Keegan dan teman-temannya meninggalkan Ahru dengan muka kesalnya. Dia tidak peduli pada cewek itu.
"Bukannya dia tadi, Ahru, anak IPS 4 yang suka telat itu?" Tanya Bekham di sela perjalanan mereka ke kantin.
"Bukan cuma telat, tapi bolos juga." Kekeh Acil.
"Lo kenal dia?" Tanya Haru.
"Kenal lah, dulu kan gue sempet satu kelas jaman kelas sepuluh." Jawab Acil yang mendapat anggukan teman-temannya, kecuali Keegan.
"Kayaknya dia suka sama Lo deh." Haru menoel bahu Keegan.
Sejak tadi Keegan mendengar perbincangan mereka. Dia hanya mencebik sambil mengedikkan bahunya tidak peduli. Baginya, si cewek bernama Ahru itu cuma cewek aneh yang mencoba mendekatinya. Sebagai orang yang normal dia bisa tahu hanya dengan sikap cewek itu kemarin yang dengan sengaja menghadang jalannya di parkiran.
"Yah, walaupun dia enggak cantik-cantik banget, tapi lumayan lah." Komentar Bekham.
"Kalau lumayan, kenapa enggak Lo pacarin?" Keegan tersenyum miring.
"Mampus Lo! Pacarin sono." Tawa Acil.
"Enak aja. Walaupun dia ngejar-ngejar gue, gue juga ogah. Selera gue kan yang kayak Luna Maya."
"Sayangnya, walaupun ada Luna Maya KW 10, dia tetep ogah sama Lo." Celetuk Haru.
Keegan ikut tertawa. Baru dua hari kenal mereka, dia sudah merasa kenal bertahun-tahun. Dan itu asik. Tidak bisa dia pungkiri bahwa sebelumnya dia sempat khawatir dan tidak menyangka bisa mendapatkan teman-teman seperti mereka, pasalnya dia pindah tepat di kelas 12. Membayangkan bagaimana dia menyeimbangi pelajaran, dan harus membangun sosialnya dari awal. Satu kata yang bisa ia ucapkan saat ini adalah bersyukur.
"Tapi ya, gue sempet berpikir kalau dia itu bukan jomblo, loh." Gumam Acil.
"Maksud Lo? Keegan cuma jadi mainannya gitu?"
"Eh, enggak gitu juga. Gue pernah liat dia dijemput sama cowok. Beuh, keren abis. Gayanya anak motor banget, sayangnya dia pake fullface, jadi enggak tau tuh, tampangnya kayak gimana. Estrella, bro." Cerita Acil.
"Kapan?"
"Jaman kelas sepuluh."
"AW"
Acil mengaduh dapat toyoran dari Bekham. "Cerita tuh yang kira-kira. Jaman baheula Lo ceritain sekarang."
"Lah! Salahnya gue dimane?" Acil tolah-toleh mencari pembenaran dari kedua temannya yang lain.
"Salahnya, Lo tuh enggak update." Keegan yang ikut serius mendengarkan ikut kesal.
Haru memilih memesankan makanan untuk mereka berempat. Jam istirahat yang singkat itu bisa terbuang sia-sia jika mereka tetap mendengarkan bualan Acil yang tak ada habis-habisnya.
"Tapi Gan, gue nanya serius nih. Emang dari segini banyaknya cewek cantik di Bimasakti, Lo enggak ada yang tertarik gitu, satupun?"
Bekham penasaran, semenjak kedatangannya kemarin sudah banyak cewek yang secara terang-terangan memperlihatkan tanda-tanda suka pada temannya satu itu. Namun respon yang dia tangkap dari sosok Keegan hanya flat. Untuk ukuran cowok kece seperti dia, itu agak kurang pas menurutnya. Bekham saja yang dengan muka terbilang pas-pasan berani menobatkan dirinya sendiri sebagai fakboy, masak Keegan kalah.
