3. Dicuekin

Ahru membenarkan letak bandana biru kesayangan yang sedikit miring. Lututnya sedikit menekuk agar kepalanya terlihat di dalam kaca mobil. Kadang-kadang matanya melirik ke kaca bagian belakang yang memantulkan lalu lalang siswa-siswi yang menatapnya. Ada yang tak acuh, ada yang sedikit berbisik.

Bukan Ahru namanya, kalau dia peduli dengan isi pikiran orang lain. Dia tidak mau mengambil pusing. Padahal bisa jadi, gumaman-gumaman itu karena keheranan melihat dirinya di jam sepagi ini sudah sampai di sekolah. Jika kemarin jam 06.50 adalah pemecah rekor kedatangannya paling pagi, hari ini lebih fantastis lagi, pukul 06.28.

Dengan tempo sesingkat-singkatnya, dia sudah membulatkan tekad. Sejak kedatangan si murid baru, dia akan datang lebih pagi dari biasanya, sebagai wujud kesungguhan hatinya yang tak main-main.

"Ngaca mulu dari tadi." Sindir Tami yang sejak berangkat sudah ngedumel tidak jelas.

Mereka bertiga semalam tidur di rumah Kiet. Ijin dari Ayahnya kemarin tidak akan dia sia-siakan. Setiap ada ijin, mereka selalu kumpul di rumah Kiet. Bukan di rumahnya, karena Ayahnya terkenal cukup galak. Bukan di rumah Tami, karena neneknya sering ngomel. Tapi kalau rumah Kiet, mereka bebas. Kedua orang tuanya sangat memahami kehidupan masa muda, terlebih lagi karena orang tua Kiet yang sering pergi ke luar kota. Membuat mereka berasa di rumah sendiri.

"Kan, mau ketemu pangeran gue." Jawab Ahru enteng.

"Gue masih enggak habis pikir loh. Heran gue, kok Lo sampe segitunya."

"Hooh. Kenapa harus pake cara gini?"

Ahru berbalik menghadap Kiet."Terus Lo kira kalau gue diem aja, dia bakal ngedeketin gue? Harus ada yang maju, lah. Gue atau dia."

"Tapi.."

"Kalian enggak lihat gimana tatapan dan ekspresi wajah dia pas kita berhadapan kemarin? Kayak enggak ada ekspresi-ekspresi tertarik gitu. Dia dingin dan enggak peduli sama sekali."

"Kemarin dia rada merem kali, makanya enggak sadar ada cewek cantik yang siap digodain di depan muka dia." Seloroh Tami. "Tapi ya, kalau gue inget-inget lagi muka songongnya kemarin, rasanya pengen gue toyor tahu enggak, sih."

"Sabar, Tam. Gitu-gitu juga ipar Lo." Celetuk Kiet.

"Bagi kita. Bagi dia?"

"Berisik tau nggak."

Ahru segera berjalan meninggalkan kedua temannya yang sejak pagi sudah cerewet. Rencana paginya untuk menunggu si doi di parkiran gagal. Moodnya sudah keburu hancur lebih dulu. Kadang kedua temannya itu bersikap mendukung, kadang juga memojokkannya. Mereka sudah seperti bunglon.

Biarkan saja Ahru masuk ke kelas sepagi ini, biar orang-orang mati keheranan. Dia tidak peduli. Dia berjalan melewati koridor kelas sepuluh dan sebelas. Matanya sesekali melirik ke dalam kelas yang masih cukup lenggang.

'Jadi begini suasana pagi di sekolah.' Batin Ahru baru tahu.

Beberapa orang yang melewatinya tampak menatapnya sekilas, hanya sepersekian detik. Jika dihitung, tatapan yang Ahru berikan pada siswa lain jauh lebih lama. Dia tidak pernah berpikir panjang. Dia bukan golongan siswi famous, hanya menjadi siswi sekedarnya. Sekedar ada, sekedar tahu, sekedar lihat.

Bel masuk berbunyi. Teman-teman sekelas Ahru segera mengambil tempat duduk mereka. Suara yang semula gaduh, seketika jadi hening. Hentakan sepatu Bu Kinan menggema di sepanjang ruangan.

