2. Kehebohan Bimasakti

Suara bel istirahat membuyarkan rasa kantuk Ahru. Matanya berbinar semangat ingin segera pergi ke kantin --mengisi ulang daya. Sebagian siswa ada yang masih enggan beranjak dari kursi dan memilih untuk meneruskan belajarnya, sebagian lagi sudah ada yang berlarian keluar kelas dengan berbagai tujuan, apel pacar, perpustakaan, koperasi, dan kantin.

Dari pengawasan diam-diam yang dilakukan Ahru, kantin masih menjadi destinasi tertinggi yang mampu menarik minat siswa. Berbagai macam ocehan, tingkah, dan menu, membuat siswa-siswi betah bahkan sampai rela mengantri. Sampai detik ini, pesona kantin belum ada yang menandingi.

"Kantin, yuk!" Kiet dengan wajah lesunya sudah mengeluarkan ekspresi melas.

"Yuk."

"Tunggu!"

Ahru mengeluarkan bandana paisley warna biru dari dalam tasnya. Tangannya melipat dan menyatukan ujung dengan ujung membentuk segitiga sebelum melipatnya lebih kecil lagi. Rambutnya yang panjang ia sisihkan, lalu dengan ahlinya tangannya mengikatkan bandana di kepalanya dengan gaya pin up. Tak lupa kedua ujung kecilnya ia sisipkan agar lebih rapi dan terkesan simple.

"Kalau gue pikir-pikir, hari ini Lo cantik banget, Ru." Ujar Kiet yang duduk memperhatikan.

"Dari dulu kali." Kekeh Ahru yang tak mau hanya dibilang cantik hari ini.

"Aura Lo memancar gitu." Mata Tami menyipit, "Jangan bilang, sekarang Lo mau cabut?" Tuduh Tami sambil menunjuk-nunjuk.

"Asal nuduh deh, Lo. Kan, barusan gue ngeiyain ajakan kalian ke kantin."

Ahru tak terima. Mentang-mentang dirinya rajin bolos, cerah sedikit dikira mau cabut. Kalaupun mau bolos, Ahru juga pikir-pikir. Dia tidak mungkin pergi dengan perut kosong. Tidak lucu kan, kalau pas manjat tembok jatuh gara-gara tubuh gemetaran lapar?

"Ini wajah cerah, enggak sabar ketemu kerupuk blek gue." Dia masih ingat bagaimana tangannya gagal mengambil kerupuk tadi pagi.

Sekeluarnya dari kelas mereka dikagetkan dengan kehebohan adanya murid baru. Nyaris di sepanjang koridor orang-orang membahas mereka dengan wajah antusias. Tak urungnya sesekali mereka berteriak histeris.

Kedatangan murid baru selalu menyita perhatian semua orang, tapi itu tidak akan lebih dari satu bulan, bahkan kurang. Setelah rasa penasaran orang-orang terpuaskan, si murid baru akan jatuh level menuju standar. Sayangnya meskipun begitu, topik murid baru tak pernah mampu menandingi teriakan lapar di area kantin. Sehingga bisa ditarik kesimpulan, tak ada yang mampu menandingi jatah perut.

Ahru dan kawan-kawan menuju meja ujung Utara paling pojok. Meja yang tidak akan pernah tertukar, karena khusus meja tempat kumpul mereka bertiga, ada blek biru kesayangan Ahru. Dia memang sudah mewanti-wanti pada salah satu penjaga stan untuk selalu menyediakan satu blek kerupuk putih itu di mejanya, takut kalau-kalau tidak kebagian.

Pernah satu waktu dia kehabisan, dan itu membuatnya uring-uringan tak jelas. Dia sampai hapal pada orang-orang yang makan pakai kerupuk hari itu, bahkan setelah dua tahun berlalu.

"Gila! Tadi aku ketemu si murid baru di koperasi, dia keren banget."

"Sayang banget dia anak IPA."

"Eh, tadi gue juga lihat. Keren abis! Damage-nya enggak main-main."