"Enggak! Gue pindah kesini bukan buat nyari cewek."
"Halah, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui, kan lumayan." Haru ikut-ikutan menyakinkan.
"Tuh, dengerin mereka, yang banyak pengalaman." Acil tak mau kalah.
"Apaan, sih? Enggak bosen apa, ngomong itu mulu." Heran Keegan, "Tanpa kalian suruh pun, kalau gue nemu yang cocok, pasti gue perjuangin. Masalahnya sekarang emang enggak ada. Jadi setop bahas ini."
Mereka bertiga kicep. Kalimat terpanjang yang keluar dari mulut Keegan setelah dua hari ini, ya yang barusan. Dalam hati mereka berkata,
Ternyata Keegan bisa ngomong panjang juga.
Kicep mereka seketika berubah kikikan saat seorang cewek dengan kepala menunduk malu-malu menghampiri meja Keegan dan teman-temannya. Cewek berambut pendek berkacamata itu tampak ragu untuk mengutarakan keinginannya. Pelipisnya dihinggapi peluh yang semakin lama diperhatikan semakin menetes.
"Kak Keegan, ini untuk kakak." Ucapnya malu-malu sambil menyodorkan coklat berpita pink di atas meja dan langsung berlari tanpa menunggu apakah coklat itu diterima atau tidak.
Bbffftt
Tawa Bekham, Acil dan Haru lolos. Belum lama mereka berhenti membahas tentang cewek, dan sekarang seorang cewek yang tidak dikenal justru dengan berani berusaha mendekatinya.
"Diem kalian!" Suruh Keegan, kesal.
Dia bingung. Jika ada waktu sepersekian detik untuknya menjawab, dia akan menolak coklat itu. Tapi cewek tadi sama sekali tidak memberinya kesempatan. Dan terpaksa, coklat ini dia terima mau tidak mau.
"Siapa tuh cewek?"
Ahru melihat cewek berambut pendek yang berlari keluar kantin terburu-buru. Matanya sudah menahan ingin memangsa.
"Adik kelas. Kayaknya anak bahasa." Jawab Tami enteng, belum tahu seberapa gelap aura cewek di sampingnya itu.
"Ru, jangan bilang Lo mau ngelabrak tuh cewek?" Tebak Kiet ketar-ketir melihat tatapan tak bersahabat Ahru.
Ahru yang tidak kunjung menjawab membuat kedua temannya itu membenarkan tebakan Kiet. Seumur-umur, dari kelas sepuluh sampai kini kelas dua belas, Ahru paling malas berurusan dengan murid lain, apalagi sampai yang namanya ngebully atau sok menunjukkan seberapa hebat dan kuasa dirinya. Itu bukan gaya Ahru.
"Cuma gara-gara tuh cowok, masak Lo mau ngotorin image Lo, sih?"
"Siapa yang mau ngelabrak dia?!" Sentak Ahru sebelum ketajaman matanya menurun, "Lo liat dong tadi, dia yang cupu kayak gitu bisa bikin Keegan gak bisa nolak pemberiannya, lah gue?" Dia melihat kedua temannya bergantian. "Pokoknya gue pastiin, hari ini juga gue dan dia bakal kenalan."
"Ngapain sih repot-repot, Lo kan udah tahu dia siapa, bahkan juga..."
"Ini bukan soal tahu atau enggak tahu. Gue pengen dia tahu kalau gue kenal sama dia, bukan sekedar ngira kalau gue tuh tahu dia." Ngotot Ahru dengan keras kepala.
"Apa bedanya, sih?" Gumam Kiet.
"Jelas Beda. Kalau tahu, belum tentu dia tahu gue. Tapi kalau kenal, dia juga tahu gue."
Tami dan Kiet hanya bisa mengangguk. Semua terserah pada Ahru. Sebagai teman, mereka hanya bisa membantu sekedarnya saja.
"Terus apa yang bakal Lo lakuin?"