Bu Kinan adalah guru sosiologi yang terkenal killer. Guru paling teliti dalam hal mencari detail kesalahan siswanya. Untungnya, Bu Kinan bukan BK. Tapi kalau begini ceritanya, anak IPS terlihat kurang beruntung. Apa ini penyebabnya siswa-siswi banyak yang lebih memilih masuk IPA?

Sebelum memberi salam dan sebagainya, Bu Kinan tampak meneliti setiap siswa. Dia berdehem lalu memberikan salam.

"Kumpulkan tugas kalian!" Ucap Bu Kinan dengan mata yang tampak membuka-buka buku.

Tugas?

Ahru tidak tahu hari ini dia ada tugas. Seingatnya Minggu kemarin dia mengikuti pelajaran dari awal, meskipun terlambat tapi dia ingat tidak pernah mendengar Bu Kinan memberikan tugas. Dia menoleh ke Tami dan Kiet yang ikut tolah-toleh tak mengerti.

Ketua kelas dan sekretaris kelas tampak berjalan mengambil buku-buku tugas milik anak-anak. Sampai pada bangku paling belakang.

"Mana buku tugas kalian?" Tanya Arif ----si ketua kelas, sambil menengadahkan tangannya.

"Tugas apaan, sih?" Ahru masih belum tahu.

"Hooh, perasaan Bu Kinan enggak ngasih tugas, Minggu kemarin."

"Bu Kinan salah kali."

Hem Hemm

Deheman Bu Kinan membuat perhatian kembali mengarah ke depan. "Makanya, kalau pelajaran itu, ikutin dari awal sampai akhir." Sindir Bu Kinan.

Oh iya. Mereka bertiga baru tersadar. Saking bosannya, Minggu kemarin mereka tidak mengikuti kelas Bu Kinan sampai akhir. Di dua puluh menit terakhir, mereka ijin pergi ke toilet. Nanggung, kalaupun mereka balik lagi ke kelas pasti jam Bu Kinan juga sudah habis.

"Sebagai gantinya, kerjakan tugas kalian di lapangan!" Bu Kinan memberikan keputusan.

"Yah, Bu. Sama-sama di lapangan, kita hormat bendera aja deh Bu." Tawar Ahru.

Dia tidak bisa membayangkan, bagaimana tersiksanya. Sudah panas fisik, panas otak. Kalau mereka mendapat hukuman hormat bendera, lumayan, mereka tidak perlu repot pusing-pusing mengerjakan tugas.

"Tidak ada bantahan. Sekarang keluar!" Ucap Bu Kinan tegas.

Dengan malas, Ahru dan teman-temannya keluar sambil membawa buku sosiologi mereka. Wajah mereka sudah tidak dapat dilihat bentuknya lagi. Suara kikikan anak-anak terdengar samar di telinga mereka.

"Struktur sosial merupakan keseluruhan jalinan unsur-unsur sosial yang..."

Suara Bu Kinan mulai terdengar sayup dari telinga Ahru. Mereka sudah berada di koridor hendak menuruni tangga.

"Emang dasar apes." Gerutu Tami.

"Nikmati ajalah, kayak baru pertama aja." Kekeh Ahru.

"Lo kok kayak seneng gitu, sih?"

"Daripada di kelas." Dia ngeloyor jalan lebih dulu ke arah lapangan.

"Tuh orang sehat, kan?" Hearan Kiet pada Tami yang hanya dibalas dengan mengedikkan bahunya.

"Kalau dipikir-pikir, iya juga sih." Tawa Tami yang segera menyusul Ahru.

Matahari belum terlalu terik, angin juga masih sepoi-sepoi. Mereka anteng duduk di tengah lapangan tanpa terusik sama sekali. Buku-buku yang ada di tengah mereka dibiarkan menari-nari tersibak angin. Dari lima soal, mereka cuma sanggup mengerjakan tigal soal, dua soal sisanya mereka biarkan kosong.