Kasak-kusuk cewek-cewek yang tak jauh, mengalihkan perhatian Ahru, Kiet dan Tami. Sedari tadi mereka bertiga hanya memperhatikan dan mendengarkan. Banyak sanjungan yang mereka dengar sejak keluar kelas. Nyaris semua berkomentar positif, hanya ada beberapa komentar negatif dari mulut cowok-cowok yang terdengar iri.

"Itu dia" tunjuk salah satu cewek berambut pendek yang sejak tadi bergosip.

Terdengar jeritan dan sorakan yang cukup ribut dan mengganggu pendengaran. Mereka bertiga mengikuti arah tunjuk cewek tadi, dan benar saja, beberapa cowok yang berjalan memasuki kantin tengah menjadi pusat perhatian. Tepatnya satu dari ketiga cowok itu, yang merupakan wajah baru di SMA Bimasakti 2.

Wajah cowok itu stay cool dengan sorot mata tak acuhnya. Tangannya menyugar poni depannya yang agak panjang, membuat pekikan cewek-cewek semakin tambah keras. Langkah cowok itu dan teman-temannya berhenti di salah satu meja di kantin sayap kanan --bagian selatan, tempat biasa anak-anak IPA berkumpul. Sesekali mata cowok itu menyapu seisi kantin, mengamati tanggapan orang-orang tentang kehadirannya, yang sebenarnya terlihat jelas bahwa cowok itu tidak peduli. Dia terlihat cuek yang benar-benar cuek dan bukan sok cuek.

"Dia yang dimaksud murid barunya?" Tami menoleh ke Ahru, mencari jawaban.

Ahru tidak berniat menanggapi pertanyaan maupun tatapan kedua temannya yang seakan melempar tatapan bingung melihatnya tampak tersenyum memperhatikan murid baru itu. Matanya terus mengamati gerak-gerik murid baru itu dengan raut mendamba, bukan ekspresi yang mudah keluar dari dirinya.

"Mulai hari ini, sekolah enggak akan membosankan. Pangeran gue udah dateng." gumam Ahru.

Dia masih terus memperhatikan murid baru itu, berharap mata mereka akan bersitatap seperti pada kebanyakan adegan film atau novel yang pernah dia baca. Tangannya memangku rahang kanannya dengan telunjuk mengetuk-ngetuk pipi, seakan ada melodi sebagai latar belakangnya.

"Kalian harus bantu gue!"

Mendengar ucapan Ahru, membuat Tami dan Kiet saling pandang tak percaya. Mata mereka saling melempar kode kebingungan.

"Lo yakin?"

"Lo sakit?" Kiet menempelkan tangan kirinya pada dahi Ahru, sementara tangan kanan dia taruh di dahinya sendiri, membandingkan. "Kayaknya panasan gue, deh."

Ahru berdecak kesal. "Ah, udah. Kalian pokoknya harus bantuin gue! Gak pake banyak tanya."

Kiet dan Tami hanya bisa menghela napas melihat temannya yang dengan intens kembali mengamati si murid baru itu.

***

Ahru sengaja tak langsung pulang dan memilih untuk berdiri di samping mobilnya dengan tangan bersedekap memperhatikan orang-orang yang berjalan ke arah keluar. Sudah dua puluh menit dia menunggu sosok yang sedang dielu-elukan oleh seisi Bimasakti. Mungkin cowok itu bukan terdaftar sebagai cowok paling ganteng se-Bimasakti, tapi kedatangannya cukup menarik atensi sebagian besar cewek. Soal ketampanan itu relatif, sesuai selera yang tidak bisa diukur dengan nilai.

Ganteng bagi gue, belum tentu ganteng buat Lo.

"Mau sampai kapan kita nungguin dia?" Tanya Tami sudah sangat bosan.

"Tunggu bentar lagi."

"Gue masih nggak percaya deh, Lo beneran mau ngejar dia?" Kiet masih sulit mencerna apa yang dilakukan sahabatnya saat ini.

"Banyak nanya deh, kalian. Udah ikutin aja." Ahru berdecak sebal.