"Apapun, asal gue dan dia bisa kenalan hari ini juga."
Kringg
Bel masuk kembali terdengar. Sepanjang jam pelajaran, Ahru memikirkan cara bagaimana dirinya bisa berkenalan nanti. Kemarin dia sudah menunjukkan muka, dan tadi dia sudah dengan tak tahu malunya menghapiri doi ke kelas, namun dia tidak melihat ada gelagat ingin kenal dari si cowok itu. Yang bisa dia lakukan adalah dengan cara yang licik.
Jam pulang sekolah telah berdering membuat para siswa keluar kelas tak beraturan. Akan tetapi Ahru dan teman-temannya justru tengah berdiri di samping lab -pembatas antara gedung IPA dan IPS. Dia berdiri di balik pintu menunggu targetnya muncul. Dia akan beraksi hanya jika mendapatkan kode dari Kiet yang sedang duduk di samping koridor sambil menutupi wajahnya dengan buku.
Penantiannya tidak sia-sia, Kiet memelototkan matanya memberi kode bahwa doi tengah menuruni tangga. Dengan deheman kecil Ahru bersiap melancarkan aksinya. Tangannya membuka botol air mineral di tangannya lalu berjalan keluar.
Tap
Tap
Brukk
"AW."
"Sori..sori.."
"Bisa enggak sih kalau jalan tuh hati-hati!"
Cowok itu segera melepas jaket jeans-nya yang basah terkena air yang ada di tangan Ahru. sebuah name tag di dada sebelah kanannya terlihat jelas.
"Jadi, nama Lo Keegan?" Ucap Ahru tak mengindahkan raut muka kesal Keegan.
"Lo basahin jaket gue, cuma buat tahu nama gue?"
"Bukan buat gue tahu nama Lo. Tapi buat Lo tahu, kalau gue udah tahu nama Lo." Ucap Ahru santai tak berdosa.
"What?!"
Keegan tak percaya dengan jawaban yang keluar dari mulut Ahru. Jawaban yang sedikit gila menurutnya. Jika jawabannya adalah membuat dirinya tahu nama Ahru, it's okay, masuk akal. Tapi agar dirinya tahu kalau cewek bernama Ahru itu tahu namanya, itu sedikit freak.
"Gak penting." Gumam Keegan berlalu sambil mengibaskan jaketnya yang basah.
Ahru sempat tercengang dengan ucapan lirih yang keluar dari mulut Keegan. "Hah?"
Ahru berbalik dan berjalan cepat berusaha menyamai langkah Keegan yang terbilang lebar. Dia sedikit berlari kecil diikuti teman-temannya dan teman-teman Keegan.
"Penting atau enggak penting, diri gue sendiri yang nentuin. Termasuk urusan ngejar Lo."
Keegan terperangah mendengar Ahru yang dengan terang-terangan mengutarakan niatnya. Bukannya mengelak dan soal jual mahal, dia justru mengakui ketertarikannya.
Ahru segera merebut jaket dari tangan Keegan, "Gue cuciin. Gue bukan cewek enggak bertanggung jawab." Ucapnya berlalu meninggalkan Keegan dan teman-temannya.
sesampainya di parkiran gaya sok cool mereka berubah seratus delapan puluh derajat.
"Gila! Enggak nyangka gue. Tadi Lo keren banget."
"Sampai kicep dia, tau enggak."
"Gue, dilawan." Ahru tertawa menang kali ini. Dan untuk pendekatan selanjutnya, dia ada ini. Jaket Keegan.
Good job, Ahru!
TBC...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
ara-ara
5like+fav bund
jngn lupa mampir
-perfect love
-aku bukan dia
2021-06-24
2
chokyulattehyun🌋🍃🌵
mulai seru nih.. q tunggu lanjutannya thor
2021-04-03
1
Tri ani
semangat .....💪💪💪💪
2021-04-02
1