"Asik juga. Berasa di pantai." Kikik Kiet yang menyelonjorkan kedua kakinya.

"Kurang es kelapa muda." Celetuk Ahru membuat mereka tertawa keras tak peduli kalau ada satu-dua anak yang berlalu lalang memperhatikan mereka. Pemandangan yang tak wajar, di hukum kok seneng.

Mata Ahru ia gerakkan menyisir setiap penjuru sekolahnya. Tampak sepi karena memang masih dalam kegiatan belajar mengajar, hanya satu-dua anak yang keluar sambil membawa buku ke arah kantor. Dia kembali mengedarkan matanya dan berhenti pada deretan kelas 12 IPA. Tepatnya kelas 12 IPA 2.

Anak-anak dari kelas itu tampak santai keluar-masuk kelas. Bahkan saat matanya menyipit memfokuskan pandangan, Ahru bisa melihat ada yang sedang naik di atas meja dengan tingkah absurd memainkan sapu.

Sebuah smirk muncul di bibir Ahru.

"Lo kenapa?" Tanya Tami.

Ahru yang tak menjawab langsung berdiri dan membawa buku-bukunya berjalan ke gedung IPA, diikuti Kiet dan Tami yang masih setia mengekor. Mereka berjalan mengendap-endap takut kena tegur guru. Mereka belum selesai menyelesaikan hukuman Bu Kinan, ya masak iya katambahan hukuman dari guru lain.

Kepala mereka celingukan tak ingin ada yang melihat. Setelah memastikan kondisi, Ahru menyumbulkan kepalnya ke jendela kelas 12 IPA 2. Benar, ternyata kelas itu sedang jam kosong, bahkan siswa-siswinya tinggal dalam jumlah hitungan jari. Tebaknya, pasti sebagian sudah pergi ke kantin, kan sebentar lagi bel istirahat.

"Sstt." Desis Ahru pada kedua temannya.

"Aman." Kiet memberikan jempol.

Setelah dikiranya aman, mereka berdiri tegak membenarkan penampilan lalu berjalan masuk dengan percaya dirinya. Seperti dugaan, perhatian mengarah kepada mereka bertiga, termasuk cowok yang bergelar murid baru itu. Begitu juga 3 cowok yang tengah duduk di atas meja di sekeliling cowok itu.

Ahru melangkah yakin ke arah cowok itu. Dia duduk kursi kosong sebelah cowok itu. Senyumnya ia keluarkan dengan tingkat manis di atas rata-rata, dan..

"Ahru." Kata Ahru sambil mengulurkan tangannya menunggu di balas.

Dua detik. Hanya butuh dua detik hingga keterkejutan cowok itu hilang bersamaan dengan kedua matanya yang ia putar malas. Cowok itu berdiri dan meninggalkan tangan Ahru yang masih terulur.

Mulut Ahru yang tersenyum lantas merapat menahan agar tak mengumpat. Dia dicuekin, lagi. Dia tarik cepat tangannya dan melirik tajam ke arah cowok itu yang sudah berada di ambang pintu.

Ahru masih berakhir sama. Dicuekin.

TBC..