"Iya, iya. Demi sahabat apa sih yang nggak."

"Gitu dong."

"Eh eh, tuh." Tami memberi kode.

Itu sih namanya, pucuk dicinta ulam pun tiba. Bukan hanya bisa melihat sosoknya, si doi terlihat berjalan ke arah mereka. Dia dengan beberapa temannya tengah berjalan memasuki area parkir.

Ahru dengan sengaja menegakkan tubuhnya lalu berjalan ke tengah, menghalangi kumpulan cowok-cowok yang sudah terlihat seperti geng itu. Padahal Ahru yakin, mereka hanya kumpulan teman sekelas yang pulang bareng.

Sesuai dengan rencana, keempat cowok itu berhenti dan menatapnya. Senyum manis Ahru berikan tanpa niat mengajak bicara terlebih dahulu.

"Minggir!" Ucap cowok itu pelan dengan nada sedikit mengintimidasi, sebelum berlalu meninggalkan senyum termanis di bibir Ahru.

"Eh.. sombong banget sih tuh orang." Kesal Tami.

"Acil, kok gitu sih temen Lo?" Kiet menarik tangan salah satu cowok.

Cowok bernama Acil itu hanya menghela napas ditinggal jalan oleh teman-temannya. "Kalau mau kenalan besok-besok aja deh, hari ini udah terlalu banyak yang ngajak kenalan dia. Capek."

"Gue juga cuma nanya doang kali." Kesal Kiet yang langsung mendapat lambaian tangan dari Acil.

"Lo juga, ngapain sih pake cara gini? Kayak cewek kegatelan tau nggak."

"Nggak apa-apa, baru permulaan, yang penting dia udah lihat wajah gue." Ahru mengeluarkan smirk-nya.

Hari pertama sudah membuatnya kesal setengah mampus. Respon yang ditunjukkan cewek-cewek padanya terlalu berlebihan, dia tidak suka. Niatnya pindah adalah untuk memulai hidup baru yang tenang, bukan bikin heboh. Dia sama sekali tidak suka menjadi pusat perhatian.

Dia terus menggerutu sepanjang perjalanan. Sikap cewek-cewek yang berlebihan, salah rute, jalanan macet, rasanya dia ingin mengumpat keras saat ini. Dia tarik napas dalam, lalu ia hembuskan. Dia terdiam sesaat melihat orang-orang yang berjalan di trotoar. Ada yang sendiri, ada yang berjalan dengan teman-temannya, juga ada yang bersama pasangan mereka. Hatinya berdesir. Disaat semua orang tengah bahagia dengan orang-orang yang mereka akrabi, dirinya harus membangun keakraban itu mulai dari nol. Bukan tanpa alasan dirinya pindah ke Bimasakti. Awalnya dia tidak mau, tapi karena paksaan kakaknya, ia terpaksa setuju.

Sesampainya di rumah, dia segera turun dan masuk. Tasnya ia lempar begitu saja lalu ia jatuhkan tubuhnya di sofa ruang tengah.

"Keegan, kamu udah pulang?" Suara wanita datang dari meja makan.

"Hm." Jawabnya malas tanpa membuka mata.

"Gimana hari pertama? Ada cewek yang kamu suka nggak?" Goda wanita yang berada pada pertengahan usia 25-an.

Keegan membuka mata, "Apa sih Mbak Alir, dateng-dateng udah tanya hal nggak penting kayak gitu."

Wanita yang dipanggil Mbak Alir itu hanya tertawa melihat reaksi kesal adiknya. "Emang Mbak salah? Ya masa sih nggak ada yang menarik buat kamu."

Nyatanya memang tidak ada. Boro-boro tertarik, dirinya sudah dibuat jengah terlebih dulu oleh kelakuan cewek-cewek.

"Masak sih, satu sekolah nggak ada yang menarik buat kamu? Dari jaman mbak dulu, Bimasakti terkenal dengan cewek-cewek cantiknya, loh."

"Mungkin itu dulu, jaman mbak."

"Kamu ini. Udah sana pergi bersih-bersih, mbak tunggu di meja makan."

