terasa hampa. Dia lebih rela pulang pergi naik angkot daripada harus kehilangan blek birunya.
"Besok, kakakmu sudah balik dari Lombok, khusus hari ini kamu boleh nginep di tempat temen kamu."
Ini dia yang di tunggu-tunggu. Dia berlari ke arah belakang Ayahnya lalu memeluknya erat.
"Terima kasih Ayahku tercinta." Ahru memeluk Ayahnya dari belakang.
SMA Bimasakti 2
Ahru menoleh jam tangan hitam sport di pergelangan tangan kirinya. Pukul 06.50. Siswa-siswi berseragam abu-abu putih berlarian memasuki halaman gerbang sekolah, melewati jajaran beberapa guru dan anggota OSIS yang sedang tugas pagi. Setelah berhasil memarkirkan mobilnya, dia menarik tasnya malas.
"Ini sih namanya rekor. Seumur-umur baru kali ini gue berangkat pagi." Dia kecewa.
Pagi ini Ahru terlalu bersemangat. Baginya ini masih terlalu pagi, meski tidak untuk siswa-siswi lain. Gerbang ditutup pukul 06.55, hanya kurang 5 menit lagi. Wajar, setiap hari Ahru langganan telat. OSIS, para guru, dan BK, sudah hapal. Ahru nyaris setiap hari melewatkan jam pertamanya. Justru akan terlihat tidak wajar jika Ahru lewat gerbang depan. Karena kebiasaan menyelinap ya itulah, dia juga sering dapat julukan siswi ghaib.
"Mehru! Cepat masuk!"
Mehru, panggilan untuk Ahru yang sering keluar dari Pak Jamal, Guru BK kesayangannya. Guru pertama yang hafal dengan namanya.
Pak Jamal bolak-balik melirik jam tangannya. "Kamu dapat hidayah?"
Ahru langsung menyesali kedatangannya. Seharusnya dia tadi mampir dulu di warungnya Cak Mad. Lumayan bisa makan tahu isi lima biji.
"Sudah, sana masuk."
Ahru melenggang ke arah kelasnya. Mood yang sebelumnya berantakan, sekarang mulai merangkak naik ke level tertinggi. Apalagi kalau bukan sambutan hangat dari Kiet dan Tami, dua teman terbaik yang pernah Ahru miliki sejak masuk SMA.
Mereka bertiga punya sifat dan karakter yang beda-beda, satu-satunya kesamaan mereka adalah anti jaim. Kiet, gadis paling pinter di antara mereka bertiga, paling rajin di kelas nomer tiga dari bawah, ceria, tidak pelit, dan pengertian. Sementara Tami, cewek paling tomboy di antara mereka, penyuka bola, dan stand up comedy. Prinsipnya, hidup dibikin ketawa aja.
"Enggak nyangka gue, ketemu Lo sepagi ini." Kiet tampak heran.
"Hooh, biasanya juga masih molor." Setuju Tami, dengan kata 'Hooh' andalannya.
"Rada nyesel juga gue berangkat kepagian."
"Cuma Lo yang berani bilang ini kepagian."
Sudah menjadi rahasia publik, cewek bernama lengkap Mehru Faiqa ini memang sudah terkenal dengan malas sekolah. Eh, terkenal? Sepertinya bukan kata yang tepat. Mereka bertiga bukan tipe siswi famous yang jadi mostwanted. Mereka hanya sekumpulan siswi dengan nilai di bawah rata-rata yang rajin bolos, terutama Ahru. Nakal, tapi bukan tukang bully. Mereka cuma ingin jadi siswi santai yang enggak berurusan dengan banyak orang, waktu mereka terlalu berharga. Tetapi bukan berarti mereka ini penakut, enggak ada ceritanya. Apalagi Ahru, dia bolak-balik ruang BK udah kayak keluar masuk WC, lancar.
"Jelas dong, Ahru."
"Ih, sombongnya lancar ya, Bun." Ejek Kiet dengan nada genitnya.
"Kayak emak-emak rumpi Lo."
"Udah ah, yuk kelas." Ajak Tami yang merangkul kedua temannya.
TBC..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Drew 1
eh... br nemu
lucu kak.. 🤗
2022-08-08
1
Anastha Brianca
Aku mampir..
2021-12-08
1
Fie F.s (Mama Adara) 💕
Seru nih 😊
2021-11-26
1