Episodes
1 1. I'am Ahru
2 2. Kehebohan Bimasakti
3 3. Dicuekin
4 4. Dia Keegan
5 5. Telat Bareng Keegan
6 6. Bibir Siapa?
7 7. Menghindar
8 8. Memory Loss
9 9. Evelyn Panhole
10 10. Pertemuan Kembali
11 11. Tarik Ulur Layang-Layang
12 12. Mantan Pacar
13 13. Kemarahan Alir
14 14. Kesedihan Alir
15 15. Garuda atau Angka?
16 16. Basecamp Northern Whiz
17 17. Gigitan Semut Merah
18 18. Jatuh Tertimpa Eev
19 19. Pengibaran Bendera Perang
20 20. Pantang Pulang Sebelum Tumbang
21 21. Pembelaan untuk Ahru
22 22. Sekat Kebahagiaan Eev
23 23. Kesepakatan yang memaksa
24 24. Persiapan Dies Natalis
25 25. Audisi Pensi
26 26. Tantangan dari Bekham
27 27. Eev VS Ahru
28 28. Ahru dan Northern Whiz
29 29. Mantan Ahru
30 30. Malam Puncak
31 31. Antara Kerisauan dan Acil
32 32. Babak Kedua
33 33. Gara-Gara Eev
34 34. Rasa Penasaran Bekham
35 35. Rencana Bekham
36 36. Rencana Bekham (Bagian 2)
37 37. Gue Pacar Lo, Lo pacar Gue!
38 38. Kado untuk Ahru
39 39. Perlahan
40 40. Berita di Bimasakti
41 41. Kericuhan di Kantin
42 42. Antara Ahru, Kram dan Arezzo
43 43. Kesaksian Northern Whiz
44 44. Menagih Janji
45 45. Waktu Emas
46 46. Rahwana is Me
47 47. Dari Hati untuk Hati
48 48. Teka-teki Baru
49 49. Misteri Perempuan dalam Kabut
50 50. Sisi Ahru yang Tidak Terduga
51 51. Menghindar
52 52. Suporter System untuk Tom (bagian 1)
53 53. Support System untuk Tom (bagian 2)
54 54. Support System untuk Tom (bagian 3)
55 55. Yang Penting Hepi
56 56. Menyambangi Basecamp
57 57. Pencarian Kebenaran
58 58. Bara dan Perempuan di Masa Lalu Keegan
59 59. Pulang Terlambat
60 60. Mata-Mata Alir
61 61. Pertemuan yang Tak Disangka
62 62. Keputusan Ahru (bagian 1)
63 63. Keputusan Ahru (bagian 2)
64 64. Menemukan Mata-Mata Alir
65 65. Mengejar Mata-Mata Alir
66 66. Siapa Ahru?
67 67. Kenyataan
68 68. Mencari Ahru
69 69. Sunmori (bagian 1)
70 70. Sunmori (bagian 2)
71 71. Sunmori (bagian 3)
72 72. Membutuhkan Acil
73 73. Penghianatan Ahru
74 74. Lagi, Arezzo.
75 75. Siapa Bara?
76 76. Pengakuan Arezzo
77 77. Support System untuk Ahru
78 78. Tekad Dua Hati
79 79. Sikap Dingin Keegan
80 80. Hati yang Sepi
81 81. Peluang dalam Celah
82 82. Baikan Bukan Balikan
83 83. Tidak Sendiri
84 84. Kesadaran Keegan
85 85. Mencari Maaf Ahru (1)
86 86. Mencari Maaf Ahru (2)
87 87. Tikungan Tajam
88 88. Permohonan Bekham
89 89. Kenyataan tentang Eev
90 90. Tersakiti atau Menyakiti
91 91. Bersandar pada Ayah
92 92. Takut Kehilangan
93 93. Keegoisan Keegan
94 94. Cinta Tanpa Pamrih
95 95. Rumah untuk Ahru
96 96. Farewell Day
97 97. Lembaran Baru
98 98. Rencana Masa Depan
99 99. Luka Terdalam Arezzo
100 100. Ujian Akhir
101 101. Keresahan Ahru
102 102. Selamat Tinggal Ahru
103 103. Akhir Penantian (The End)
104 PERSEMBAHAN SPESIAL
105 DIA AREZZO : 1
106 DIA AREZZO : 2
107 DIA AREZZO : 3
108 DIA AREZZO : 4
109 DIA AREZZO : 5
110 DIA AREZZO : 6
111 DI AREZZO : 7
112 DIA AREZZO : 8
Episodes