Keegan menuruti perintah kakaknya meski sebenarnya dia masih enggan beranjak, tapi begitu suara piring dan sendok yang sedang ditata Alir saling beradu, dia jadi merasa lapar.

Alir adalah kakak satu-satunya yang dia miliki. Setelah kedua orang tuanya meninggal, Alir menjadi orangtua-able. Kadang jadi Papa, kadang jadi Mama untuk Keegan. Dirinya beruntung memiliki kakak yang baik, dewasa dan pengertian seperti Alir. Walaupun juga kadang ngeselin, kalau boleh jujur.

Sesuai pesanan, Keegan segera membersihkan diri lalu turun menghampiri kakaknya yang sudah siap di meja makan sambil memainkan ponselnya. Dia yakin, pasti Alir sedang berbalas pesan dengan tunangannya. Terlihat asik dan lupa sekitar.

"Masak apa hari ini?" Tanya Keegan dibarengi decitan kursi yang dia tarik.

Matanya mengamati menu yang sudah disiapkan oleh kakaknya. Alir termasuk wanita yang pandai memasak. Dia selalu bilang tidak mau kalah saing sama calon suami, gengsi. Maklum, tunangan Alir jago masak, malah punya cafe.

"Tuh." Jawab Alir singkat tanpa menoleh.

"Hm, oh iya, habis ini Mbak mau jalan sama Bang Arya, kamu mau ikut?" Tawar Alir.

"Yah, masak mau jadi nyamuk. Enggak lah, Mbak pergi aja."

"Yakin?"

"Yakinlah Mbak."

"Kalau bosen, boleh tuh bersihin gudang." Alir menaik-naikkan alisnya.

"Ogah! Mau tidur."

"Yey, kamu ini. Mbak saranin cepet cari cewek, jadi kalau Mbak tinggal, kamu juga enggak kesepian."

"Cari pacar kalau cuma gara-gara takut kesepian, mending aku cari radio. Rame, 24 jam lagi."

"Kamu ini kalau Mbak bilangin. Biasanya yang kayak gini nih, kalau udah ketemu yang klik pasti ntar jadi bucin."

Keegan mengedikkan bahunya. Yah, dia tidak tahu. Bingung, kenapa jaman sekarang sedikit-sedikit dikaitkan dengan kata bucin. Padahal itu adalah bentuk ekspresi bahwa kita memang mencintai seseorang itu. Dan itu wajar bagi orang yang jatuh cinta.

TBC..

****

Jangan lupa kunjungi dan follow Ig @ayyv.s untuk melihat trailernya.

Terpopuler

Comments

Fie F.s (Mama Adara) 💕

Fie F.s (Mama Adara) 💕

Fav dulu 😉 kalo ada waktu bru lanjut 😊

2021-11-26

1

chokyulattehyun🌋🍃🌵

chokyulattehyun🌋🍃🌵

sejauh ini bagus thor ceritanya.. semangat ya thor.. 😘😘😘

2021-04-03

1

lihat semua
Episodes
1 1. I'am Ahru
2 2. Kehebohan Bimasakti
3 3. Dicuekin
4 4. Dia Keegan
5 5. Telat Bareng Keegan
6 6. Bibir Siapa?
7 7. Menghindar
8 8. Memory Loss
9 9. Evelyn Panhole
10 10. Pertemuan Kembali
11 11. Tarik Ulur Layang-Layang
12 12. Mantan Pacar
13 13. Kemarahan Alir
14 14. Kesedihan Alir
15 15. Garuda atau Angka?
16 16. Basecamp Northern Whiz
17 17. Gigitan Semut Merah
18 18. Jatuh Tertimpa Eev
19 19. Pengibaran Bendera Perang
20 20. Pantang Pulang Sebelum Tumbang
21 21. Pembelaan untuk Ahru
22 22. Sekat Kebahagiaan Eev
23 23. Kesepakatan yang memaksa
24 24. Persiapan Dies Natalis
25 25. Audisi Pensi
26 26. Tantangan dari Bekham
27 27. Eev VS Ahru
28 28. Ahru dan Northern Whiz
29 29. Mantan Ahru
30 30. Malam Puncak
31 31. Antara Kerisauan dan Acil
32 32. Babak Kedua
33 33. Gara-Gara Eev
34 34. Rasa Penasaran Bekham
35 35. Rencana Bekham
36 36. Rencana Bekham (Bagian 2)
37 37. Gue Pacar Lo, Lo pacar Gue!
38 38. Kado untuk Ahru
39 39. Perlahan
40 40. Berita di Bimasakti
41 41. Kericuhan di Kantin
42 42. Antara Ahru, Kram dan Arezzo
43 43. Kesaksian Northern Whiz
44 44. Menagih Janji
45 45. Waktu Emas
46 46. Rahwana is Me
47 47. Dari Hati untuk Hati
48 48. Teka-teki Baru
49 49. Misteri Perempuan dalam Kabut
50 50. Sisi Ahru yang Tidak Terduga
51 51. Menghindar
52 52. Suporter System untuk Tom (bagian 1)
53 53. Support System untuk Tom (bagian 2)
54 54. Support System untuk Tom (bagian 3)
55 55. Yang Penting Hepi
56 56. Menyambangi Basecamp
57 57. Pencarian Kebenaran
58 58. Bara dan Perempuan di Masa Lalu Keegan
59 59. Pulang Terlambat
60 60. Mata-Mata Alir
61 61. Pertemuan yang Tak Disangka
62 62. Keputusan Ahru (bagian 1)
63 63. Keputusan Ahru (bagian 2)
64 64. Menemukan Mata-Mata Alir
65 65. Mengejar Mata-Mata Alir
66 66. Siapa Ahru?
67 67. Kenyataan
68 68. Mencari Ahru
69 69. Sunmori (bagian 1)
70 70. Sunmori (bagian 2)
71 71. Sunmori (bagian 3)
72 72. Membutuhkan Acil
73 73. Penghianatan Ahru
74 74. Lagi, Arezzo.
75 75. Siapa Bara?
76 76. Pengakuan Arezzo
77 77. Support System untuk Ahru
78 78. Tekad Dua Hati
79 79. Sikap Dingin Keegan
80 80. Hati yang Sepi
81 81. Peluang dalam Celah
82 82. Baikan Bukan Balikan
83 83. Tidak Sendiri
84 84. Kesadaran Keegan
85 85. Mencari Maaf Ahru (1)
86 86. Mencari Maaf Ahru (2)
87 87. Tikungan Tajam
88 88. Permohonan Bekham
89 89. Kenyataan tentang Eev
90 90. Tersakiti atau Menyakiti
91 91. Bersandar pada Ayah
92 92. Takut Kehilangan
93 93. Keegoisan Keegan
94 94. Cinta Tanpa Pamrih
95 95. Rumah untuk Ahru
96 96. Farewell Day
97 97. Lembaran Baru
98 98. Rencana Masa Depan
99 99. Luka Terdalam Arezzo
100 100. Ujian Akhir
101 101. Keresahan Ahru
102 102. Selamat Tinggal Ahru
103 103. Akhir Penantian (The End)
104 PERSEMBAHAN SPESIAL
105 DIA AREZZO : 1
106 DIA AREZZO : 2
107 DIA AREZZO : 3
108 DIA AREZZO : 4
109 DIA AREZZO : 5
110 DIA AREZZO : 6
111 DI AREZZO : 7
112 DIA AREZZO : 8
Episodes