Updated 112 Episodes

1
1. I'am Ahru
2
2. Kehebohan Bimasakti
3
3. Dicuekin
4
4. Dia Keegan
5
5. Telat Bareng Keegan
6
6. Bibir Siapa?
7
7. Menghindar
8
8. Memory Loss
9
9. Evelyn Panhole
10
10. Pertemuan Kembali
11
11. Tarik Ulur Layang-Layang
12
12. Mantan Pacar
13
13. Kemarahan Alir
14
14. Kesedihan Alir
15
15. Garuda atau Angka?
16
16. Basecamp Northern Whiz
17
17. Gigitan Semut Merah
18
18. Jatuh Tertimpa Eev
19
19. Pengibaran Bendera Perang
20
20. Pantang Pulang Sebelum Tumbang
21
21. Pembelaan untuk Ahru
22
22. Sekat Kebahagiaan Eev
23
23. Kesepakatan yang memaksa
24
24. Persiapan Dies Natalis
25
25. Audisi Pensi
26
26. Tantangan dari Bekham
27
27. Eev VS Ahru
28
28. Ahru dan Northern Whiz
29
29. Mantan Ahru
30
30. Malam Puncak
31
31. Antara Kerisauan dan Acil
32
32. Babak Kedua
33
33. Gara-Gara Eev
34
34. Rasa Penasaran Bekham
35
35. Rencana Bekham
36
36. Rencana Bekham (Bagian 2)
37
37. Gue Pacar Lo, Lo pacar Gue!
38
38. Kado untuk Ahru
39
39. Perlahan
40
40. Berita di Bimasakti
41
41. Kericuhan di Kantin
42
42. Antara Ahru, Kram dan Arezzo
43
43. Kesaksian Northern Whiz
44
44. Menagih Janji
45
45. Waktu Emas
46
46. Rahwana is Me
47
47. Dari Hati untuk Hati
48
48. Teka-teki Baru
49
49. Misteri Perempuan dalam Kabut
50
50. Sisi Ahru yang Tidak Terduga
51
51. Menghindar
52
52. Suporter System untuk Tom (bagian 1)
53
53. Support System untuk Tom (bagian 2)
54
54. Support System untuk Tom (bagian 3)
55
55. Yang Penting Hepi
56
56. Menyambangi Basecamp
57
57. Pencarian Kebenaran
58
58. Bara dan Perempuan di Masa Lalu Keegan
59
59. Pulang Terlambat
60
60. Mata-Mata Alir
61
61. Pertemuan yang Tak Disangka
62
62. Keputusan Ahru (bagian 1)
63
63. Keputusan Ahru (bagian 2)
64
64. Menemukan Mata-Mata Alir
65
65. Mengejar Mata-Mata Alir
66
66. Siapa Ahru?
67
67. Kenyataan
68
68. Mencari Ahru
69
69. Sunmori (bagian 1)
70
70. Sunmori (bagian 2)
71
71. Sunmori (bagian 3)
72
72. Membutuhkan Acil
73
73. Penghianatan Ahru
74
74. Lagi, Arezzo.
75
75. Siapa Bara?
76
76. Pengakuan Arezzo
77
77. Support System untuk Ahru
78
78. Tekad Dua Hati
79
79. Sikap Dingin Keegan
80
80. Hati yang Sepi
81
81. Peluang dalam Celah
82
82. Baikan Bukan Balikan
83
83. Tidak Sendiri
84
84. Kesadaran Keegan
85
85. Mencari Maaf Ahru (1)
86
86. Mencari Maaf Ahru (2)
87
87. Tikungan Tajam
88
88. Permohonan Bekham
89
89. Kenyataan tentang Eev
90
90. Tersakiti atau Menyakiti
91
91. Bersandar pada Ayah
92
92. Takut Kehilangan
93
93. Keegoisan Keegan
94
94. Cinta Tanpa Pamrih
95
95. Rumah untuk Ahru
96
96. Farewell Day
97
97. Lembaran Baru
98
98. Rencana Masa Depan
99
99. Luka Terdalam Arezzo
100
100. Ujian Akhir
101
101. Keresahan Ahru
102
102. Selamat Tinggal Ahru
103
103. Akhir Penantian (The End)
104
PERSEMBAHAN SPESIAL
105
DIA AREZZO : 1
106
DIA AREZZO : 2
107
DIA AREZZO : 3
108
DIA AREZZO : 4
109
DIA AREZZO : 5
110
DIA AREZZO : 6
111
DI AREZZO : 7
112
DIA AREZZO : 8

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!