Updated 112 Episodes

1
1. I'am Ahru
2
2. Kehebohan Bimasakti
3
3. Dicuekin
4
4. Dia Keegan
5
5. Telat Bareng Keegan
6
6. Bibir Siapa?
7
7. Menghindar
8
8. Memory Loss
9
9. Evelyn Panhole
10
10. Pertemuan Kembali
11
11. Tarik Ulur Layang-Layang
12
12. Mantan Pacar
13
13. Kemarahan Alir
14
14. Kesedihan Alir
15
15. Garuda atau Angka?
16
16. Basecamp Northern Whiz
17
17. Gigitan Semut Merah
18
18. Jatuh Tertimpa Eev
19
19. Pengibaran Bendera Perang
20
20. Pantang Pulang Sebelum Tumbang
21
21. Pembelaan untuk Ahru
22
22. Sekat Kebahagiaan Eev
23
23. Kesepakatan yang memaksa
24
24. Persiapan Dies Natalis
25
25. Audisi Pensi
26
26. Tantangan dari Bekham
27
27. Eev VS Ahru
28
28. Ahru dan Northern Whiz
29
29. Mantan Ahru
30
30. Malam Puncak
31
31. Antara Kerisauan dan Acil
32
32. Babak Kedua
33
33. Gara-Gara Eev
34
34. Rasa Penasaran Bekham
35
35. Rencana Bekham
36
36. Rencana Bekham (Bagian 2)
37
37. Gue Pacar Lo, Lo pacar Gue!
38
38. Kado untuk Ahru
39
39. Perlahan
40
40. Berita di Bimasakti
41
41. Kericuhan di Kantin
42
42. Antara Ahru, Kram dan Arezzo
43
43. Kesaksian Northern Whiz
44
44. Menagih Janji
45
45. Waktu Emas
46
46. Rahwana is Me
47
47. Dari Hati untuk Hati
48
48. Teka-teki Baru
49
49. Misteri Perempuan dalam Kabut
50
50. Sisi Ahru yang Tidak Terduga
51
51. Menghindar
52
52. Suporter System untuk Tom (bagian 1)
53
53. Support System untuk Tom (bagian 2)
54
54. Support System untuk Tom (bagian 3)
55
55. Yang Penting Hepi
56
56. Menyambangi Basecamp
57
57. Pencarian Kebenaran
58
58. Bara dan Perempuan di Masa Lalu Keegan
59
59. Pulang Terlambat
60
60. Mata-Mata Alir
61
61. Pertemuan yang Tak Disangka
62
62. Keputusan Ahru (bagian 1)
63
63. Keputusan Ahru (bagian 2)
64
64. Menemukan Mata-Mata Alir
65
65. Mengejar Mata-Mata Alir
66
66. Siapa Ahru?
67
67. Kenyataan
68
68. Mencari Ahru
69
69. Sunmori (bagian 1)
70
70. Sunmori (bagian 2)
71
71. Sunmori (bagian 3)
72
72. Membutuhkan Acil
73
73. Penghianatan Ahru
74
74. Lagi, Arezzo.
75
75. Siapa Bara?
76
76. Pengakuan Arezzo
77
77. Support System untuk Ahru
78
78. Tekad Dua Hati
79
79. Sikap Dingin Keegan
80
80. Hati yang Sepi
81
81. Peluang dalam Celah
82
82. Baikan Bukan Balikan
83
83. Tidak Sendiri
84
84. Kesadaran Keegan
85
85. Mencari Maaf Ahru (1)
86
86. Mencari Maaf Ahru (2)
87
87. Tikungan Tajam
88
88. Permohonan Bekham
89
89. Kenyataan tentang Eev
90
90. Tersakiti atau Menyakiti
91
91. Bersandar pada Ayah
92
92. Takut Kehilangan
93
93. Keegoisan Keegan
94
94. Cinta Tanpa Pamrih
95
95. Rumah untuk Ahru
96
96. Farewell Day
97
97. Lembaran Baru
98
98. Rencana Masa Depan
99
99. Luka Terdalam Arezzo
100
100. Ujian Akhir
101
101. Keresahan Ahru
102
102. Selamat Tinggal Ahru
103
103. Akhir Penantian (The End)
104
PERSEMBAHAN SPESIAL
105
DIA AREZZO : 1
106
DIA AREZZO : 2
107
DIA AREZZO : 3
108
DIA AREZZO : 4
109
DIA AREZZO : 5
110
DIA AREZZO : 6
111
DI AREZZO : 7
112
DIA AREZZO : 8

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!